"Ilmu pengetahuan Tertinggi adalah ilmu pengetahuan yang tidak bisa dipikirkan oleh otak manusia tapi bisa dirasakan hati manusia"

"Top science is science that can not be considered by the human brain can be felt but the human heart"

"トップ科学人間の脳考えることはできない科学感じることができる、人間のです."

Jumat, 19 Agustus 2011

Kisah Pendeta Katolik Masuk Islam

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman yang artinya : Allah menyeru manusia ke Darussalam (surga) dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam).(QS Yunus: 25). Ayat tersebut di atas menjelaskan bahwa sesungguhnya Allah subhanahu wa ta'ala akan memberikan hidayah (jalan kebaikan) kepada siapa saja yang dikehendakinya untuk memilih Islam. Tak peduli siapa pun. Baik dia budak, majikan, pejabat, bahkan tokoh agama non-Islam sekalipun. Ayat tersebut, layak disematkan pada Idris Tawfiq , seorang pastor di Inggris yang akhirnya menerima Islam. Ia menjadi mualaf setelah mempelajari Islam dan melihat sikap kelemah lembutan serta kesederhanaan pemeluknya.

Sebelumnya, Idris Tawfiq adalah seorang pastor gereja Katholik Roma di Inggris. Mulanya, ia memiliki pandangan negatif terhadap Islam. Baginya saat itu, Islam hanya identik dengan terorisme, potong tangan, diskriminatif terhadap perempuan, dan lain sebagainya. Namun, pandangan itu mulai berubah, ketika ia melakukan kunjungan ke Mesir. Di negeri Piramida itu, Idris Tawfiq menyaksikan ketulusan dan kesederhanaan kaum Muslimin dalam melaksanakan ibadah dan serta keramahan sikap mereka.

Ia melihat, sikap umat Islam ternyata sangat jauh bertolak belakang dengan pandangan yang ia dapatkan selama ini di negerinya. Menurutnya, Islam justru sangat lembut, toleran, sederhanan, ramah, dan memiliki sifat keteladanan yang bisa dijadikan contoh bagi agama lainnya.

Di Mesir inilah, Tawfiq merasa mendapatkan kedamaian yang sesungguhnya. Awalnya hanya sebagai pengisi liburan, menyaksikan Pirmadia, unta, pasir, dan pohon palem. Namun, hal itu malah membawanya pada Islam dan membuat perubahan besar dalam hidupnya.

”Awalnya mau berlibur. Saya mengambil penerbangan carter ke Hurghada. Dari Eropa saya mengunjungi beberapa pantai. Lalu, saya naik bis pertama ke Kairo, dan saya menghabiskan waktu yang paling indah dalam hidup saya.”

”Ini adalah kali pertama saya pengenalan ke umat Islam dan Islam. Saya melihat bagaimana Mesir yang lemah lembut seperti itu, orang-orang manis, tapi juga sangat kuat,” terangnya.

”Saya menyaksikan mereka tenang, lembut, dan tertib dalam beribadah. Begitu ada suara panggilan shalat (azan–Red), mereka yang sebagian pedagang, segera berkemas dan menuju Masjid. Indah sekali saya melihatnya,” terangnya.

Dari sinilah, pandangan Tawfiq berubah tentang Islam. ”Waktu itu, seperti warga Inggris lainnya, pengetahuan saya tentang Islam tak lebih seperti yang saya lihat di TV, memberikan teror dan melakukan pengeboman. Ternyata, itu bukanlah ajaran Islam. Hanya oknumnya yang salah dalam memahami Islam,” tegasnya.

Ia pun mempelajari Alquran. Pelajaran yang didapatkannya adalah keterangan dalam Alquran yang menyatakan: ‘ Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang beriman adalah orang Yahudi dan Musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang beriman adalah orang yang berkata, ”Sesungguhnya kami ini orang Nasrani.” Yang demikian itu disebabkan di antara mereka itu terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena seungguhnya mereka tidak menyombongkan diri.” (Al-Maidah ayat 82).

Ayat ini membuatnya berpikir keras. Baginya, Islam sangat baik, toleran. Justru, pihak lain yang memusuhinya. Inilah yang menjadi awal keislaman mantan pastor Inggris dan akhirnya menerima Islam.

Sepulang dari Mesir, Tawfiq masih menjadi penganut agama Katholik. Bahkan, ketika dia aktif mengajarkan pelajaran agama kepada para siswa di sebuah sekolah umum di Inggris, ia diminta mengajarkan pendidikan Studi agama.

Mengajar & Berceramah menggunakan sumber sumber Islam berbahasa Arab
”Saya mengajar tentang agama Kristen, Islam, Yudaisme, Buddha dan lain-lain. Jadi, setiap hari saya harus membaca tentang agama Islam untuk bisa saya ajarkan pada para siswa. Dan, di sana banyak terdapat siswa Muslim keturunan Arab. Mereka memberikan contoh pesahabatan yang baik, bersikap santun dengan teman lainnya. Dari sini, saya makin intens berhubungan dengan siswa Muslim,” ujarnya.

Dan selama bulan Ramadhan, kata dia, dia menyaksikan umat Islam, termasuk para siswanya, berpuasa serta melaksanakan shalat tarawih bersama-sama. ”Hal itu saya saksikan hampir sebulan penuh. Dan, lama kelamaan saya belajar dengan mereka, kendati waktu itu saya belum menjadi Muslim,” papar Tawfiq.

Dari sini kemudian Tawfiq mempelajari Alquran. Ia membaca ayat-ayat Alquran dari terjemahannya. Dan ketika membaca ayat 83 surah Al-Maidah, ia pun tertegun.

”Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Alquran).” (Al-Maidah ayat 83).

Secara tiba-tiba, kata Tawfiq, ia pun merasakan apa yang disampaikan Alquran. Ia menangis. Namun, hal itu ia sembunyikan dari pandangan para siswanya. Ia merasa ada sesuatu di balik ayat tersebut.

Dari sini, Tawfiq makin intensif mempelajari Islam. Bahkan, ketika terjadi peristiwa 11 September 2001, dengan dibomnya dua menara kembar World Trade Center (WTC) di Amerika Serikat, dan ketika banyak orang menyematkan pelakunya kalangan Islam. Ia menjadi heran. Kendati masih memeluk Kristen Katholik, ia yakin, Islam tidak seperti itu.

”Awalnya saya sempat takut juga. Saya khawatir peristiwa serupa terulang di Inggris. Apalagi, orang barat telah mencap pelakunya adalah orang Islam. Mereka pun mengecamnya dengan sebutan teroris,” kata Tawfiq.

Namun, Tawfiq yakin, Islam tidak seperti yang dituduhkan. Apalagi, pengalamannya sewaktu di Mesir, Islam sangat baik, dan penuh dengan toleransi. Ia pun bertanya-tanya. ”Mengapa Islam? Mengapa kita menyalahkan Islam sebagai agama teroris. Bagaimana bila kejadian itu dilakukan oleh orang Kristen? Apakah kemudian Kristen akan dicap sebagai pihak teroris pula?” Karena itu, ia menilai hal tersebut hanyalah dilakukan oknum tertentu, bukan ajaran Islam.

Masuk Islam
Dari situ, ia pun mencari jawabannya. Ia berkunjung ke Masjid terbesar di London. Di sana berbicara dengan Yusuf Islam tentang Islam. Ia pun kemudian memberanikan diri bertanya pada Yusuf Islam. ”Apa yang akan kamu lakukan bila menjadi Muslim?”

Yusuf Islam menjawab. ”Seorang Muslim harus percaya pada satu Tuhan, shalat lima kali sehari, dan berpuasa selama bulan Ramadhan,” ujar Yusuf.

Tawfiq berkata, ”Semua itu sudah pernah saya lakukan.”
Yusuf berkata, ”Lalu apa yang Anda tunggu?”
Saya katakan, ”Saya masih seorang pemeluk Kristiani.”

Pembicaraan terputus ketika akan dilaksanakan Shalat Zhuhur. Para jamaah bersiap-siap melaksanakan shalat. Dan, saat shalat mulai dilaksanakan, saya mundur ke belakang, dan menunggu hingga selesai shalat.

Namun, di situlah ia mendengar sebuah suara yang mempertanyakan sikapnya. ”Saya lalu berteriak, kendati dalam hati. ”Siapa yang mencoba bermain-main dengan saya.”

Namun, suara itu tak saya temukan. Namun, suara itu mengajak saya untuk berislam. Akhirnya, setelah shalat selesai dilaksanakan, Tawfiq segera mendatangi Yusuf Islam. Dan, ia menyatakan ingin masuk Islam di hadapan umum. Ia meminta Yusuf Islam mengajarkan cara mengucap dua kalimat syahadat.

”Ayshadu an Laa Ilaha Illallah. Wa Asyhadu Anna Muhammadar Rasulullah.” Saya bersaksi, tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Utusan Allah.

Jamaah pun menyambut dengan gembira. Ia kembali meneteskan air mata, bukan sedih, tapi bahagia.

Ia mantap memilih agama yang dibawa Nabi Muhammad Shallallahu'alaihi Wasallam ini. Dan, ia tidak menyesali telah menjadi pengikutnya. Berbagai gelar dan penghargaan yang diterimanya dari gereja, ia tanggalkan.

Seperti diketahui, Idris Tawfiq memperoleh gelar kesarjanaan dari University of Manchester dalam bidang sastra, dan gelar uskup dari University of Saint Thomas Aquinas di Roma. Dengan gelar tersebut, ia mengajarkan pandangan Katholik pada jemaatnya. Namun, akhirnya ia beralih mengajarkan Islam kepada masyarakatnya. Selama bertahun-tahun, Tawfiq mengepalai pusat Studi keagamaan di berbagai sekolah di Inggris dan Wales, sebelum dia masuk agama Islam.

”Dulu saya senang menjadi imam (pastor–Red) untuk membantu masyarakat selama beberapa tahun lalu. Namun, saya merasa ada sesuatu yang tidak nyaman dan kurang tepat. Saya beruntung, Allah subhanahu wa ta'ala memberikan hidayah pada saya, sehingga saya semakin mantap dalam memilih Islam. Saya tidak menyesal meninggalkan tugas saya di gereja. Saya percaya, kejadian (Islamnya–Red) ini, lebih baik dibandingkan masa lalu saya,” terangnya. sya/osa/berbagai sumber

Berdakwah Lewat Lisan dan Tulisan

Berseramah di Mesjid Dublin
Ketika ditanyakan pada Idris Tawfiq tentang perbedaan besar antara Kristen Katholik dan Islam, ia berkata: ”Dasar dari agama Islam adalah Allah. Semua perkara disaksikan Allah, tak ada yang luput dari perhatian-Nya. Ini berbeda dengan yang saya dapatkan dari agama sebelumnya. Islam merupakan agama yang komprehensif.”

Ia menambahkan, Islam mengajarkan pemeluknya untuk senantiasa beribadah kepada Allah setiap saat. Tak terbatas hanya pada hari Minggu. Selain itu, kata dia, Islam mengajarkan umatnya cara menyapa orang lain dengan lembut, bersikap ramah, mengajarkan adab makan dan minum, memasuki kamar orang lain, cara bersilaturahim yang baik. ”Tak hanya itu, semua persoalan dibahas dan diajarkan oleh Islam,” terangnya.

Penceramah dan penulis
Caranya bertutur kata, sikapnya yang sopan dan santun banyak disukai masyarakat. Gaya berbicaranya yang baik sangat sederhana dan lemah lembut, menyentuh hati, serta menyebabkan orang untuk berpikir. Ia pun kini giat berceramah dan menulis buku tentang keislaman.

Ia memberikan ceramah ke berbagai tempat dengan satu tujuan, menyebarkan dakwah Islam. Idris Tawfiq mengatakan, dia bukan sarjana. Namun, ia memiliki cara menjelaskan tentang Islam dalam hal-hal yang sangat sederhana. Dia memiliki banyak pengalaman dalam berceramah dan mengenali karakter masyarakat.

Ia juga banyak memberikan bimbingan dan pelatihan menulis serta berpidato bagi siswa maupun orang dewasa. Kesempatan ini digunakannya untuk mengajarkan pada orang lain. Termasuk, menjelaskan Islam pada dunia Barat yang banyak menganut agama non-Muslim.

Idris juga dikenal sebagai penulis. Tulisannya tersebar di berbagai surat kabar, majalah, jurnal, dan website di Inggris Raya. Ia juga menjadi kontributor regional dan Konsultan untuk website www.islamonline.net dan www.readingislam.com

Dia menulis artikel mingguan di Mesir Mail, koran tertua Mesir berbahasa Inggris, dan Sawt Al-Azhar, surat kabar Al-Azhar University. Dia adalah pengarang sejumlah buku. Antara lain, Dari surga yang penuh kenikmatan: sederhana, pengenalan Islam; Berbicara ke Pemuda Muslim; Berbicara ke Mualaf. Selain itu, ia juga menjadi juru bicara umat Islam di Barat. Ia juga banyak berceramah melalui radio dan televisi.

Kisah Penyanyi Rock Inggeris Masuk Islam

Cat Stevens yang bertukar menjadi Yusof Islam, masuk Islam kerana sebuah buku “Terjemahan Al-Qur’an”, yang diterjemahkan oleh A. Yusof Ali.

Abang Cat Stevens adalah seorang paderi yang cukup kuat Kristiannya. Tiba-tiba abangnya masuk Islam. Pada mulanya Cat Stevens terkejut, dia terfikir bagaimanakah seorang paderi boleh masuk Islam. Akhirnya dia menyimpulkan bahawa abangnya jenis orang gila, sekejap kuat agama Kristian, kemudian menjadi penganut agama Islam pula.

Cats Stevens terus menjalani hidupnya sebagai seorang penyanyi, sibuk dengan pertunjukan pentas sana sini. Pada satu hari, ketika hari jadinya, abangnya yang telah masuk Islam datang ke rumahnya ketika Cat Stevens sedang mengadakan parti hari jadinya. Abangnya mengucapkan selamat hari jadi dan terus menghadiahkan satu bungkusan dan berkata “Benda ini benda suci, tolong letakkan di tempat suci dan jangan kamu hina.” Dia pun ambil dan letakkannya di meja bilik tidurnya.

Setelah habis pesta hari jadinya ketika dia mahu tidur, dia teringat dengan bungkusan yang diberikan oleh abangnya. Apabila dia buka bungkusan tersebut, itulah pertama kali dia terlihat sebuah buku dengan perkataan di kulitnya THE HOLY QU’RAN (Kitab Suci Al-Qur’an). Apabila dia melihat sahaja kitab itu dia terasa sesuatu yang ganjil dalam hatinya.

“Aku buka buku dan aku cuba baca maknanya yang terdapat dalam Bahasa Inggeris, dari satu perkataan ke satu perkataan, dari satu ayat ke satu ayat, aku baca! Baca! Baca! Aku terasa satu macam dalam diriku. Aku tak tahu bagaimana nak gambarkannya tetapi aku memang rasa satu macam. Bermula dari situ, ke mana saja aku pergi, baik ke pertunjukkan pentas atau latihan muzik atau ke mana saja, aku bawa buku itu, aku bawa dalam beg pakaianku. Apabila selesai pertunjukkan pentas, balik ke hotel aku akan sambung baca. Begitulah dari semasa ke semasa.”

Akhirnya Cat Stevens memasuki agama Islam dan menjadi penganut agama yang begitu taat sehingga dia menjadi pendakwah Islam pula sehingga sekarang ini. Namanya Cat Stevens juga ditukar kepada Yusof Islam.

Begitulah keadaannya apabila seseorang itu memahami Islam sebelum masuk Islam. Dia memahami setiap seelok-belok dan hukum Islam serta hati sanubarinya benar-benar yakin dengan Islam, barulah dia masuk Islam. Apabila sudah yakin, imannya tidak bergoyang

INJIL KUNO TELAH DITEMUKAN

Pada pertengahan abad 20, sekitar setengah abad yang lalu, terdapat dua penemuan arkeologi yang menggemparkan bagi dunia Kristen. Pertama, penemuan teks Injil Thomas di Nag Hamadi-Mesir pada tahun 1945. Dua tahun setelahnya, 1957, terjadi penemuan kedua berupa gulungan manuskrip di Qumran dekat Laut Mati, yang kemudian dikenal dengan Gulungan Laut Mati (the Dead Sea Scrolls).1
Bagi sebagian orang, dua peristiwa besar ini -juga penemuan-penemuan arkeologis lain yang berkaitan-, terkadang disikapi sebagai peristiwa biasa yang menghiasi majalah dan koran-koran di Barat -di Indonesia informasi tentang hal ini amatlah jarang ditemukan-. Namun jika kita mengikuti perintah Allah dalam al-Qur'an agar kita selalu melihat dan merenungkan kejadian di dunia ini, maka dua penemuan itu menjadi hal yang sangat luar biasa, apalagi bagi para pengkaji agama, khususnya bagi mereka yang getol menyuarakan paham pluralisme agama. Sebab dua penemuan tersebut tidaklah berhenti sebatas penemuan arkeologi, namun berlanjut pada kajian-kajian yang berpengaruh terhadap mainstream kehidupan beragama bagi pemeluk agama tertentu (Kristiani) yang pada gilirannya mempengaruhi hubungan antar agama, khususnya pada kedekatan pemahaman teologis.
Nag Hamadi dan Qumran.
Desember 1945, Seorang Mesir bernama Muhammad Ali pergi ke sebuah karang di tepian sungai Nile, di pedalaman Mesir dekat wilayah Nag Hamadi. Menemukan Gentong (bejana dari tanah liat) yang nyata terlihat sangat kuno dan asli. Dalam gentong tersebut terdapat 13 lembar kulit, berisi 50 risalah. Pada bagian akhir dari risalah kedua di codex II koleksi risalah, terdapat'sebuah judul tek yang telah hilang selama ribuan tahun: Peuaqqelion Pkata Thomas, Injil menurut Thomas, atau Injil Thomas. Manuskrip Koptik berisikan Injil Thomas berasal dari tahun 350 masehi, sementara fragmen Yunani berasal dari tahun 200 M. Injil Thomas ini diperkirakan dari tahun 100 M, edisi paling awal diperkirakan dari tahun 50-60 M.2 Perlu diketahui bahwa Injil Thomas tidak berbentuk cerita naratif seperti 4 Injil lainnya, namun berisi perkataan-perkataan Yesus, kalau dibaca oleh seorang Muslim tampak seperti penulisan Hadits -tapi tanpa sanad-. Melihat tingkat keaslian dari Injil Thomas -walaupun dianqgap gnostik-, serta cara penyajiannya, para sarjana Bible mulai mengkaji dengan cara membandingkan isinya dengan 4 Injil sinoptik yang diakui oleh Gereja (Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes). Semangat yang mereka bawa adalah, menjawab pertanyaan umum: "Apa sebenarnya yang disabdakan oleh Yesus?" Dari kajian 75 sarjana Bible terkemuka yang bersidang selama 6 tahun, keluarlah hasil kajian mereka yang dikenal melalui laporan berjudul "The Five Gospel" pada tahun 1993. Pertanyaan itu akhirnya terjawab dalam sebuah kesimpulan dalam laporan mereka bahwa, dari Injil-Injil yang ada, hanya terdapat 18% saja yang diperkirakan asli perkataan Yesus, sementara sisanya....?. Hasil kajian ini tentu saja membuat geger dunia Kristen. Lain dari pada itu, satu hal yang patut dicatat bahwa, dari 114 sabda Yesus dalam Injil Thomas, tidak satupun ada pernyataan ataupun isyarat terhadap doktrin "penyaliban" atau penebusan dpsa melalui kematian Yesus di tiang kayu salib.
Penemuan kedua tahun, 1947 di Qumran, oleh seorang anak (penggembala kambing) bernama Muhammad Ad-Dib. Gulungan manuskrip yang ditemukan berisi tulisan kitab Perjanjian Lama, oleh sebuah komunitas yang diidentifikasi sebagai salah satu sekte Yahudi, yaitu sekte Esenes. Tulisan-tulisan mereka memberikan gambaran tentang masa-masa awal sejarah Kristen, keterkaitan gerakan Nazaren (pengikut Yesus dari Nazaret) dengan sekte Esenes, dalam komunitas ini terdapat seorang Nabi yang sezaman dengan Yesus yaitu Yahya As, atau Yohanes Pembabtis-menurut tradisi Kristen-. Penemuan arkeologi ini akhirnya mendorong sekian banyak pemerhati Kristologi untuk mengkaji naskah-naskah tersebut. Beragam kajian dari masing-masing peneliti mulai bermunculan, baik para peneliti Barat maupun Timur. Buku yang ada dihadapan pembaca ini adalah salah satu hasil penelitian oleh pemerhati dari Mesir. Salah satu kesimpulannya bahwa sekte Esenes berkaitan erat dengan masa awal sejarah Kristen. Ia bahkan memprediksi bahwa "Guru bijak" yang diceritakan berseberangan dengan "Pendeta jahat" dalam Naskah Gulungan Laut Mati, adalah Yesus-itu sendiri. Hal ini ia perkuat dengan kajian terhadap nama Isaiyah yang tertulis sebagai nama kelompok tersebut, sebenarnya adalah Esenes.
Kajian-kajian tentang the Dead Sea Scrolls amatlah banyak, diantaranya yang membuat geger dunia Kristen adalah laporan Barbara Theiring, dalam bukunya "Jesus the Man". Dari penelitiannya selama 20 tahun terhadap naskah Laut Mati, Barbara Theiring mampu menyuguhkan sosok Yesus sebagai seorang manusia, yang menikah (bahkan berpoligami), juga meninggal secara wajar dan bukan ditiang salib. Secara umum, kajian terhadap Naskah Laut Mati, lebih menempatkan Yesus sebagai sosok manusia yang pernah ada dalam sejarah, dan bukan sosok imajiner yang kemudian di mitoskan dan disembah. Setidaknya, inilah inti terpenting dari hasil kajian Naskah Laut Mati.
Membaca kejadian alam
Dari dua penemuan besar seperti yang kami paparkan secara singkat di atas, mungkin kita bertanya-tanya, apa sebenarnya yang sedang berlangsung disekeliling kita? Dan pertanyaan ini berkaitan erat dengan pertanyaan: Kenapa setelah 2000 tahun, naskah-naskah itu baru ditemukan? Apakah penemuan itu berkaitan dengan dengan janji Allah dalam al-Qur'an, seperti terjemah dari dua ayat di bawah ini:
Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur'an itu arlalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu? (QS Fushilat 53)
Al Masih putera Maryam hanyalah seorang Rasul yang se.sungguhnya telah berlalu sebelumnya beherapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar, kedua-keduanya biasa memakan makanan. Perhatikan bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (ahli Kitab) tanda-tanrla kekuasaan (Kami), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling (dari memperhatikan ayat-ayat Kami itu). (QS .Al-Maidah 75).
Bagi umat Kristiani yang mungkin tidak meyakini kebenaran al-Qur'an, terdapat dalam Injil Thomas satu pernyataan Yesus sebagai berikut:
Jesus said, "Know what is in front of your face, and what is hidden from you will be disclosed to you. For there is nothing hidden that will not be revealed. Jesus mengatakan, "Ketahuilah, apa yang ada dihadapanmu, dan apa yang tersembunyi darimu akan dibuka untukmu. Sebab tidak ada sesuatu yang tersemhunyi kecuali akan dijelaskan. Thome 5:23
Makna dari pernyataan Yesus/Isa As, di atas juga sejalan dengan yang ada pada Injil Lukas 12:2, Tidak ada sesuatu pun yang tertutup yanq tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatu pun yanq tersembunyi yanq tidak akan diketahui. Juga pada Markus 4:22.
Tanpa berani memastikan bahwa penemuan tersebut merupakan bukti dari janji Allah, namun sebagai seorang Muslim yang diajari al-Qur'an untuk mengkaji segala yang terjadi, kita patut meneliti dan mencari hikmah apa dibalik penemuan dari benda-benda yang sudah terkubur selama ± 2000 tahun.
Jika kita melihat perkembang sain dan tekhnologi masa kini, di mana rasionalitas ditempatkan di urutan pertama oleh dunia barat yang telah lelah dengan keimanan kepada dogma Gereja. Maka penelitian arkeologis dapat sepenuhnya dilakukan tanpa direcoki oleh Gereja, seperti yang pernah dilakukan terhadap Galeleo pada masa dulu. Apalagi bahwa penelitian arkeologi pada masa kini dilengkapi dengan ilmu ilmu lain yang berbasis teknologi tinggi, seperti analisa DNA, carbon dating (untuk mengetahui masa per menit dari sampel yang dikaji), Satelit (untuk melihat outline dari daerah lokasi penemuan), serta tes kimia.4
Adalah hikmah dari yang Maha Mengetahui, jika penemuan itu terjadi pada masa sekarang, masa dimana manusia telah siap menerima penyingkapan tabir baik secara mental (obyektifitas berdasarkan sain dan bukan kepentingan kelompok agama) serta kemampuan manusia dalam memahami penyingkapan tersebut berdasarkan ilmu dan pengetahuan yang mereka miliki. Sebab, -mungkin- jika ditemukan pada masa-masa dulu, "kepentingan" dan "ketidakmampuan"-lah yang berbicara, maka manuskrip-manuskrip itu hanya tersimpan dan mungkin tidak akan diketahui oleh umum, atau hilang lagi entah kemana. Hal yang sama telah terjadi pada Injil Barnabas yang oleh kalangan Gereja dianggap sebagai hasil bikinan seorang Muslim di [tali, sehingga kita tidak tahu apakah Injil Barnabas tersebut asli atau bukan, ia menjadi kurang bermakna -bisa disebut hilang- karena kehilangan otentisitasnya.5 Namun demikian, proses pengkajian Gulungan Laut Mati oleh para peneliti dari satu institusi agama dan pemerintah tertentu, telah menodai semangat keilmiahan sebagaimana yang diharapkan oleh para pemerhati, seperti yang diungkap dalam buku ini. Namun yang sedikit itupun telah mampu membawa perubahan.
Hikmah bagi kaum Muslim
Dalam pergaulan antar agama, terkait isu pluralisme agama yang dihembuskan oleh Barat dan diimani oleh dunia Islam, umat muslim hendaklah mampu melihat dirinya berdasarkan hal-hal yang terjadi, serta kecenderungan pada agama-agama lain yang sedang berkembang dewasa ini. Berkaitan dengan dunia I
Kini dengan isu pluralisme beragama umat muslim dengan riang menyatakan bahwa teologi gereja yang tidak mampu ditembus rasio, dinyatakan benar dan sama monoteisnya dengan keyakinan umat Muslim. Ada baiknya, mereka yang menyamakan teologi Islam dan Kristen mengkaji lagi makna monoteisme menaruttradisi dan kaca mata gereja, bukan dengan kacamata kita sendiri, maka kita akan tahu perbedaanya, apa makna monoteisme menurut Kristen dan apa maknanya menurut umat Islam.
Kecenderungan di dalam komunitas Barat kepada keyakinan akan adanya satu Tuhan saja, sebagai satu-satunya sesembahan, sebenarnya sejalan denqan seruan al-Qur'an dalam kerangka pergaulan antar agama, yaitu:
Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka kutakanlah kepada mereka: "Saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah) ".
(Ali Imran 64).
Maka, menurut hemat kami, umat muslim tidak perlu menyamakan teologinya dengan yang lain, cukup menyeru kepada mereka, satu seruan yang bersifat universal dan sesuai fitrah manusia sebagai makhluq, untuk kembali kepada satu satunya Pencipta manusia dan alam sekitarnya. Sedang soal ritual dan masalah fikh, maka yang berlaku adalah "lakum diinukum waliyadiin", bagimu agamamu dan bagiku agamaku.

Kisah Khidir dan Musa

Nabi Khidir ditugaskan membimbing Nabi Musa yang hidup dizamannya, sebagaimana kita sekarang wajib menyampaikan dakwah kepada orang lain disekeliling kita. Beliau tidak dikurniakan Mukjizat seperti Nabi Musa sebaliknya diajarkan ilmu secara Laduni. Hal ini turut dimiliki Para Wali Allah dan Alim Ulama yang dianugerahkan Allah Ilmu Makrifat serta Kasyaf. Golongan ini selalu berhati-hati untuk tidak membusungkan dada dengan Ilmu yang mereka miliki. Sifat Warak dan merendah diri pada beliau inilah yang diamalkan oleh para Wali Allah seperti Syekh Abdul Qadir Jailani yang namanya senantiasa disebut-sebut sampai hari ini walaupun telah wafat ribuan tahun yang lampau.
Salah satu kisah Al-Qur’an yang sangat mengagumkan dan dipenuhi dengan misteri, kisah seorang hamba yang Allah SWT memberinya rahmat dari sisi-Nya dan mengajarinya ilmu. Yang mana kisah tersebut terdapat dalam surah al-Kahfi di mana ayat-ayatnya dimulai dengan cerita Nabi Musa, yaitu:
“Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya: ‘Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan-jalan sampai bertahun-tahun.” (QS. al-Kahfi: 60)

Kalimat yang samar menunjukkan bahwa Musa telah bertekad untuk meneruskan perjalanan selama waktu yang cukup lama kecuali jika beliau mampu mencapai majma’ al-Bahrain (pertemuan dua buah lautan). Seandainya tempat itu harus disebutkan niscaya Allah SWT akan rnenyebutkannya. Namun Al-Qur’an al-Karim sengaja menyembunyikan tempat itu, sebagaimana Al-Qur’an tidak menyebutkan kapan itu terjadi. Begitu juga, Al-Qur’an tidak menyebutkan nama-nama orang-orang yang terdapat dalam kisah itu karena adanya hikmah yang tinggi yang kita tidak mengetahuinya. Kisah tersebut berhubungan dengan suatu ilmu yang tidak kita miliki, karena biasanya ilmu yang kita kuasai berkaitan dengan sebab-sebab tertentu. Dan tidak juga ia berkaitan dengan ilmu para nabi karena biasanya ilmu para nabi berdasarkan wahyu. Kita sekarang berhadapan dengan suatu ilmu dari suatu hakikat yang samar; ilmu yang berkaitan dengan takdir yang sangat tinggi; ilmu yang dipenuhi dengan rangkaian tabir yang tebal. Di samping itu, bahkan Al-Qur’an sengaja menyembunyikan pahlawan dari kisah ini.
Allah SWT mengisyaratkan hal tersebut dalam firman-Nya:
“Seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.”(QS. al-Kahfi: 65)
Al-Qur’an al-Karim tidak menyebutkan siapa nama hamba yang dimaksud, yaitu seorang hamba yang dicari oleh Musa AS agar ia dapat belajar darinya. Nabi Musa adalah seorang yang diajak bebicara langsung oleh Allah SWT dan ia salah seorang ulul azmi dari para rasul. Beliau adalah pemilik mukjizat tongkat dan tangan yang bercahaya dan seorang Nabi yang Taurat diturunkan kepadanya tanpa melalui perantara. Namun dalam kisah ini, beliau menjadi seorang pencari ilmu yang sederhana yang harus belajar kepada gurunya dan menahan penderitaan di tengah-tengah belajarnya itu yang didalam hadis yang suci disebutkan bahwa ia adalah Khidir as. Musa berjalan bersama hamba yang menerima ilmunya dari Allah SWT tanpa sebab-sebab penerimaan ilmu yang biasa kita ketahui. Mula-mula Khidir menolak ditemani oleh Musa. Khidir memberitahu Musa bahwa ia tidak akan mampu bersabar bersamanya. Akhirnya, Khidir mau ditemani oleh Musa tapi dengan syarat, hendaklah ia tidak bertanya tentang apa yang dilakukan Khidir sehingga Khidir menceritakan kepadanya. Khidir merupakan simbol ketenangan dan diam; ia tidak berbicara dan gerak-geriknya menimbulkan kegelisahan dan kebingungan dalam diri Musa. Sebagian tindakan yang dilakukan oleh Khidir jelas-jelas dianggap sebagai kejahatan di mata Musa; sebagian tindakan Khidir yang lain dianggap Musa sebagai hal yang tidak memiliki arti apa pun; dan tindakan yang lain justru membuat Musa bingung dan membuatnya menentang. Meskipun Musa memiliki ilmu yang tinggi dan kedudukan yang luar biasa namun beliau mendapati dirinya dalam keadaan kebingungan melihat perilaku hamba yang mendapatkan karunia ilmunya dari sisi Allah SWT.
Ilmu Musa yang berlandaskan syariat menjadi bingung ketika menghadapi ilmu hamba ini yang berlandaskan hakikat. Syariat merupakan bagian dari hakikat. Terkadang hakikat menjadi hal yang sangat samar sehingga para nabi pun sulit memahaminya. Kisah ini menunjukam bahwa adanya hamba-hamba Allah SWT yang bukan termasuk nabi dan syuhada namun para nabi dan para syuhada “cemburu” dengan ilmu mereka. Kisah ini di awali pada saat Nabi Musa as berbicara di tengah-tengah Bani Israil. Ia mengajak mereka untuk menyembah Allah SWT dan menceritakan kepada mereka tentang kebenaran. Setelah beliau menyampaikan pembicaraannya, salah seorang Bani Israil bertanya: “Apakah ada di muka bumi seseorang yang lebih alim darimu wahai Nabi Allah?” Dengan nada emosi, Musa menjawab: “Tidak ada.” Allah SWT tidak setuju dengan jawaban Musa. Lalu Allah SWT mengutus Jibril untuk bertanya kepadanya: “Wahai Musa, tidakkah engkau mengetahui di mana Allah SWT meletakkan ilmu-Nya?” Musa mengetahui bahwa ia terburu-buru mengambil suatu keputusan. Jibril kembali berkata kepadanya: “Sesungguhnya Allah SWT mempunyai seorang hamba yang berada di majma’ al-Bahrain yang ia lebih alim daripada kamu.” Musa bertanya bagaimana ia dapat menemui orang alim itu. Kemudian ia mendapatkan perintah untuk pergi dan membawa ikan di keranjang. Ketika ikan itu hidup dan melompat ke lautan maka di tempat itulah Musa akan menemui hamba yang alim. Akhirnya, Musa sampai di tempat di mana ikan itu melompat. Di sanalah mereka mendapatkan seorang lelaki yang dijelaskan oleh Al-Qur’an:
“Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba -hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahrnat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami. “
Inilah aspek yang penting dalam kisah itu. Kisah itu terfokus pada sesuatu yang ada di dalam jiwa, bukan tertuju pada hal-hal yang bersifat fisik atau lahiriah. Allah SWT berfirman:
“Maka tatkala mereka berjalan sampai ke pertemuan dua buah laut itu, maka mereka lalai akan ikannya, lalu ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut itu. Tatkala mereka berjalan lebih jauh, berkatalah Musa kepada muridnya: ‘Bawalah kemari makanan kita; sesungguhnya kita merasa letih karena perjalanan hita ini.’ Muridnya menjawab: ‘Tahukah kamu tatkala kita mencari tempat berlindung di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak adalah yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali setan dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali.’ Musa berkata: ‘Itulah (tempat) yang kita cari; lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula. Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami. “(QS. al-Kahfi: 61-65)
Firman Allah SWT dalam surah al-Kahfi:
“Musa berkata kepadanya: ‘Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu ?’ Dia menjawab: ‘Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersamaku. Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?’ Musa berkata: ‘Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusan pun.’ Dia berkata: ‘Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu pun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu.’” (QS. al-Kahfi: 66-70)
Allah SWT berfirman:
“Maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki perahu lalu Khidir melobanginya. Musa berkata: ‘Mengapa kamu melobangi perahu itu yang akibatnya hamu menenggelamkan penumpangnya? Sesungguhnya kamu telah berbuat sesuatu kesalahan yang besar.’ Dia (Khidir) berkata: ‘Bukankah aku telah berkata: ‘Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku.’ Musa berkata: ‘Janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku.’ Maka berjalanlah keduanya; hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang anak, maka Khidir membunuhnya. Musa berkata: ‘Mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih itu, bukan karena dia membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan suatu yang mungkar.’ Khidir berkata: ‘Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya kamu tidak akan sabar bersamaku?’ Musa berkata: ‘Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah (kali) ini, maka janganlah engkau memperbolehkan aku menyertairnu, sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur kepadaku.’ Maka keduanya berjalan; hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, maka Khidir menegakkan dinding itu. Musa berkata: ‘Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu.’ Khidir berkata: ‘Inilah perpisahan antara aku dengan kamu. Aku akan memberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya. Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu, karena di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera. Dan adapun anak itu maka kedua orang tuanya adalah orang-orang mukmin dan kami khawatir bahwa dia ahan mendorong orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. Dan kami menghendaki supaya Tuhan mereha mengganti bagi mereka dengan anak yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam dari hasih sayangnya (kepada ibu dan bapaknya). Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya seseorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakuhannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya.’” (QS. al-Kahfi: 71-82)
Hamba saleh itu menyingkapkan dua hal pada Musa: ia memberitahunya bahwa ilmunya, yakni ilmu Musa sangat terbatas, kemudian ia memberitahunya bahwa banyak dari musibah yang terjadi di bumi justru di balik itu terdapat rahmat yang besar.
Demikianlah bahwa nikmat terkadang membawa sesuatu bencana dan sebaliknya, suatu bencana terkadang membawa nikmat. Banyak hal yang lahirnya baik temyata justru di balik itu terdapat keburukan. Mula-mula Nabi Allah SWT Musa menentang dan mempersoalkan tindakan hamba Allah SWT tersebut, kemudian ia menjadi mengerti ketika hamba Allah SWT itu menyingkapkan kepadanya maksud dari tindakannya dan rahmat Allah SWT yang besar yang tersembunyi dari peristiwa-peristiwa yang terjadi.

Malaikat Jibril

Malaikat Jibril adalah salah satu dari para malaikat yang cantik, besar, kuat dan mempunyai kedudukan yang sangat tinggi di sisi Allah SWT Ia ditugaskan sebagai penyampai wahyu kepada para rasul AS.

Imam Ahmad RAH dengan sanadnya dari Ibn Mas'ud RA Rasulullah SAW bersabda: "Aku melihat Jibril di Sidratul Muntaha, dia mempunyai 600 sayap".Setelah Allah SWT mencipta Jibril dengan bentuk yang cantik, Allah SWT mencipta pula baginya 600 sayap yang panjangnya antara timur dan barat. Dari sayapnya berjatuhan permata dan yakut yang berwarna warni. Di antara sayap-sayap itu, terdapat 2 sayap berwarna hijau seperti sayap burung merak.

Setelah Jibril memandang dirinya, ia berkata: "Wahai Tuhanku, adakah Engkau menciptakan makhluk yang lebih baik dari aku?". Allah SWT berfirman: "Tidak". Kemudian Jibril berdiri serta solat 2 rakaat kerana syukur pada Allah SWT, dan tiap-tiap rakaat lamanya 20,000 tahun.

Setelah Jibril selesai sholat, Allah SWT pun berfirman: "Wahai Jibril, kamu telah menyembah Aku dengan ibadah yang bersungguh-sungguh, dan tidak seorangpun yang menyembah Aku seperti kamu. Akan tetapi, di akhir zaman nanti akan ada seorang nabi yang mulia yang paling aku cintai, namanya Muhammad. Dia mempunyai umat yang lemah dan sentiasa berdosa. Sekiranya mereka mengerjakan solat 2 rakaat yang hanya sebentar saja, mereka dalam keadaan lupa dan serba kurang. Fikiran mereka melayang dan bermacam-macam dan dosa merekapun besar juga. Maka demi kemuliaanKu dan ketinggianKu, sesungguhnya solat mereka itu lebih Aku sukai dari solat kamu karena mereka mengerja solat atas perintahKu sedangkan kamu mengerjakan solat bukan atas perintahKu."

Kemudian Jibril berkata: "Ya Tuhanku, apakah yang engkau hadiahkan pada mereka sebagai imbalan ibadah mereka?" Lalu Allah SWT berfirman: "Ya Jibril, akan Aku berikan syurga Ma'waa sebagai tempat tinggal"

Malaikat Jibril mampu terbang melesat sangat cepat. Seperti kalau ada orang bertanya sesuatu kemusykilan agama kepada Rasulullah SAW, belum selesai pertanyaan itu, malaikat Jibril telah sampai dengan jawaban berupa wahyu dari Allah SWT, padahal jarak antara setiap lapisan langit adalah sejauh 500 tahun perjalanan.Di sebelah kanan sayap malaikat Jibrail terdapat gambar syurga beserta dengan isinya saperti bidadari, istana, pelayan dan sebagainya. Di sebelah kiri sayapnya terdapat gambar neraka dan segala isinya seperti ular, kala jengking, neraka yang bertingkat-tingkat, penjangnya yang terdiri dari malaikat yang garang yaitu malaikat Zabaniah dan sebagainya.

Apabila sampai ajal seseorang yang beriman maka malaikat Jibril akan menebarkan sayapnya yang sebelah kanan sehingga orang sedang sakaratul maut itu dapat melihat kedudukannya di dalam syurga.

Apabila sampai ajal seseorang yang seorang yang munafik maka malaikat Jibril akan menebarkan sayapnya yang sebelah kiri, maka orang yang sedang sekarat itu akan melihat kedudukannya di dalam neraka.

Ketika Allah SWT memerintahkan malaikat Jibril turun untuk memusnahkan kaum nabi Luth AS, dikatakan malaikat Jibril mampu mengangkat semua 7 kota yang didiami oleh 400,000 orang, hewan, rumah serta bangunan dan kesemuanya hanya dengan menggunakan hujung satu sayapnya saja, lalu diangkat hingga ke permukaan langit, sehingga para malaikat yang berada di langit dapat mendengar bunyi kokokan ayam dan lolongan anjing yang turut berada dalam kota-kota tersebut. Kemudian malaikat Jibril membalikkan kota-kota tersebut hingga bagian atasnya terlungkup ke bawah.

Sabda Rasulullah SAW: "Jibril sentiasa mengharap hendak menjadi manusia karena tujuh perkara :-
1.Sembahyang lima waktu secara berjemaah
2.Duduk bersama para ulamak
3.Menziariahi orang sakit
4.Menghantar jenazah
5.Memberi air minum
6.Mendamaikan di antara 2 orang yang bermusuh-musuhan
7.Memuliakan fakir miskin dan anak-anak yatim
maka bersungguh-sungguhlah kamu dalam perkara tersebut"
Wallahu'alam.

Kisah Pendeta Hindu Masuk Islam

Setelah shalat Isya , Abdur Rahman, 42 tahun, warga negara India, duduk dengan pulpen dan pikiran penuh dengan sesuatu. Ia menulis kisah hidupnya, Pandit bane Musalmaan (pendeta Hindu menjadi Muslim) nama panggilan di tempat kelahirannya. Dia bekerja sebagai penjaga toko di Saudi Binladin BTAT salah satu perusahaan konstruksi yang menangani proyek di masjidil Haram Mekkah.

Sushil Kumar Sharma, ia dikenal seperti ketika ia pertama kali datang ke Jeddah pada tanggal 12 Mei 2002.
kampung halamannya di Amadalpur, sebuah desa kecil di negara bagian India utara Haryana.Ia lahir di keluarga Hindu ortodoks yang tekun melakukan ritual agama di kuil.
Sementara ini ia tinggal di asrama perusahaan di Jeddah, seorang rekan-nya memberinya beberapa buku-buku Islam dalam bahasa India.

Abdur Rahman kemudian dipindahkan ke Riyadh untuk bekerja di sebuah proyek di University Princes Noura untuk Perempuan. Di Asrama perusahaan saya bertemu sejumlah Muslim dari India dan Pakistan yang menjelaskan tentang agama Islam," kata Abdur Rahman.

Di antara mereka terdapat satu teman terdekat saya, Salim yang berasal dari Rajasthan (negara barat laut India). Kedua dari kita berbagi ruangan yang sama Selama waktu luang ia menceritakan kisah-kisah para Nabi dan Islam serta Membacakan hadits (perkataan Nabi Muhammad, saw). "
Hati saya gemetar dan selalu timbul pertanyaan dalam hati kecilku. Apa yang akan terjadi padaku setelah kematian? Apakah dosa-dosa saya menempatkan saya dalam api neraka selamanya? Aku takut siksaan kubur untuk orang-orang berdosa dan tidak beriman," katanya.

Hati kecil saya mengatakan sudah waktunya bagi saya untuk memeluk agama Islam dan menjadi seorang pengikut sejati Nabi Muhammad (saw).
Ini merupakan pencarian terakhir saya seumur hidup untuk kebenaran.

Pagi hari berikutnya saya mengungkapkan maksud saya untuk memeluk Islam kepada teman saya Salim dan rekan lainnya di asrama. Sorak kegirangan di asrama perusahaan. Semua orang senang, mereka mengucapkan selamat dan memelukku.

Persaudaraan tanpa perbedaan kasta, keyakinan warna, atau ras yang menarik saya terhadap Islam, "kata Abdur Rahman.

Hari berikutnya pertemuan dengan lembaga bimbingan agama untuk orang asing di Al-Batha, Riyadh. Imam masjid asrama memintanya untuk mengucapkan Syahadat.
Kemudian mengucapkan La ilaha illallah Muhammad Rasul Allah dengan sepenuh hati, menerima Allah sebagai Tuhan dan Muhammad (saw) sebagai Rasul-Nya, Imam menyarankan saya untuk mengubah nama saya menjadi Abdur Rahman dan saya langsung menerimanya.

Abdur Rahman dipindahkan ke Bahri, sebuah kota yang terletak di dekat jalan raya Makkah-Jeddah.Para insinyur proyek sangat senang mengetahui saya telah memeluk Islam. Ia sangat baik terhadap saya dan selalu membantu dan bekerjasama, "kata Abdur Rahman.

Saya ingin lebih dekat kepada Allah. Saya berdoa kepada Allah untuk dipindahkan ke Mekah. Doaku dikabulkan dan saya dipindahkan ke proyek yang terletak di dekat Masjidil Haram.
Perhatian utamanya sekarang adalah tanggung jawab keluarga.Saya sekarang memiliki tugas yang besar yaitu membimbing keluarga saya ke jalan islam.Abdur Rahman memiliki istri dan dua orang putra 16 tahun dan 7tahun.

Saya telah memberitahu mereka di telepon bahwa saya telah meeluk agama Islam dan telah menjadi seorang Muslim. Pada awalnya mereka tidak percaya padaku. Istri saya bilang jika saya kembali ke India untuk berlibur saya harus kembali lagi ke hindu.

Setiap hari saya berdoa dan memohon kepada Allah untuk membimbing keluargaku ke jalan yang benar dan melunakkan hati mereka untuk menerima Islam, "kata Abdur Rahman dengan meneteskan air matanya.

Saya juga akan menghadapi banyak perlawanan dari saudara, teman dan rekan-rekan di desa.Tapi aku bertekad untuk menghadapi mereka.sebab saya yakin bahwa Allah akan membantu, "Imbuhnya.

Abdur Rahman juga memiliki beberapa kata-kata nasihat untuk orang lain. Saya ingin menyampaikan pesan ke semua orang non Muslim di seluruh dunia untuk memeluk Islam supaya berhasil dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. Ia juga sedih melihat begitu banyak umat Islam tidak mengikuti agama Islam sebagai mana diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Aku berharap mereka menghentikan meniru orang lain. "

Dan Khalifah pun Terhina

Abu Abdillah Ahmad bin Hanbal mengatakan, “Ilmu agama adalah bagaikan simpanan harta yang Allah bagikan kepada siapa saja yang Allah cintai. Seandainya ada segolongan manusia yang berhak untuk diistimewakan untuk menjadi ulama tentu keluarga Nabi-lah yang paling berhak mendapatkan pengistimewaan. Atha’ bin Abi Rabah adalah orang Etiopia. Yazid bin Abu Habib itu orang Nobi yang berkulit hitam. Al Hasan Al Bashri adalah bekas budak milik kalangan Anshar. Sebagaimana Muhammad bin Sirin adalah mantan budak dari kalangan Anshar.” (Shifat Ash Shafwah, jilid 2, hal. 211).

Diantara ulama besar Islam di zaman tabiin yang berdomisili di Mekah adalah Abu Muhammad Atha’ bin Aslam Abu Rabah yang terkenal dengan sebutan Atha’ bin Abi Rabah.

Diantara bukti ketinggian ilmu Atha’ adalah pujian Ibnu Umar untuk beliau.

Dari ‘Amr bin Said dari ibunya, sang ibu bertutur bahwa ketika Ibnu Umar tiba di Mekah para penduduk Mekah tanya-tanya soal agama kepada beliau. Mendapati fenomena tersebut Ibnu Umar mengatakan, “Wahai penduduk Mekah mengapa kalian berkumpul menanyaiku padahal di tengah-tengah kalian terdapat Atha bin Abi Rabah.” (Shifat ash Shafwah, jilid 2, hal. 211).

Diantara sisi menarik dari hidup beliau adalah kisah berikut ini,

Dari Ibrahim bin Ishaq Al Harbi, beliau bercerita bahwa Atha’ adalah budak berkulit hitam yang dimiliki oleh seorang perempuan dari penduduk Mekah. Disamping berkulit hitam, Atha’ adalah seorang yang sangat pesek sehingga digambarkan bahwa hidung Atha’ itu hanya seakan-akan biji kacang yang ada di wajahnya. Suatu hari Khalifah ketika itu yang bernama Sulaiman bin Abdul Malik datang menemui Atha’ bersama kedua anaknya. Mereka bertiga duduk di dekat Atha’ yang saat itu sedang mengerjakan shalat sunnah di masjid. Setelah beliau menyelesaikan shalatnya beliau memalingkan muka dari mereka bertiga. Mereka bertiga tidak henti-henti bertanya tentang berbagai hukum mengenai ibadah haji dan Atha’ menjawab pertanyaan mereka sambil membelakangi mereka. Setelah selesai bertanya di jalan pulang Khalifah Sulaiman berkata kepada kedua anaknya,
“Wahai kedua anakku, janganlah kalian kendor dalam belajar agama karena aku tidak akan melupakan kehinaan kita di hadapan budak hitam ini.” (Shifat Ash Shafwah, jilid 2, hal. 211).

Ada beberapa petikan pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah di atas:

1). Ilmu itu didatangi bukan mendatangi. Lihatlah bagaimana seorang khalifah mendatangi seorang ulama untuk bertanya tentang masalah agama.

Dari Abul Qasim At Tafakur, aku mendengar Abu Ali al Hasan bin ‘Ali bin Bundar Al Zanjani bercerita bahwa Khalifah Harun Ar Rasyid mengutus seseorang kepada Imam Malik bin Anas agar beliau berkenan datang ke istana supaya dua anak Harun Ar Rasyid yaitu Amin dan Makmun bisa belajar agama langsung kepada Imam Malik. Imam Malik menolak permintaan Khalifah Harun Ar Rasyid dan mengatakan, ‘Ilmu agama itu didatangi bukan mendatangi.’

Untuk kedua kalinya Khalifah Harun Ar Rasyid mengutus utusan yang membawa pesan sang khalifah, ‘Kukirimkan kedua anakku agar bisa belajar agama bersama murid-muridmu.’ Respon balik Imam Malik, ‘Silahkan dengan syarat keduanya tidak boleh melangkahi pundak supaya bisa duduk di depan dan keduanya duduk dimana ada tempat yang longgar saat pengajian.’ Akhirnya kedua putra khalifah tersebut hadir dengan memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Imam Malik. (Mukhtashar Tarikh Dimasyq, hal. 3769, Syamilah).

2). Seorang yang rendah di mata manusia dapat menjadi mulia karena ilmu. Lihatlah seorang kepala negara dengan kekuasaan nan luas nampak hina dihadapan seorang mantan budak yang berkulit hitam legam. Seorang budak yang tentu tidak punya kelas istimewa di mata manusia dan seorang yang buruk rupa nampak mulia di depan seorang kepala negara. Realita ini adalah diantara bukti benarnya sabda Nabi,

قَالَ عُمَرُ أَمَا إِنَّ نَبِيَّكُمْصلى الله عليه وسلم- قَدْ قَالَ « إِنَّ اللَّهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الْكِتَابِ أَقْوَامًا وَيَضَعُ بِهِ آخَرِينَ

Umar mengatakan “Sesungguhnya Nabi kalian pernah mengatakan, ‘Sesungguhnya Allah itu memuliakan dengan sebab Alquran (baca:ilmu agama) sebagian orang dan menghinakan sebagian orang dengan sebab Alquran(baca: berpaling dari ilmu agama).” (HR. Muslim, no. 1934).

3). Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik adalah seorang penguasa yang memiliki kualitas agama yang cukup baik. Ini dibuktikan dengan tidak canggung untuk bertanya kepada ulama sambil merendah-rendah di hadapan ulama dan kepergian beliau ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji.

وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ

“Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: “Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?” (QS. al Munafiqun:10).

Yang dimaksud dengan ‘aku termasuk orang-orang yang shalih’ adalah aku akan berhaji. Ibnu Abbas mengatakan, “Tidaklah ada orang yang berkewajiban untuk membayar zakat dan berhaji namun tidak melakukannya melainkan saat kematian pastilah dia akan memohon kepada Allah agar bisa kembali ke dunia” (Tafsir al Jalalain, hal. 566, terbitan Darus Salam Riyadh cet. kedua 1422 H).

4). Orang yang hendak mempraktikkan prilaku salaf dalam ‘menyikapi orang lain’-bukan dalam masalah praktik salaf dalam menjelaskan ibadah mahdhah-hendaknya menimbang perubahan dan perbedaan kondisi masyarakat, mulia dan tidaknya ilmu agama dan ulama ahli sunnah di masyarakat saat ini dan baik buruknya dampak perilaku tersebut terhadap citra Islam dan kaum muslimin secara umum dan citra dai, penuntut ilmu, ahli sunnah dan orang-orang shalih secara khusus. Kita tentu sepakat bahwa jika perbuatan Atha’ di atas (menjawab pertanyaan dengan membelakangi penanya) ditiru mentah-mentah oleh seorang ulama atau dai saat ini terhadap para penguasa saat ini, tentu yang terjadi adalah salah faham, buruk sangka dan citra buruk untuk Islam, dakwah Islam, ulama, dai bahkan umumnya kaum muslimin.

Sungguh tidak tepat praktik dakwah sebagian orang yang bersemangat meniru ulama salaf dalam rangka menyikapi orang lain tanpa menimbang adanya berbagai faktor yang melingkupi praktik ulama salaf sehingga praktik mereka di zaman mereka adalah praktik yang tepat, bijak dan tepat sasaran saat itu.

Kisah Islamnya Sahabat Abu Dzar Al-Ghifari

Dari Abdullah bin Ash-Shamit, ia mengatakan bahwa Abu Dzar menuturkan, “Kami keluar dari kaum kami (Ghifar), dan mereka menghalalkan bulan suci. Aku keluar bersama adikku, Unais, dan ibu kami. Kami singgah di rumah paman kami (dari pihak ibu). Paman memuliakan kami dan berbuat baik kepada kami, sehingga kaumnya iri hati terhadap kami. Kata mereka, ‘Jika kamu pergi meninggalkan keluargamu, maka Unais memimpin mereka.’ Kemudian pamanku datang lalu menyampaikan kepada kami apa yang dikatakan kepadanya. Mendengar hal itu kami mengatakan, ‘Kebaikan yang anda perbuat selama ini telah anda cemari. Kami tidak bisa meneruskan hubungan lagi denganmu.’

Kemudian kami mendekati sekawanan unta kami dan kami menungganginya. Sedangkan paman kami menutup wajahnya dengan pakaiannya sambil menangis. Kami pun pergi sehingga kami tiba di gerbang kota Mekkah. Unais membangga-banggakan sekawanan unta kami dibandingkan unta lainnya. Keduanya lalu pergi kepada seorang dukun (sebagai hakim untuk memutuskan keduanya siapa yang lebih baik), lalu hakim tersebut menilai milik Unaislah yang terbaik. Lalu Unais datang kepada kami dengan membawa sekawanan unta kami bersama unta lainnya.

Ia mengatakan, ‘Aku sudah melaksanakan shalat, wahai saudaraku, tiga tahun sebelum aku bertemu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.’ Aku bertanya, ‘Karena siapa?’ Ia menjawab, ‘Karena Allah.’ Aku bertanya, ‘Kemana kamu menghadap?’ Ia menjawab, ‘Aku menghadap di mana Tuhanku menghadap kepadaku. Aku shalat isya’ hingga ketika akhir malam, aku terhempas seolah-olah aku pakaian, hingga matahari terbit.’

Unais berkata, ‘Aku perlu pergi ke Makkah, berilah aku bekal.’ Ia pun berangkat hingga sampai di Makkah, dan cukup lama meninggalkanku. Kemudian ia kembali, maka aku bertanya, ‘Apa yang kamu lakukan di Makkah?’ Ia menjawab, ‘Di Makkah aku bertemu dengan seorang laki-laki yang beragama seperti kamu, yang menyangka bahwa Allah telah mengutusnya (sebagai rasul).’ Aku bertanya, ‘Apa yang dikatakan orang-orang?’ Mereka mengatakannya sebagai penyair, dukun dan penyihir.’ Unais adalah seorang penyair.

Kata Unais, ‘Aku telah mendengar ucapan-ucapan para dukun, tetapi ucapan orang ini tidak seperti ucapan mereka. Aku telah membandingkan ucapannya dengan cara (yang ditempuh) para penyair, tetapi tidak ada yang sesuai dengan ucapan seorang pun, bahwa itu syair. Demi Allah, ia benar dan mereka berdusta’.”

Aku katakan, ‘Berilah aku bekal untuk pergi ke Makkah dan melihat orang itu.’ Aku pun tiba di Makkah, dan mencari orang yang paling lemah di antara mereka, lalu aku bertanya, ‘Di manakah orang yang kamu katakan sebagai Shabi’ (pembawa agama) itu?’ Ia mengisyaratkan kepadaku seraya mengatakan, ‘(Kamu) shabi’.’ Maka penduduk lemah itu melempariku dengan batu dan tulang sehingga aku jatuh pingsan.

Ketika aku terbangun, seolah-olah aku batu merah karena banyaknya darah di tubuhku. Kemudian aku menuju sumur Zam-zam untuk membersihkan darah dari tubuhku dan minum airnya. Aku sudah berada ditempat ini, wahai anak saudaraku, selama 30 hari 30 malam, tanpa memakan sesuatu pun selain air Zam-zam. Aku menjadi gemuk sehingga hilang lekukan perutku dan aku tidak pernah merasa lemah karena kelaparan.

Tatkala penduduk Makkah di malam purnama yang terang benderang, ketika mereka telah tidur, tidak ada seorang pun yang thawaf di Ka`bah, selain dua orang wanita yang bernama Isaf dan Na’ilah.

Lalu keduanya datang kepadaku dalam thawaf keduanya, maka aku katakan, ‘Nikahlah salah satu dari kalian.’ keduanya mengomel tidak karuan. Lalu keduanya datang kepadaku, maka aku katakan, ‘Aku lelaki perkasa.’ Kemudian keduanya pergi sambil mencaci maki dan mengatakan, ‘Seandainya di sini ada seseorang dari para pembela kami.’

Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan Abu Bakar menyambut keduanya, saat keduanya turun. Beliau bertanya, ‘Ada apa dengan kalian berdua?’ Keduanya menjawab, ‘Ada shabi’ di antara Ka’bah dengan penutupnya.’ Beliau bertanya, ‘Apa yang diucapkan kepada kalian berdua?’ Ia menjawab, ‘Ia mengatakan kepada kami dengan ucapan yang tidak pantas.’

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam datang hingga mencium hajar Aswad. Beliau thawaf di Baitullah beserta sahabatnya, kemudian mengerjakan shalat. Setelah menyelesaikan shalatnya, -Abu Dzar mengatakan, ‘Aku adalah mula-mula orang mengucapkan salam kepadanya dengan salam Islam-, maka aku mengucapkan, ‘As-Salamu `alaika, ya Rasulallah!’ Beliau menjawab, ‘Wa `alaika wa rahmatullah.‘ Kemudian beliau bertanya, ‘Siapa kamu?’ Aku menjawab, ‘Dari Ghifar.’

Tapi, lanjut Abu Dzar, beliau menarik tangannya dan meletakkan jarinya pada dahinya. Aku bergumam dalam hatiku, ‘Mungkin beliau tidak suka jika aku menyebut Ghifar.’ Aku pun pergi untuk memegang tangan beliau tapi sahabatnya menghalangiku, dan dia lebih tahu daripadaku. Kemudian beliau mengangkat kepalanya seraya bertanya, ‘Sejak kapan kamu berada di sini?’ Aku menjawab, ‘Sejak 30 hari 30 malam yang lalu.’ Beliau bertanya, ‘Siapa yang memberimu makan?’ Aku menjawab, ‘Aku tidak pernah memakan makanan kecuali air Zam-zam. Aku menjadi gemuk sehingga lekukan perutku hilang, dan aku tidak pernah lemah karena kelaparan.’ Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Air Zam-zam itu memberikan keberkahan. Ia adalah makanan yang mengenyangkan.’

Abu Bakar berkata, ‘Wahai Rasulullah, izinkan aku malam ini untuk menjamunya.” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan Abu Bakar pergi, dan aku ikut pergi bersama keduanya. (Setelah sampai rumahnya) Abu Bakar membuka pintu dan menyuguhkan kepada kami kismis Tha’if. Itulah jamuan pertama yang aku santap. Kemudian aku boleh pergi sesukaku. Aku datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda, ‘Sesungguhnya telah diperlihatkan kepadaku suatu negeri yang memiliki banyak pohon kurma. Aku tidak melihatnya kecuali Yatsrib; apakah kamu sudi menyampaikan kepada kaummu tentang dakwahku? Mudah-mudahan Allah memberi manfaat kepada mereka berkat dakwahmu dan memberi pahala kepadamu karena mendakwahi mereka.’

Kemudian aku mendatangi Unais, maka ia bertanya, ‘Apa yang kamu lakukan di sana?’ Aku menjawab, ‘Yang aku perbuat ialah bahwasanya aku telah masuk Islam dan beriman.’ Unais berkata, ‘Aku tidak membenci agamamu. Sebab aku sudah masuk Islam dan beriman.’ Lalu kami menemui ibu kami, maka ibu mengatakan, ‘Aku tidak membenci agama kalian. Sebab aku telah masuk Islam dan telah beriman.’ Kemudian kami berangkat hingga datang pada kaum kami, Ghifar. Maka, sebagian dari suku Ghifar masuk Islam. Mereka dipimpin oleh ‘Ima’ bin Ruh-shah al-Ghifari, sesepuh mereka.

Sementara separuh dari suku Ghifar lainnya mengatakan, ‘Jika kelak Rasulullah telah sampai di Madinah, maka kami akan masuk Islam.’ Setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tiba di Madinah, separuh dari suku Ghifar yang tersisa masuk ke dalam Islam. Mereka datang untuk masuk Islam seraya mengatakan, ‘Wahai Rasulullah, saudara-saudara kami telah masuk Islam, maka kami pun masuk Islam.’ Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdoa, ‘Semoga suku Ghifar mendapatkan ampunan Allah. Dan suku Aslam, semoga Allah menyelamatkan mereka dari siksaan Neraka.” (Muslim, No. 2473.)

Kisah Peperangan Dahsyat Anas bin Nadhar

Diriwayatkan dari Anas radhiallahu ‘anhu, ia berkata, “Pamanku Anas bin an-Nadhar tidak ikut serta di dalam perang Badar. Kemudian ia berkata, ‘Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, Aku tidak sempat bergabung dalam peperangan pertama melawan orang-orang musyrik. Sekiranya Allah memberi kesempatan kepadaku untuk melawan orang-orang musyrik, tentu Allah Maha Melihat apa yang aku perbuat dalam perang itu.’

Ketika peperangan Uhud berlangsung dan umat Islam nampak cerai berai dalam peperangan itu, ia berkata, ‘Ya Allah, Aku mohon ampunan kepadamu atas apa yang dilakukan kawan-kawanku.’ Yaitu mereka yang melarikan diri dari peperangan, ‘Aku pun berlepas diri dari perbuatan yang dilakukan orang-orang musyrik.’

Ia lalu bangkit dan berpapasan dengan Sa’ad bin Mu’adz sambil berkata, ‘Wahai Mu’adz, lihatlah, di depanmu ada Surga dan alangkah indahnya! Sungguh aku telah mencium bau wanginya dari bawah gunung Uhud.’

Selanjutnya Sa’ad mengomentari apa yang telah dilakukan oleh Anas bin an-Nadhar, ‘Wahai Rasulullah, Aku tidak bisa mencapainya apa yang telah ia lakukan.’

Anas berkata, “Kami dapati dalam tubuhnya lebih dari 80 tusukan pedang dan tombak serta kami dapati ia telah mati. Orang musyriklah yang menghancurkannya sehingga tidak ada seorang pun yang mengenali jenazah beliau selain adik perempuannya, ia mengetahui ciri-cirinya melalui jari-jari tangannya.”

Anas berkata, “Kami berpendapat bahwa ayat, ‘Di antara orang-orang mukmin terdapat orang-orang yang benar-benar mempercayai apa yang telah dijanjikan Allah kepadanya.’ diturunkan berkenaan dengan Anas bin an-Nadhar dan orang yang sepertinya.”

Terdapat suatu riwayat, adik perempuannya yang bernama ar-Rabi’ pernah mematahkan gigi susu seorang wanita. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan agar diberlakukan qishash atasnya. Anas bin an-Nadhar berkata, “Demi jiwa yang telah mengutusmu dengan kebenaran, jangan engkau balas mematahkan gigi susunya.”

Mereka lalu meminta tebusan dan tidak memberlakukan qishash. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selanjutnya bersabda, “Sesungguhnya di antara hamba–hamba Allah terdapat orang yang apabila bersumpah pasti dikabulkan.” (H.R. Al-Bukhari, 2805; Muslim, 1675.)

Masuk Surga karena Membuang Duri

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadis bahwa iman memiliki lebih dari tujuh puluh cabang. Cabang yang paling tinggi dari cabang-cabang keimanan adalah perkataan “la ilaha illallah” dan cabang yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Secara tidak langsung, hadis tersebut juga mengisyaratkan bahwa keimanan seseorang itu bertingkat-tingkat sesuai dengan ilmu dan amal yang ia perbuat. Hanya saja, jangan remehkan suatu amal kebaikan, sekalipun terlihat sedikit dan dianggap remeh oleh manusia. Bisa jadi, Allah subhanahu wa ta’ala akan mengganjar amalan yang dikerjakan secara ikhlas tersebut dengan pahala yang berlipat.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengisahkan bahwa ada seorang laki-laki yang masuk surga karena ia menyingkirkan duri yang berada di suatu jalan, yang dilakukan dengan tujuan agar tidak mengganggu kaum muslimin. Sebab itu, Allah subhanahu wa ta’ala menerima amal baiknya tersebut dan mengganjarnya dengan balasan yang lebih baik. Subhanallah … sungguh Maha Luas rahmat Allah subhanahu wa ta’ala. Semoga hal ini dapat menjadi ibrah bagi kita semua. Allahul Muwaffiq.

Alkisah

Ada seorang laki-laki yang sedang berjalan-jalan di sebuah jalan. Ia menjumpai rerantingan yang berduri yang menghambat jalan tersebut, kemudian ia menyingkirkannya. Lalu ia bersyukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala, maka Allah mengampuni dosa-dosanya.

Dalam sebagian riwayat dari Imam Muslim dari sahabat Abu Hurairah pula, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada seseorang laki-laki yang melewati ranting berduri berada di tengah jalan. Ia mengatakan, ‘Demi Allah, aku akan menyingkirkan duri ini dari kaum muslimin sehingga mereka tidak akan terganggu dengannya.’ Maka Allah pun memasukkannya ke dalam surga.”

Dalam riwayat lain, juga dari sahabat Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Sungguh, aku telah melihat seorang laki-laki yang tengah menikmati kenikmatan di surga disebabkan ia memotong duri yang berada di tengah jalan, yang duri itu mengganggu kaum muslimin.”

Kisah sahih di atas diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dalam Kitab “Al-Adzan“, Bab “Fadhlu Tahjir ila Zhuhri“, no. 652; dan Kitab “Al-Mazhalim“, Bab “Man Akhadzal Ghuzna wama Yu’dzinnas fith Thariq“, no. 2472; juga diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Kitab “Al-Bir wash-Shilah wal Adab“, no. 1914; dan Kitab “Al-Imarah“, no. 1914.

Ibrah

Dalam sebuah hadis qudsi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

مَنْ آ ذَى لي وَليِّاًفَقَدْ اسْتَحَقَّ مُحَا رَبَتِي

“Barang siapa yang menyakiti wali-Ku, ia berhak mendapatkan permusuhan-Ku.” (H.r. Abu Ya’la Al-Musili, 14:372)

Para wali Allah subhanahu wa ta’ala adalah kaum mukminin yang selalu taat kepada perintah-perintah Allah subhanahu wa ta’ala dan memiliki komitmen dengan sunah-sunah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata, “Yang dimaksud dengan wali Allah subhanahu wa ta’ala adalah orang yang berilmu tentang Allah subhanahu wa ta’ala, selalu menjalankan ketaatan kepada-Nya, dan ikhlas dalam beribadah kepada-Nya.”

Sungguh mulia kedudukan kaum mukminin di sisi Allah subhanahu wa ta’ala. Mereka adalah orang-orang yang mendapatkan kehormatan. Mereka tidak boleh diusik atau disakiti, apalagi dimusuhi dan diganggu. Bahkan dalam sebuah hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ دِ مَاءَ كُمْ وَأَمْوَا لَكُمْ حَرَا مٌ عَلَيْكُمْ كَحُرْ مَةِ يَوْ مِكُمْ هَذَا في شَهْرِ كُمْ هَذَا

“Sesungguhnya, darah-darah kalian dan harta-harta kalian itu haram seperti haramnya hari dan bulan kalian ini.” (H.r. Muslim, 6:245)

Dalam kisah di atas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan seseorang yang sedang berjalan di suatu jalan, kemudian menjumpai sebuah pohon yang memiliki banyak duri dan menghalangi jalan kaum muslimin sehingga dapat mengganggu orang-orang yang melewatinya. Kemudian, ia bertekad kuat untuk memotong dan membuangnya dengan tujuan menghilangkan gangguan dari jalan kaum muslimin. Dengan sebab itu, Allah subhanahu wa ta’ala mengampuni dosa-dosanya dan memasukkan ia ke dalam surga-Nya. Bahkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melihatnya sedang menikmati kenikmatan di surga disebabkan amalannya tersebut.

Sungguh, laki-laki tersebut telah beramal dengan amalan yang terlihat remeh tetapi ia diganjar dengan balasan yang teramat besar. Sungguh, rahmat Allah subhanahu wa ta’ala mahaluas dan keutamaan-Nya mahaagung. Apa yang dilakukan laki-laki tersebut adalah salah satu bagian kecil dari petunjuk dan syariat yang telah dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Memang benar bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memerintahkan kita untuk berbuat sebagaimana yang telah dilakukan oleh laki-laki tersebut. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari jalan Abu Barzah Al-Aslami, beliau bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

يَا رَ سُوْ لَ الله ِدُ لَّنِي عَلَى عَمَلٍ أَ نْتَفِعُ بِهِ قَالَ:اِعْزِلْ الْأَ ذَى عَنْ طَرِ يْقِ الْمُسْلِمِيْنَ

“Wahai Rasulullah, tunjukkanlah kepadaku suatu amalan yang dapat bermanfaat bagiku.” Beliau menjawab, “Singkirkanlah gangguan dari jalan-jalan kaum muslimin.” (H.r. Muslim, 13:49; Ibnu Majah, 11:78)

Bahkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mencela dan memperingatkan dengan keras dari perilaku yang dapat mengganggu kaum muslimin di jalan-jalan mereka, dalam hal ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ آذَى الْمُسْلِمِينَ فِي طُرُ قِهِمْ وَجَبَتْ عَلَيْهِ لَعْنَتُهُمْ

“Barang siapa mengganggu kaum muslimin di jalan-jalan mereka, wajib atasnya laknat mereka.”

Mutiara kisah

Kisah di atas banyak sekali mengandung mutiara faedah berharga, di antaranya:

1. Besarnya keutamaan menyingkirkan gangguan dari jalan kaum muslimin dan adanya pahala yang besar yang diberikan bagi siapa saja yang melakukannya.

2. Luasnya rahmat Allah subhanahu wa ta’ala dan agungnya pahala yang disiapkan buat hamba-hamba-Nya yang beriman. Allah subhanahu wa ta’ala memasukkan laki-laki tersebut ke dalam surga sekaligus dengan sebab amalannya yang sedikit, yaitu menyingkirkan gangguan dari jalan kaum muslimin, karena memang seseorang masuk surga itu berkat fadilah Allah subhanahu wa ta’ala yang dianugerahkan kepadanya, bukan sekadar karena amalan yang ia perbuat. Seandainya bukan karena fadilah Allah subhanahu wa ta’ala, tentulah tidak ada seorang pun yang dapat masuk surganya Allah subhanahu wa ta’ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Dekatkanlah diri kalian kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan tepatilah kebenaran. Ketahuilah, bahwa tidaklah salah seorang dari kalian akan selamat (dari neraka) dengan amalnya.” Mereka mengatakan, “Apakah engkau juga demikian, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Demikian juga aku. Hanya saja, Allah telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepadaku.” (H.r. Muslim, no. 2816)

3. Pepohonan yang boleh ditebang dan dibuang adalah pepohonan yang mengganggu kaum muslimin. Adapun apabila bermanfaat bagi kaum muslimin seperti pohon yang digunakan untuk berteduh manusia maka tidak boleh ditebang, kecuali apabila ada maslahat tertentu. Bahkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat mendorong kaum muslimin untuk menanam tanaman-tanaman atau tumbuhan yang dapat berbuah dan bermanfaat bagi manusia. Dalam sebuah hadis, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَامِنْ مُسْلِمٍ يَغْر سُ غَرْ سًا إِ لَّا كَانَ مَاأُكِلَ مِنْهُ لَهُ صَدَ قَةٌوَمَاسُرِقَ مِنْهُ لَهُ صَدقَةٌوَمَا أَ كَلَ السَّبُحُ مِنْهُ فَهُوَ لَهُ صَدَ قَةٌ وَمَا أَ كَلنْ الطًيْرُ فَهُوُ فَهُوُ لَهُ صَدَ قَةٌ وَ لَا يَرْ زَؤُهُ أَ حَدٌ إِ لَّا كَانَ لَهُ صَدَقَةٌ

“Tidak seorang muslim pun yang menanam suatu tanaman melainkan bagian yang dimakan dari pohon tersebut adalah sedekah baginya, bagian yang dicuri dari pohon tersebut adalah sedekah baginya, bagian yang dimakan oleh burung-burung adalah sedekah baginya, serta bagian yang dikurangi oleh seseorang juga sedekah baginya.” (H.r. Al-Bukhari, 8:118; Muslim, 8:176; At-Tirmidzi, 5:253)

4. Kisah di atas sekaligus merupakan peringatan keras kepada sebagian manusia yang tidak hanya enggan menyingkirkan gangguan dari jalan tetapi justru membuang sampah-sampah rumahnya dan sisa-sisa makanan mereka ke jalan-jalan yang dilewati kaum muslimin. Akibatnya, hal itu dapat mengganggu dan menghambat saudaranya yang lain yang melewati jalan tersebut. Wal’iyadzubillah. Seandainya mereka mengetahui pahala yang akan diberikan oleh Allah subhanahu wa ta’ala kepada siapa saja yang mau ikhlas berbuat baik kepada sesama kaum muslimin, tentulah mereka tidak akan berbuat sedemikian itu.

Wallahu a’lam. Walhamdulillahi Rabbil ’alamin.

Kesabaran Syaikh Abdul Qaidr Al-Jailani dalam Menuntut Ilmu

Al-Hafizh Ibnu Rajab Al-Hanbali rahimahullah berkata dalam kitabnya Dzailu Thabaqatil Hanabilah,I:298, tentang biografi Imam Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani rahimahullah (wafat tahun 561 H.), “Syaikh Abdul Qadir berkata, “Aku memunguti selada, sisa-sisa sayuran dan daun carob dari tepi kali dan sungai. Kesulitan yang menimpaku karena melambungnya harga yang terjadi di Baghdad membuatku tidak makan selama berhari-hari. Aku hanya bisa memunguti sisa-sisa makanan yang terbuang untukku makan.

Suatu hari, karena saking laparnya, aku pergi ke sungai dengan harapan mendapatkan daun carob, sayuran, atau selainnya yang bisa ku makan. Tidaklah aku mendatangi suatu tempat melainkan ada orang lain yang telah mendahuluinya. Ketika aku mendapatkannya,maka aku melihat orang-orang miskin itu memperebutkannya. Maka, aku pun membiarkannya, karena mereka lebih membutuhkan.

Aku pulang dan berjalan di tengah kota. Tidaklah aku melihat sisa makanan yang terbuang, melainkan ada yang mendahuluiku mengambilnya. Hingga, aku tiba di Masjid Yasin di pasar minyak wangi di Baghdad. Aku benar-benar kelelahan dan tidak mampu menahan tubuhku. Aku masuk masjid dan duduk di salah satu sudut masjid. Hampir saja aku menemui kematian. Tib-tiba ada seorang pemida non Arab masuk ke masjid. Ia membawa roti dan daging panggang. Ia duduk untuk makan. Setiap kali ia mengangkat tangannya untuk menyuapkan makanan ke mulutnya, maka mulutku ikut terbuka, karena aku benar-benar lapar. Sampai-sampai, aku mengingkari hal itu atas diriku. Aku bergumam, “Apa ini?” aku kembali bergumam, “Disini hanya ada Allah atau kematian yang telah Dia tetapkan.”

Tiba-tiba pemuda itu menoleh kepadaku, seraya berkata, “Bismillah, makanlah wahai saudaraku.” Aku menolak. Ia bersumpah untuk memberikannya kepadaku. Namun, jiwaku segera berbisik untuk tidak menurutinya. Pemuda itu bersumpah lagi. Akhirnya, akupun mengiyakannya. Aku makan dengantidak nyaman. Ia mulai bertanya kepadaku, “Apa pekerjaanmu? Dari mana kamu berasal? Apa julukanmu?” Aku menjawab, “Aku orang yang tengah mempelajari fiqih yang berasal dari Jailan bernama Abdul Qadir. Ia dikenal sebagai cucu Abdillah Ash-Shauma ‘I Az-Zahid?” Aku berkata, “Akulah orangnya.”

Pemuda itu gemetar dan wajahnya sontak berubah. Ia berkata, “Demi Allah, aku tiba di Baghdad, sedangkan aku hanya membawa nafkah yang tersisa milikku. Aku bertanya tentang dirimu, tetapi tidak ada yang menunjukkanku kepadamu. Bekalku habis. Selama tiga hari ini aku tidak mempunyai uang untuk makan, selain uang milikmu yang ada padaku. Bangkai telah halal bagiku (karena darurat). Maka, aku mengambil barang titipanmu, berupa roti dan daging panggang ini. Sekarang, makanlah dengan tenang. Karena, ia adalah milikmu. Aku sekarang adalah tamumu, yang sebelumnya kamu adalah tamuku.”

Aku berkata kepadanya, “Bagaimana ceritanya?” Ia menjawab, “Ibumu telah menitipkan kepadaku uang 8 dinar untukmu. Aku menggunakannya karena terpaksa. Aku meminta maaf kepadamu.” Aku menenangkan dan menenteramkan hatinya. Aku memberikan sisa makanan dan sedikit uang sebagai bekal. Ia menerima dan pergi.”

Kedermawaan Di tengah Kemiskinan

Al-Mas’udi dalam kitab Murujuzd Dzahab VII:73-75, dan Al-Qadhi Iyadh dalam Tartibul Madarik III: 212-213, menuturkan tentang biografi pakar peperangan dan sirah, Muhammad bin Umar Al-Waqidi (wafat tahun 207 H), bahwa Muhammad bin Sa’d telah berkata, ”Al-Waqidi pernah melihatku sedang gundah. Ia berkata kepadaku, ’Jangan gundah, karena rezeki datang dari arah yang tidak terduga.’ Suatu hari aku mengalami kesulitan sampai aku harus menjual kudaku. Yahya bin Khalid menungguku dalam waktu yang lama. Aku pun meminta maaf kepadanya, hingga akhirnya ia memahami kondisiku. Ia memberiku uang 500 dinar, lalu aku membawanya pulang ke rumah. Dalam benakku uang itu akan aku gunakan untuk membayar hutang dan memenuhi kebutuhan keluarga. Namun, tiba-tiba pintu rumahku diketuk oleh seorang laki-laki dari Madinah yang telah dirampok hartanya. Ia adalah keturunan Abu Bakar Ash-Shidiq radhiallahu ‘anhu. Ia mengeluhkan keadaannya kepadaku. Maka, aku memberikan sisa uang itu kepadanya dan aku gagal untuk membeli kuda baru.

Yahya bin Khalid menungguku, maka aku beritahukan kepadanya apa yang telah terjadi. Maka, ia mendatangi laki-laki keturunan Abu Bakar tadi dan menanyainya. Laki-laki itu menjawab, ‘Benar, aku telah menerima dinar-dinar itu darinya, namun ketika aku sampai di rumah, datanglah fulan keturunan Anshar. Ia mengadukan keadaannya kepadaku, maka aku pun memberikan dinar-dinar itu kepadanya.’

Yahya mendatangi keturunan Anshar itu. Ia bertanya kepadanya, apakah laki-laki keturunan Abu Bakar itu telah memberinya uang ? Laki-laki itu pun menceritakan kejadian yang sebenarnya, dan Yahya bin Khalid takjub dengan kedermawanan kami.

Lalu. Yahya memberiku seribu dinar lagi, juga kepada laki-laki keturunan Abu Bakar dan keturunan Anshar itu dalam jumlah yang sama. Di tambah lima ratus untuk istriku, karena kesedihannya saat aku memberikan dinar-dinar itu kepada lai-laki keturunan Abu Bakar.”

Al-Waqidi menuturkan, “Aku memiliki dua teman, salah seorang dari keduanya adalah Al-Hasyimi. Kami sangat akrab laksana satu jiwa. Suatu saat aku ditimpa kesulitan yang amat sangat, padahal hari raya Ied sudah dekat. Istriku berkata kepadaku, ‘Kita masih bisa bersabar menghadapi kesulitan dan kesengsaraan ini,namun anak-anak kita, hatiku merasa teriris karena kasihan kepada mereka. Mereka mellihat anak-anak tetangga berhias dan berpakaian bagus di hari raya, sementara anak-anak kita masih tetap dengan pakaian usang mereka. Sekiranya engkau bisa mengusahakan sesuatu, sehingga kita bisa membelikan mereka pakaian yang pantas.’

Maka, aku menulis surat kepada kawanku, Al-Hsyimi. Aku meminta bantuannya. Ia pun mengirimkan kepadaku sebuah kantong bersegel. Ia menyatakan bahwa isinya uang seribu dirham. Aku belum berbuat sesuatu dengan uang itu, namun tiba-tiba kawanku yang lain menulis surat kepadaku. Ia mengeluhkan kepadaku seperti yang pernah aku keluhkan, maka kantong tersebut aku kirim kepadanya. Lalu, aku pergi ke masjid. Aku bermalam disana, karena aku merasa tidak enak kepada istriku. Kemudian aku pulang ke rumah. Saat aku masuk menemuinya, ia menganggap baik apa yang telah aku lakukan, sehingga ia tidak menyalahkanku.

Ketika dalam kondisi seperti itu, tiba-tiba datanglah temanku, Al-Hasyimi, dengan membawa kantong tersebut seperti sedia kala. Ia berkata kepadaku, “Katakanlah kepadaku dengan jujur, apa yang engkau lakukan terhadap uang yang telah aku kirim kepadamu?” Maka, aku pun menceritakan apa yang telah terjadi.

Ia berkata, “Engkau mengirim surat kepadaku meminta bantuanku. Aku tidak mempunyai sesuatu pun, selain apa yang aku kirim kepadamu. Dan, aku menulis surat kepada teman kita untuk meminta bantuan, maka ia pun mengirimkan kantongku ini masih dengan segelnya.”

Al-Waqidi berkata, “ Maka, kami memakai seribu dirham itu secara bersama-sama. Kami membaginya menjjadi tiga, setelah kami menyisihkan seratus dirham untuk istriku. Berita ini sampai ke telinga Al-Makmun. Ia memanggilku, lalu aku pun menjelaskan kejadian sebenarnya. Maka. Ia member kami 7000 dinar. Masing-masing dari kami mendapat 2000 dinar, dan 1000 dinar untuk istriku.”

Buah dari Kejujuran Abu Bakar Muhammad Al-Bazzaz

Kelaparan Abu Bakar Muhammad Al-Bazzaz yang Dibalas dengan Kemakmuran Harta

Al-Hafizh Ibnu Rajab Al-Hanbali radhiallahu ‘anhu berkata dalam kitab nya Dzailu Thabaqatil Hanabilah, I :196, tentang biografi Qadhi Abu Bakar Muhammad bin Abdul Baqi Al-BaghdadiAl-Bazzaz Al-Anshari (wafat tahun 535 H. di Baghdad), “Syaikh Shalih Abul Qasim Al-Khazzaz Al-Baghdadi menuturkan,”Aku mendengar Qadhi Abu Bakar Muhammad bin Abdul Baqi bin Muhammad Al-Bazzaz Al-Anshari bercerita, ’Aku pernah tinggal di Mekah-semoga Allah menjaganya-. Pada suatu hari, aku ditimpa kelaparan yang sangat. Aku tidak memiliki apapun untuk melawan rasa lapar. Aku menemukan sebuah kantong sutra yang terikat dengan tali dari kain sutra pula. Aku mengambilnya dan membawanya pulang ke rumah. Aku membukanya dan ternyata isinya adalah sebuah kalung mutiara yang belum pernah aku lihat sebelumnya.

Aku keluar, dan mendengar ada seseorang yang telah berusia lanjut mencari kalung itu. Ia membawa kantong berisi uang 500 dinar. Ia berkata, ”Ini adalah hadiah bagi siapa saja yang mengembalikan kantongku yang berisi mutiara.” Aku membatin, ‘Aku sedang butuh dan lapar. Aku akan mengambil dinar tersebut dan memanfaatkannya. Aku akan mengembalikan kantong berisi mutiara ini kepadanya.’

Aku berkata kepadanya, ’Kemarilah bersamaku.’ Aku membawanya ke rumahku. Ia menyampaikan kepadaku ciri-ciri kantong itu, tali pengikatnya, dan mutiara yang berada di dalamnya. Maka, aku mengeluarkan kantong itu dan mengembalikan kepadanya. Ia menyerahkan 500 dinar kepadaku, tetapi aku tidak mau mengambilnya. Aku berkata, ‘Aku harus mengembalikannya kepadamu, dan tidak akan mengambil upah.’ Ia berkata kepadaku, ”Kamu harus menerimanya.” Ia terus mendesakku, tetapi aku tetap menolaknya. Maka, iapun meninggalkanku dan pergi.

Selanjutnya, aku pergi meninggalkan kota Mekah. Aku mengarungi lautan. Tiba-tiba, perahu kami pecah, dan para penumpangnya tenggelam. Harta mereka musnah. Aku selamat dengan berpegangan pada pecahan kayu perahu tersebut. Aku terombang-ambing di lautan untuk beberapa waktu, tanpa tahu kemana air akan membawaku. Aku terdampar di sebuah pulau yang ada penduduknya. Aku singgah di sebuah masjid. Orang-orang mendengarku membaca Al-Qur’an. Semua orang yang tinggal di pulau tersebut mendatangiku dan berkata, “ Ajarilah aku membaca Al-Qur’an.” Maka, aku pun mendapatkan banyak harta dari mereka.

Di masjid itu aku melihat beberapa lembar kertas mushaf. Aku pun mengambil dan membacanya. Orang-orang bertanya kepadaku, ”Anda bisa menulis?” ‘Ya,’ jawabku. Mereka berkata, “Ajarilah kami menulis.” Maka, mereka datang membawa anak-anak mereka, baik yang masih kecil maupun para pemudanya. Aku pun mengajari mereka, dan aku mendapatkan imbalan harta yang berlimpah. Setelah itu, mereka berkata kepadaku, “Disini ada seorang anak perempuan yatim. Ia memiliki banyak harta, dan kami ingin Anda menikahinya.” Aku menolak, namun mereka berkata,”Ini harus!” Mereka terus memaksaku, dan akhirnya akupun mengiyakannya.

Ketika mereka membawanya kepadaku, mataku terbelalak melihatnya. Aku melihat sebuah kalung tergantung di lehernya. Aku terpaku memandanginya. Mereka berkata, ”Wahai Syaikh, Anda telah mematahkan hati wanita yatim ini dengan pandanganmu kepada kalung itu. Mengapa Anda memandangnya seperti itu?” Aku pun menceritakan kisah kalung mutiara yang pernah kutemukan dulu kepada mereka. Mereka terperanjat, sembari mengucapkan takbir dan tahlil, hingga terdengar oleh seluruh penduduk pulau. Aku bertanya ‘Ada apa dengan kalian?’ Mereka menjawab, “Syaikh, yang memiliki kalung itu adalah ayah wanita ini. Ia pernah mengatakan, “Aku belum pernah menemukan seorang muslim sejati di dunia ini, selain orang yang telah mengembalikan kalungku ini kepadaku.” Lalu, ia berdoa, ”Ya allah, kumpulkanlah ia denganku, sehingga aku dapat menikahkannya dengan putriku.” Dan sekarang hal itu telah tewujud.

Aku tinggal di pulau itu, dan aku dikaruniai dua orang anak. Setelah wanita itu wafat, aku mewarisi kalung tersebut bersama kedua anakku. Lalu, kedua anakku pun wafat, sehingga kalung itu menjadi milikku. Aku menjualnya seharga 100.000 dinar. Harta yang kalian lihat bersamaku ini adalah sisa-sisa dari harta tersebut.”

Masuk Islamnya Pendeta Italia Setelah Menyaksikan Jenazah Raja Fahd

Hidayah Allah datangnya tidak bisa diraba-raba. Apabila Allah menghendaki maka ia akan mendatangi hamba yang berbahagia itu. Demikianlah kisah seorang pendeta asal Italia.

Seorang pendeta terkenal di Italia mengumumkan masuk Islam setelah menyaksikan jenazah raja Arab Saudi, Fahd bin Abdul Aziz, untuk kemudian mengucapkan dua kalimat syahadat. Hal itu terjadi setelah ia melihat betapa sederhananya prosesi pemakaman jenazah yang jauh dari pengeluaran biaya yang mahal dan berlebihan.

Sang mantan pendeta telah mengikuti secara seksama prosesi pemakaman sang Raja yang bersamaan waktunya dengan jenazah yang lain. Ia melihat tidak ada perbedaan sama sekali antara kedua jenazah tersebut. Keduanya sama-sama dishalatkan dalam waktu yang bersamaan.

Pemandangan ini meninggalkan kesan mendalam tersendiri pada dirinya sehingga gambaran persamaan di dalam Islam dan betapa sederhananya prosesi pemakaman yang disaksikan oleh seluruh dunia di pekuburan ‘el-oud’ itu membuatnya masuk Islam dan merubah kehidupannya. Tidak ada perbedaan sama sekali antara kuburan seorang raja dan penguasa besar dengan kuburan rakyat jelata. Karena itulah, ia langsung mengumumkan masuk Islam.

Salah seorang pengamat masalah dakwah Islam mengatakan, kisah masuk Islamnya sang pendeta tersebut setelah sekian lama perjalanan yang ditempuh mengingatkan pada upaya besar yang telah dikerahkan di dalam mengenalkan Islam kepada sebagian orang-orang Barat. Ada seorang Da’i yang terus berusaha sepanjang 15 tahun untuk berdiskusi dengan pendeta ini dan mengajaknya masuk Islam. Tetapi usaha itu tidak membuahkan hasil hingga ia sendiri menyaksikan prosesi pemakaman Raja Fahd yang merupakan pemimpin yang dikagumi dan brilian. Baru setelah itu, sang pendeta masuk Islam.

Sang Muslim baru yang mengumumkan keislamannya itu pada hari prosesi pemakaman jenazah pernah berkata kepada Dr al-Malik, “Buku-buku yang kalian tulis, surat-surat kalian serta diskusi dan debat yang kalian gelar tidak bisa mengguncangkanku seperti pemandangan yang aku lihat pada pemakaman jenazah raja Fahd yang demikian sederhana dan penuh toleransi ini.”

Ia menambahkan, “Pemandangan para hari Selasa itu akan membekas pada jiwa banyak orang yang mengikuti prosesi itu dari awal seperti saya ini.”

Ia meminta agar kaum Muslimin antusias untuk menyebarkan lebih banyak lagi gambaran toleransi Islam dan keadilannya agar dapat membekas pada jiwa orang lain. Ia menegaskan, dirinya telah berjanji akan mengerahkan segenap daya dan upaya dari sisa usianya yang 62 tahun in untuk menyebarkan gambaran Islam yang begitu ideal. Semoga Allah menjadikan keislamannya berkah bagi alam semesta…

Rabu, 17 Agustus 2011

Fir’aun: Karakter Fasis yang Dikisahkan di Dalam Al Qur’an

Karakteristik nyata dari para pemimpin fasis adalah kecenderungan mereka untuk mendirikan rezim di atas ketakutan dan penindasan. Mereka cenderung mengintimidasi rakyat mereka dengan ancaman, represi, dan penyiksaan, dan kemudian mengendalikan mereka sesuka hatinya. Inilah yang terjadi pada hampir semua rezim fasis. Mereka yang mengikutinya adalah orang-orang yang mendukung kekuatan alih-alih kebenaran. Yang dengan mudah tunduk di hadapan kebrutalan, dan merupakan jenis jiwa-jiwa lemah yang dapat dengan mudah diarahkan ke mana saja yang diinginkan penguasa. Kejahilan memainkan peranan penting di sini.

Di dalam Al Quran, Allah memberikan sebuah contoh dari seorang diktator dan jenis masyarakat yang setia kepadanya yakni: Mesir di jaman Fir’aun.

Fir’aun yang memerintah Mesir pada jaman Nabi Musa membangun sistem yang sepenuhnya berdasarkan pada penindasan. Dua tidak ragu untuk menggunakan kekuatan dan kekejaman, sebagaimana dilakukan semua pemimpin fasis untuk memperkuat otoritas mereka.

Jika kita kaji apa yang disebutkan Al Quran tentang Fir’aun, kita melihat sebuah kemiripan yang mengejutkan dengan para pemimpin fasis modern. Seperti para pemimpin fasis di masa kini, Fir’aun membagi rakyat di negerinya ke dalam kelas-kelas, dan membantai sebagian dari mereka:

"Kami membacakan kepadamu sebagian dari kisah Musa dan Fir'aun dengan benar untuk orang-orang yang beriman. Sesungguhnya Fir'aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir'aun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. 28: 3-4)

Ciri khas lain yang mengejutkan dari rezim Fir’aun adalah penggunaan kekuatan militer terhadap rakyatnya sendiri, dengan cara yang serupa dengan kaum fasis modern. Misalnya, dia mengirimkan tentaranya untuk mencegah kepergian bani Israil dan Nabi Musa. Al Quran berulang kali menggunakan ungkapan "Fir’aun dan bala tentaranya” ketika berbicara tentang pemerintahannya, yang menunjukkan bahwa Fir’aun memimpin sebuah pemerintahan militer.

Kemiripan lainnya antara Fir’aun dan kaum fasis masa kini adalah cara mereka menggambarkan diri sendiri sebagai makhluk suci. "Pendewaan pemimpin” yang dilakukan oleh rezim Hitler dan Mussolini juga dilakukan secara terbuka oleh Fir’aun:

"Dan berkata Fir'aun: ‘Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku’."(QS. 28: 38)

"Dan Fir'aun berseru kepada kaumnya berkata: ‘Hai kaumku, bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan sungai-sungai ini mengalir di bawahku; maka apakah kamu tidak melihat?’.” (QS. Az-Zukhruf, 43: 51)

Ayat tersebut juga menunjukkan bahwa Fir’aun menyampaikan pidato yang tajam dan mengintimidasi rakyatnya, ciri khas paling khusus dari metode propaganda yang digunakan para diktator fasis seperti Hitler dan Mussolini.


RAMESES II: FIR’AUN FASIS DARI MESIR KUNO
Rameses II, yang berkuasa di Mesir pada masa Nabi Musa, memerintah sebuah rezim yang berdasarkan penindasan dan kekejaman, memperbudak kaum minoritas di negerinya (bangsa Israel), dan menganggap dirinya manusia suci. Sama seperti yang dilakukan kaum fasis modern.
Ketika Fir’aun tengah memaksa rakyatnya untuk mengikuti ke mana pun ia membawa mereka, nabi yang sejati, yakni Nabi Musa datang untuk menyampaikan kebenaran kepada rakyat Mesir dan mengajak mereka ke jalan yang lurus. Namun mereka takut untuk mengikuti Musa, dan tetap setia pada Fir’aun yang mereka anggap lebih kuat:

"Maka tidak ada yang beriman kepada Musa, melainkan pemuda-pemuda dari kaumnya dalam keadaan takut bahwa Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya akan menyiksa mereka. Sesungguhnya Fir'aun itu berbuat sewenang-wenang di muka bumi. Dan sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang melampaui batas." (QS. Yunus, 10: 83)

Tampaklah, sebagian dari orang-orang yang mungkin saja mempercayai Nabi Musa tidak mampu melakukannya karena takut menyebabkan kemarahan Fir’aun dan para pengikutnya. Hal ini memperlihatkan bahwa rezim Fir’aun adalah rezim yang menindas rakyat semata-mata karena kepercayaan mereka, sebuah karakteristik fundamental fasisme.

Kesamaan lain antara Fir’aun dan para pemimpin fasis kontemporer adalah diskriminasi dan perlakuan rasis mereka terhadap rakyat. Cara pandang rasis dari kaum fasis modern dapat juga ditemukan pada Fir’aun. Seperti halnya pemimpin-pemimpin "anti Semit” di zaman modern, Fir’aun juga menganggap bangsa Israel sebagai ras rendahan, dan menghina nabi Musa dan Harun di hadapan bangsa mereka sendiri, bani Israel. Inilah salah satu kata-kata Fir’aun dan para pembesarnya:

"Dan mereka berkata: "Apakah kita percaya kepada dua orang manusia seperti kita, padahal kaum mereka adalah orang-orang yang menghambakan diri kepada kita?" (QS. Al Mu’minuun, 23:47)

Dari contoh-contoh yang telah dikemukakan, jelas terlihat adanya persamaan penting antara sistem Fir’aun dan sistem yang digunakan rezim-rezim fasis di masa kini. Persamaan-persamaan ini tidak hanya terbatas pada sistem pemerintahan, melainkan juga pada rakyat yang diperintah sistem tersebut. Tentu saja, mayoritas rakyat yang dibiarkan oleh Fir’aun dan patuh pada aturannya, sebenarnya menyadari bahwa mereka melakukan hal yang salah, dan bahwa Nabi Musa membawa kebenaran. Namun, karena merasa Fir’aun sangat kuat, dan merupakan pemimpin mereka, mereka menganggap tidak punya pilihan lain. Mereka jatuh ke bawah pengaruh kekuatan dan kekuasaan yang kejam. Mereka mempercayai prinsip "kekuatan adalah kebenaran”, meski pemilik seluruh kekuatan dan kekuasaan adalah Tuhan. Karena tak mampu memahami ini, mereka beserta Fir’aun pada akhirnya mendapatkan kehinaan yang menyakitkan, baik di dunia maupun akhirat. Al Quran menjelaskan balasan yang akan diterima orang-orang seperti ini:


Penggunaan simbol-simbol fasis modern pada kerajaan Rameses II (atas) sangat menarik. Simbol binatang-binatang buas dan agresif, serta gambar-gambar yang mencerminkan kepercayaan pagan, ditujukan untuk membangkitkan kekejaman dan menimbulkan rasa takut.
Maka Kami hukumlah Fir'aun dan bala tentaranya, lalu Kami lemparkan mereka ke dalam laut. Maka lihatlah bagaimana akibat orang-orang yang zalim. Dan Kami jadikan mereka pemimpin-pemimpin yang menyeru ke neraka dan pada hari kiamat mereka tidak akan ditolong." (QS. 28:40-42)

Akhir hidup yang dialami oleh para pemimpin fasis sama buruknya dengan yang dialami Fir’aun. Hitler bunuh diri, dan Mussolini dihukum mati oleh rakyatnya sendiri. Kekejaman yang mereka lakukan untuk mengangkat diri mereka sendiri hanya membawa mereka kepada kehinaan. Mereka menjadi orang-orang yang diingat dengan rasa muak oleh generasi berikutnya. Selanjutnya, kehinaan di akhirat akan jauh lebih besar lagi. Namun, harus diingat bahwa siksaan akhirat tidak hanya terbatas untuk mereka saja, melainkan juga bagi para pengikut mereka. Kebenaran ini dinyatakan dalam Al Quran:

"Dan mereka semuanya akan berkumpul menghadap ke hadirat Allah, lalu berkatalah orang-orang yang lemah kepada orang-orang yang sombong: ‘Sesungguhnya kami dahulu adalah pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu menghindarkan daripada kami azab Allah sedikit saja?’ Mereka menjawab: ‘Seandainya Allah memberi petunjuk kepada kami, niscaya kami dapat memberi petunjuk kepadamu. Sama saja bagi kita, apakah kita mengeluh ataukah bersabar. Sekali-kali kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri’ .” (QS. Ibrahim, 14:21)

Banyak diktator telah membentuk rezim lalim di dunia ini, dengan rakyat yang membungkukkan badan kepada mereka, karena pengaruh kekuasaan kejam, kekerasan, ketakutan dan dominasi, atau sebagaimana disebutkan Al Quran "menuruti perintah semua penguasa yang sewenang-wenang lagi menentang” (QS. Huud, 11: 59). Allah menampakkan kesalahan besar yang telah dilakukan para pemimpin dan rakyatnya ini:

"Dan telah datang Fir'aun dan orang-orang yang sebelumnya dan negeri-negeri yang dijungkir balikkan karena kesalahan yang besar. Maka mereka mendurhakai rasul Tuhan mereka, lalu Allah menyiksa mereka dengan siksaan yang sangat keras." (QS. 69: 9-10)

Para Sahabat Nabi Yang Masyhur

1. Abu Usaid
أَبُو أُسَيد (تُوُفِّيَ 60 هـ)‏
‏مَالِكُ بنُ رَبِيعَةَ بنِ البَدَنِ السَّاعِدِيُّ، صَحَابِيٌّ، شَهِدَ بَدرًا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ، آخِرُ مَن مَاتَ مِن أَهلِ بَدرٍ، كُفَّ بَصَرُهُ فِي آخِرِ عُمرِهِ، مَاتَ فِي المَدِينَةِ.‏
Abu Usaid (meninggal dunia pada tahun 60 Hijrah) : Beliau ialah Malik bin Rabi`ah bin al-Budni daripada kaum Saidi. Merupakan seorang sahabat , pernah menyertai peperangan Badar bersama Nabi s.a.w. Beliau ialah orang yang terakhir meninggal dunia daripada kalangan mereka yang telah menyertai peperangan Badar. Beliau telah kehilangan penglihatannya pada akhir hayatnya. Meninggal dunia di Madinah.

2. Abu Umamah
‏أَبُو أُمَامَةَ (تُوُفِّيَ 1 هـ)‏
‏(أَسعَدُ بنُ زُرَارَةَ) صَحَابِيٌّ أَنصَارِيٌّ قَدِيمُ الإِسلَامِ، شَهِدَ العَقَبَتَينِ، كَانَ نَقِيبًا عَلَى قَبِيلَتِهِ، أَوَّل مَن بَايَعَ لَيلَةَ العَقَبَةِ، أَوَّلُ مَن قَدِمَ بِالإِسلَامِ المَدِينَةَ.‏
Abu Umamah (meninggal dunia pada tahun 1 Hijrah) : Beliau ialah As'ad bin Zurarah, seorang sahabat dari kalangan Ansar yang telah memeluk Islam sejak awal lagi. Beliau telah menyaksikan kedua-dua perjanjian Aqabah dan merupakan ketua kepada kabilahnya. Beliau merupakan orang yang pertama memberi Bai'ah (janji setia) pada malam Aqabah dan merupakan orang yang mula-mula membawa Islam di Madinah.

3. Abu Ayyub Al-Anshari
‏أَبُو أَيُّوبَ الأَنصَارِيُّ (تُوُفِّيَ 52 هـ/672 م)‏
‏(خَالِدُ بنُ زَيدِ بنِ كُلَيبٍ) صَحَابِيٌّ خَزرَجِيٌّ أَنصَارِيٌّ، لَمَّا قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ إِلَى المَدِينَةِ نَزَلَ فِي دَارِهِ، شَهِدَ العَقَبَةَ وَبَدرًا وَأُحُدًا وَالخَندَقَ وَسَائِرَ المَشَاهِدِ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ، تُوُفِّيَ بِحِصَارِ القُسطَنطِينِيَّةِ.‏
Abu Ayub al-Ansari (meninggal dunia pada tahun 52 Hijrah bersamaan 672 Masehi) : Beliau ialah Khalid bin Zaid bin Kulaib, seorang sahabat dari kalangan Khazraj Ansar. Ketika Rasulullah s.a.w tiba di Madinah, baginda telah berhenti di rumahnya. Beliau telah mengikuti serta menyaksikan perjanjian Aqabah, peperangan Badar, Uhud, Khandak dan seluruh peperangan bersama Rasulullah s.a.w. Beliau meninggal dunia kerana kepungan Konstantinople.

4. Abu Darda'
‏أَبُو الدَّردَاءِ (تُوُفِّيَ 32 هـ/652 م)‏
‏(عُوَيمِرُ بنُ مَالِكٍ) صَحَابِيٌّ خَزرَجِيٌّ أَنصَارِيٌّ مِن رُوَاةِ الحَدِيثِ، آخَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ بَينَهُ وَبَينَ سَلمَانَ الفَارِسِيِّ، شَهِدَ مَا بَعدَ أُحُدٍ مِن المَشَاهِدِ وَاختُلِفَ فِي شُهُودِهِ أُحُدًا، كَانَ قَاضِيًا لِدِمَشقَ تُوُفِّيَ فِي خِلَافَةِ عُثمَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ.
‏Abu ad-Darda' (meninggal dunia pada tahun 32 Hijrah bersamaan 652 Masehi) : Beliau ialah Uwaimir bin Malik, seorang sahabat dari kalangan Khazraj Ansar dan tergolong daripada perawi hadis. Rasulullah s.a.w telah mempersaudarakannya dengan Salman al-Farisi. Beliau telah menyertai seluruh peperangan selepas peperangan Uhud dan para ulamak telah berselisih pendapat tentang penyertaannya dalam peperangan Uhud. Beliau telah dilantik sabagai pemerintah di Damsyik dan meninggal dunia pada zaman pemerintahan Khalifah Othman r.a.

5. Abu Burdah Al-Anshari
‏أَبُو بُردَةَ الأَنصَارِيُّ (تُوُفِّيَ 41 هـ)‏
‏هَانِئُ بنُ نِيَارِ بنِ عَمرٍو البَلَوِيُّ، خَالُ البَرَاءِ بنِ عَازِبٍ، شَهِدَ بَدرًا، رَوَى عَنهُ جَابِرُ بنِ عَبدِ اللَّهِ وَعَبدُ الرَّحمَنِ بنُ جَابِرٍ فِي (كِتَابِ مُحَارَبَةِ أَهلِ الرِّدَّةِ)، مَاتَ فِي أَوَّلِ خِلَافَةِ مُعَاوِيَةَ.‏
Abu Burdah al-Ansari (meninggal dunia pada tahun 41 Hijrah) : Beliau ialah Hani' bin Niar bin Amr al-Balwa bapa saudara kepada al-Barraa' bin A'zib. Beliau telah menyertai peperangan Badar. Mereka yang telah meriwayatkan daripadanya ialah Jabir bin Abdullah, Abdul Rahman bin Jabir di dalam kitab " Memerangi Orang Yang Murtad" . Meninggal dunia pada awal pemerintahan Muawiah.

6. Abu Barzah
‏أَبُو بَرزَةَ (تُوُفِّيَ 65 هـ)‏
‏نَضلَةُ بنُ عُبَيدِ بنِ الحَارِثِ الأَسلَمِيُّ، كَانَ مِن سُكَّانِ المَدِينَةِ ثُمَّ البَصرَةِ، شَهِدَ مَعَ عَلِيٍّ قِتَالَ أَهلِ النَّهرَوَانِ، ثُمَّ شَهِدَ قِتَالَ الأَزَارِقَةِ مَعَ المُهَلَّبِ بنِ أَبِي صُفرَةَ، لَهُ 46 حَدِيثًا.‏
Abu Barzah (meninggal dunia pada tahun 65 Hijrah) : Beliau ialah Nadhlah bin Ubaid bin al-Harith al-Aslami. Beliau adalah merupakan penduduk Madinah kemudian menetap di Basrah. Beliau telah bersama Ali memerangi tentera Nahrawan kemudian bersama dengan al-Mahlab bin Abu Shafrah untuk memerangi puak Azariqah. Beliau telah meriwayatkan sebanyak 46 hadis.

7. ‏Abu Bashir al-Ansari
‏أَبُو بَشِيرٍ الأَنصَارِيُّ (تُوُفِّيَ 63 هـ)‏
‏أَبُو بَشِيرٍ الأَنصَارِيُّ الحَارِثِيُّ، رَوَى عَنهُ عَبَّادُ بنُ تَمِيمٍ الأَنصَارِيُّ فِي (الجِهَادِ)، أَدرَكَ الحَرَّةَ وَجُرِحَ جِرَاحَاتٍ وَمَاتَ بَعدَ ذَلِكَ.‏
Abu Bashir al-Ansari (meninggal dunia pada tahun 63 Hijrah) : Beliau ialah Abu Bashir daripada kalangan Ansari kaum al-Harith. I'bad bin Tamim telah meriwayatkan hadis daripadanya mengenai "Jihad" . Beliau telah mengikuti peperangan Hurrah dan telah tertimpa kecederaan yang parah sehingga menyebabkan kematian.

8. ‏Abu Bakar as-Siddik
‏أَبُو بَكرٍ الصِّدِّيقُ (51 ق هـ-13 هـ/573-634 م)‏
‏(عَبدُ اللَّهِ بنُ عُثمَانَ بنِ عَامِرٍ). أَوَّلُ مَن آمَنَ بِالرَّسُولِ مِن الرِّجَالِ وَأَوَّلُ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ (11-13 هـ/632-634 م)، صَحِبَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ قَبلَ البَعثَةِ وَبَعدَهَا، وَاحتَمَلَ الشَّدَائِدَ، وَبَذَلَ المَالَ وَاستَمَرَّ مَعَهُ طَوَالَ إِقَامَتِهِ بِمَكَّةَ وَرَافَقَهُ فِي الهِجرَةِ وَفِي الغَارِ وَفِي المَشَاهِدِ كُلِّهَا، بُويِعَ بِالخِلَافَةِ بَعدَ وَفَاةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ، حَارَبَ أَهـلَ الرِّدَّةِ وَالمُمتَنِعِينَ عَن الزَّكَاةِ.‏
Abu Bakar as-Siddik (tahun 51 Sebelum Hijrah - 13 Hijrah, 573 - 634 Masehi) : Beliau ialah Abdullah bin Othman bin Amir. Merupakan orang yang pertama beriman dengan Rasulullah s.a.w dari kalangan lelaki dan merupakan khalifah ar-Rasyidin yang pertama (11 - 13 Hijrah bersamaan 622 - 624 Masehi). Sentiasa mengiringi Nabi s.a.w sebelum dibangkit menjadi rasul dan selepasnya. Beliau telah sanggup untuk menanggung penderitaan, membelanjakan seluruh hartanya dan sentiasa bersama dengan baginda Rasulullah s.a.w selama baginda berada di Mekah. Beliau telah mengiringi Nabi s.a.w semasa hijrah, di dalam gua dan dalam seluruh peperangan. Beliau telah dilantik menjadi khalifah selepas kewafatan Rasulullah s.a.w, telah memerangi golongan yang murtad dan mereka yang enggan membayar zakat.

9. Abu Bakrah
‏أَبُو بَكرَةَ (تُوُفِّيَ 52 هـ)‏
‏نُفَيعُ بنُ الحَارِثِ بنِ كِلدَةَ الثَّقَفِيُّ، صَحَابِيٌّ مِن أَهلِ الطَّائِفِ، لَهُ 132 حَدِيثًا، تُوُفِّيَ بِالبَصرَةِ.‏
Abu Bakrah (meninggal dunia pada tahun 52 Hijrah) : Beliau ialah Nafie' bin al-Harith bin Kildah al-Thaqafi yang merupakan seorang sahabat daripada Taif. Beliau telah meriwayatkan sebanyak 132 hadis. Telah meninggal dunia di Basrah.

10. ‏Abu Juhaifah
‏أَبُو جُحَيفَةَ(تُوُفِّيَ 74 هـ)‏
‏وَهبُ بنُ عَبدِ اللَّهِ بنِ مُسلِمِ بنِ جُنَادَةَ السُّوَائِيُّ، صَحَابِيٌّ، تُوُفِّيَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ صَبِيٌّ، سَكَنَ الكُوفَةَ، وَلِيَ بَيتَ المَالِ لِعَلِيٍّ فَكَانَ يَدعُوهُ وَهبَ الخَيرِ.‏
Abu Juhaifah (meninggal dunia pada tahun 74 Hijrah) : Beliau ialah Wahab bin Abdullah bin Muslim bin Janadah as-Sawaie yang merupakan seorang sahabat. Semasa kewafatan Nabi s.a.w , beliau masih kecil. Beliau telah menetap di Kufah, dilantik oleh Ali sebagai penjaga Baitulmal dan digelarkan beliau dengan " pemberi kebajikan".

11. ‏Abu Huzaifah bin Utbah
‏أَبُو حُذَيفَةَ بنُ عُتبَةَ (تُوُفِّيَ 11 هـ)‏
‏(أَبُو حُذَيفَةَ بنُ عُتبَةَ بنِ رَبِيعَةَ بنِ عَبدِ شَمسِ بنِ عَبدِ مَنَافٍ) صَحَابِيٌّ قُرَشِيٌّ، كَانَ مِن السَّابِقِينَ لِلإِسلَامِ، هَاجَرَ الهِجرَتَينِ وَصَلَّى إِلَى القِبلَتَينِ، شَهِدَ بَدرًا وَاستُشهِدَ يَومَ اليَمَامَةِ.‏
Abu Huzaifah bin Utbah (meninggal dunia pada tahun 11 Hijrah) : Beliau ialah Abu Huzaifah bin Utbah bin Rabiah bin Abdu Syams bin Abdul Manaf. Seorang sahabat dari kalangan Quraisy, merupakan orang yang terawal memeluk Islam. Beliau telah berhijrah pada dua hijrah dan sempat bersembahyang menghadap ke arah dua kiblat. Telah menyertai peperangan Badar dan telah gugur syahid di Yamamah.

12. ‏Abu Dujanah al-Ansari
‏أَبُو دُجَانَةَ الأَنصَارِيُّ (تُوُفِّيَ 11 هـ)‏
‏صَحَابِيٌّ، شَهِدَ بَدرًا، اُستُشهِدَ بِاليَمَامَةِ، مِمَّن شَارَكَ فِي قَتلِ مُسَيلِمَةَ.‏
Abu Dujanah al-Ansari (meninggal dunia pada 11 Hijrah) : Merupakan seorang sahabat. Telah menyertai peperangan Badar dan gugur shahid semasa peperangan Yamamah. Beliau juga terdiri dari kalangan mereka yang menyertai untuk memerangi Musailamah.

13. Abu Dzar Al-Ghifari
‏أَبُو ذَرٍّ الغَفَّارِيِّ (تُوُفِّيَ 32 هـ/652 م)‏
‏صَحَابِيٌّ مِن السَّابِقِينَ إِلَى الإِسلَامِ، كَانَ مِمَّن حَرَّمَ الخَمرَ وَالأَزلَامَ فِي الجَاهِلِيَّةِ، وَكَانَ مِمَّن لَا يَعبُدُ الأَصنَامَ، اِشتُهِرَ بِتَقوَاهُ وَتَقَشُّفِهِ، كَانَ يُحَرِّضُ الفُقَرَاءَ عَلَى مُشَارَكَةِ الأَغنِيَاءِ فِي أَموَالِهِم، شَهِدَ فَتحَ القُدسِ مَعَ عُمَرَ بنِ الخَطَّابِ، قَالَ عَنهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ: "يَرحَمُ اللَّهُ أَبَا ذَرٍّ يَعِيشُ وَحدَهُ وَيَمُوتُ وَحدَهُ وَيُبعَثُ وَحدَهُ. "‏
Abu Zar al-Ghifari (meninggal dunia pada tahun 32 Hijrah bersamaan 652 Masehi) : Seorang sahabat yang terawal memeluk Islam. Beliaulah daripada orang-orang yang mengharamkan arak dan judi pada masa jahiliah dan daripada mereka yang tidak menyembah berhala. Beliau masyhur dengan sifat ketakwaannya dan hidup dalam keadaan susah. Beliau telah menggalakkan orang-orang fakir supaya berkerja dengan orang-orang kaya. Beliau telah menyertai dalam pembukaan kota Baitulmaqdis bersama dengan Omar bin al-Khattab. Rasulullah s.a.w telah bersabda mengenainya yang bermaksud: "Allah merahmati Abu Zar yang mana beliau hidup berseorangan, mati berseorangan dan akan dibangkitkan dengan berseorangan".

14. ‏Abu Said al-Khudri
‏أَبُو سَعِيدٍ الخُدرِيُّ (تُوُفِّيَ 74 هـ)‏
‏(سَعدُ بنُ مَالِكِ بنِ سِنَانٍ) صَحَابِيٌّ خَزرَجِيٌّ أَنصَارِيٌّ رَوَى عَن النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ وَالصَّحَابَةِ الكَثِيرَ، كَانَ مِن أَفقَهِ أَحدَاثِ الصَّحَابَةِ، غَزَا اِثنَي عَشَرَ غَزوَةً، كَانَ مُفتِي المَدِينَةِ وَفِيهَا تُوُفِّيَ.‏
Abu Said al-Khudri (meninggal dunia pada tahun 74 Hijrah) : Beliau ialah Saad bin Malik bin Sinan, seorang sahabat dari kalangan Khazraj Ansar. Telah meriwayatkan banyak hadis daripada Rasulullah s.a.w dan daripada para sahabat yang mana beliau merupakan sahabat yang paling alim. Beliau telah mengikuti dua belas peperangan. Beliau merupakan mufti di Madinah dan telah meninggal dunia disana.

15. ‏Abu Sufian bin Harb
‏أَبُو سُفيَانَ بنُ حَربٍ (تُوُفِّيَ 31 هـ/652 م)‏
‏(صَخرُ بنُ حَربِ بنِ أُمَيَّةَ) ثَرِيٌّ قُرَشِيٌّ كَانَ مِن أَشَدِّ المُنَاوِئِينَ لِلإِسلَامِ، قَادَ المُشرِكِينَ فِي أُحُدٍ وَالخَندَقِ، أَسلَمَ يَومَ الفَتحِ، وَالِدُ مُعَاوِيَةَ مُؤَسِّسِ الدَّولَةِ الأُمَوِيَّةِ.‏
Abu Sufian bin Harb (meninggal dunia pada tahun 31 Hijrah bersamaan 652 Masehi) : Beliau ialah Sakhr bin Harb bin Umayyah, seorang hartawan Quraisy dan merupakan orang yang paling kuat memusuhi Islam, pernah mengetuai tentera Musyrikin dalam peperangan Uhud dan Khandak. Beliau telah memeluk Islam pada hari pembukaan kota Mekah. Merupakan ayah kepada Muawiyah pengasas kerajaan Umayyah.

16. ‏Abu Salamah al-Makhzumi
‏أَبُو سَلَمَةَ المَخزُومِيُّ (تُوُفِّيَ 4 هـ)‏
‏(عَبدُ اللَّهِ بنُ عَبدِ الأَسَدِ) مِن السَّابِقِينَ إِلَى الإِسلَامِ، أَخُو النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ مِن الرَّضَاعَةِ، هَاجَرَ إِلَى المَدِينَةِ وَالحَبَشَةِ، شَهِدَ بَدرًا وَمَاتَ بِالمَدِينَةِ، أَوَّلُ مَن يُعطَى كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ.‏
Abu Salamah al-Makhzumi (meninggal dunia pada tahun 754 Hijrah) : Beliau ialah Abdullah bin Abdul Asad yang merupakan orang yang terawal memeluk Islam. Beliau merupakan saudara susuan Nabi s.a.w. Telah berhijrah ke Madinah dan Habsyah. Beliau telah mengikuti peperangan Badar dan telah meninggal dunia di Madinah. Beliau merupakan orang yang pertama akan diberikan kitab amalannya dengan tangan kanan.

17. ‏Abu Shuraih al-Adawi
‏أَبُو شُرَيحٍ العَدَوِيُّ (تُوُفِّيَ 68 هـ)‏
‏خُوَيلِدُ بنُ عَمرِو بنِ صَخرٍ الخُزَاعِيُّ الكَعبِيُّ، صَحَابِيٌّ أَسلَمَ يَومَ الفَتحِ وَكَانَ يَحمِلُ أَلوِيَةَ بَنِي كَعبٍ، مَاتَ بِأَيلَةَ.‏
Abu Shuraih al-Adawi (meninggal dunia pada tahun 68 Hijrah) : Beliau ialah Khuwailid bin Amru bin Sakhr al-Khazaie daripada kaum Kaab. Aadalah seorang sahabat yang telah memeluk Islam pada masa pembukaan kota Mekah. Beliau merupakan pembawa panji kepada Bani Kaab. Beliau telah meninggal dunia di Ailah yang terletak antara Hijaz dan Syria.

18. ‏Abu Ubaidah bin al-Jarrah
‏أَبُو عُبَيدَةَ بنُ الجَرَّاحِ (تُوُفِّيَ 18 هـ/639 م)‏
‏(عَامِرُ بنُ عَبدِ اللَّهِ)،صَحَابِيٌّ قُرَشِيٌّ أَحَدُ العَشَرَةِ المُبَشَّرِينَ بِالجَنَّةِ أَمِينُ هَذِهِ الأُمَّةِ، شَهِدَ الغَزَوَاتِ كُلَّهَا، أَحَدُ قَادَةِ فُتُوحِ الشَّامِ، كَانَ أَبُوهُ فِي صَفِّ المُشرِكِينَ فَنَازَلَهُ وَقَتَلَهُ، تُوُفِّيَ بِطَاعُونِ عَموَاسَ.‏
Abu Ubaidah bin al-Jarrah (meninggal dunia pada tahun 18 Hijrah bersamaan 639 Masehi) : Beliau ialah Amir bin Abdullah, seorang sahabat dari kalangan Quraisy yang merupakan salah seorang daripada sepuluh orang yang telah dijamin dapat memasuki syurga, juga merupakan pemegang amanah kepada umat ini. Beliau telah menyertai kesemua peperangan, beliau juga merupakan salah seorang daripada pimpinan tentera semasa pembukaan negeri Syam dan telah membunuh bapanya yang berada dalam barisan tentera Musyrikin. Beliau meninggal dunia kerana ditimpa penyakit taun yang merebak di Amwas (sebuah tempat di Palestin).

19. ‏Abu Mas`ud Al-Ansari
‏أَبُو مَسعُودٍ الأَنصَارِيُّ (تُوُفِّيَ 40 هـ)‏
‏عُقبَةُ بنُ عَمرِو بنِ ثَعلَبَةَ الأَنصَارِيُّ البَدرِيُّ، كُنيَتُهُ أَبُو مَسعُودٍ، صَحَابِيٌّ، شَهِدَ العَقَبَةَ وَأُحُدًا وَمَا بَعدَهَا، نَزَلَ بِالكُوفَةِ، كَانَ مِن أَصحَابِ عَلِيٍّ فَاستَخلَفَهُ عَلَيهَا لَمَّا سَارَ إِلَى صِفِّينَ، لَهُ أَكثَرُ مِن مِائَةِ حَدِيثٍ.‏
Abu Mas`ud Al-Ansari (meninggal dunia pada tahun 40 Hijrah) : Beliau ialah Uqbah bin Amru bin Tha`labah seorang sahabat daripada kalangan Ansar. Digelar dengan nama Abu Mas'ud. Beliau telah menyertai perjanjian Aqabah, peperangan Uhud dan peperangan-peperangan seterusnya. Beliau telah menetap di Kufah. Adalah merupakan sahabat karib kepada Ali lalu diminta supaya menggantikannya semasa dia pergi ke medan Siffin. Beliau mempunyai lebih daripada seratus hadis.

20. ‏Abu Musa al-Asya'ari
‏أَبُو مُوسَى الأَشعَرِيُّ (تُوُفِّيَ 44 هـ)‏
‏(عَبدُ اللَّهِ بنُ قَيسٍ) هَاجَرَ إِلَى الحَبَشَةِ، قَدِمَ المَدِينَةَ بَعدَ فَتحِ خَيبَر، اِستَعمَلَهُ عُثمَانُ عَلَى الكُوفَةِ، كَانَ أَحَدَ المُحَكِّمِينَ بِصِفِّينَ ثُمَّ اِعتَزَلَ الفَرِيقَينِ.‏
Abu Musa al-Asya'ari (meninggal dunia pada tahun 44 Hijrah) : Beliau ialah Abdullah bin Qais, pernah berhijrah ke Habsyah. Beliau telah menuju ke Madinah selepas pembukaan Khaibar. Beliau telah dilantik oleh khalifah Othman sebagai pemerintah Kufah. Beliau adalah merupakan salah seorang hakim dalam majlis Tahkim antara dua kumpulan dalam peperangan Siffin kemudian beliau telah mengasingkan diri dari kedua-dua kumpulan tersebut.

21. Abu Hurairah

‏أَبُو هُرَيرَةَ (تُوُفِّيَ 59 هـ/678 م)‏
‏) عَبدُ الرَّحمَنِ بنُ صَخرٍ الأَزدِيُّ، أَسلَمَ عَامَ خَيبَرَ سَنَةَ 7 هـ وَشَهِدَ فَتحَ خَيبَرَ مَعَ الرَّسُولِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ، لَزِمَ الرَّسُولَ وَوَاظَبَ عَلَيهِ رَغبَةً فِي العِلمِ، كَانَ مِن أَئِمَّةِ الفَتوَى، اِستَعمَلَهُ عُمَرُ عَلَى البَحرَينِ ثُمَّ رَآهُ لَيِّنَ العَرِيكَةِ مَشغُولًا بِالعِبَادَةِ فَعَزَلَهُ، تُوُفِّيَ بِالمَدِينَةِ.‏
Abu Hurairah (meninggal dunia pada tahun 59 Hijrah bersamaan 678 Masehi) : Beliau ialah Abdul Rahman bin Sakhr al-Azdi, telah memeluk Islam pada tahun Khaibar iaitu pada tahun 7 Hijrah, beliau telah menyertai pembukaan Khaibar bersama Rasulullah s.a.w. Beliau sentiasa melazimi Rasulullah s.a.w dan bersegera kepada baginda kerana menuntut ilmu. Beliau merupakan imam dalam mengeluarkan fatwa. Saidina Umar telah melantik beliau sebagai pemerintah Bahrin kemudian memecatnya kerana mendapati beliau sangat sibuk dengan urusan ibadat. Beliau telah meninggal dunia di Madinah.

22. ‏Abu Waqid Al-Laithi
‏أَبُو وَاقِدٍ اللَّيثِيُّ (تُوُفِّيَ 68 هـ)‏
‏عَوفُ بنُ الحَارِثِ اللَّيثِيُّ، كُنيَتُهُ أَبُو وَاقِد، صَحَابِيٌّ، شَهِدَ بَدرًا، نَزَلَ بِالمَدِينَةِ، مَاتَ فِي مَروالرُّوذِ فِي خِلَافَةِ مُعَاوِيَةَ.‏
Abu Waqid Al-Laithi (meninggal dunia pada tahun 68 Hijrah) : Beliau ialah Auf bin al-Harith al-Laithi yang digelar dengan panggilan Abu Waqid. Merupakan seorang sahabat yang telah menyertai peperangan Badar dan menetap di Madinah. Meninggal dunia di Merv, Turkmenistan semasa pemerintahan Muawiah.

23. ‏Ubai bin Kaab bin Qais
‏أُبَيُّ بنُ كَعبِ بنِ قَيسٍ (تُوُفِّيَ 21 هـ)‏
‏كَانَ قَبلَ الإِسلَامِ مِن أَحبَارِ اليَهُودِ، وَكَانَ مُطَّلِعًا عَلَى الكُتُبِ القَدِيمَةِ، شَهِدَ العَقَبَةَ الثَّانِيَةَ وَأَسلَمَ وَبَايَعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ وَأَصبَحَ بَعدَ ذَلِكَ مِن كُتَّابِ الوَحيِ، شَهِدَ بَدرًا وَأُحُدًا وَالمَشَاهِدَ كُلَّهَا، أَحَدُ القُرَّاءِ الأَربَعَةِ الَّذِينَ جَمَعُوا القُرآنَ فِي حَيَاةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ وَكَانَ يُعرَفُ بِسَيِّدِ القُرَّاءِ.‏
Ubai bin Kaab bin Qais (meninggal dunia pada tahun 21 Hijrah) : Sebelum Islam beliau merupakan seorang pendeta Yahudi dan sentiasa menyelidiki kitab-kitab yang lampau. Beliau telah menyertai perjanjian Aqabah yang kedua dan memeluk Islam serta memberi Baiah (janji setia) kepada nabi s.a.w, selepas itu beliau telah dilantik sebagai salah seorang daripada penulis wahyu. Beliau telah menyertai peperangan Badar, Uhud dan peperangan yang lain. Beliau merupakan salah seorang daripada empat Qari yang telah mengumpulkan al-Quran semasa hayat nabi s.a.w dan beliau dikenali dengan panggilan "Sayyidul Qurraa".

24. Usamah Bin Zaid
‏أُسَامَةُ بنُ زَيدٍ (تُوُفِّيَ 54 هـ/674 م)‏
‏وُلِدَ فِي الإِسلَامِ، أَمَّرَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ عَلَى جَيشٍ عَظِيمٍ وَهُوَ حَدِيثُ السِّنِّ، كَانَ عُمَرُ يُجِلُّهُ، اِعتَزَلَ الفِتَنَ بَعدَ قَتلِ عُثمَانَ، تُوُفِّيَ بِالمَدِينَةِ.
‏Usamah bin Zaid (meninggal dunia pada tahun 54 Hijrah bersamaan 674 Masehi) : Beliau telah dilahirkan pada zaman Islam. Beliau telah diperintahkan oleh Nabi s.a.w supaya memimpin bala tentera yang besar dalam usia yang begitu muda. Saidina Umar sentiasa memuji dan memperbesarkannya. Beliau telah mengasingkan diri dari fitnah selepas pembunuhan Saidina Othman, beliau telah meninggal dunia di Madinah.

25. ‏Usaid bin Hudhair
‏أُسَيدُ بنُ حُضَيرٍ (تُوُفِّيَ نَحوَ 20 هـ)‏
‏صَحَابِيٌّ أَنصَارِيٌّ، فَارِسُ الأَوسِ وَرَئِيسُهُم يَومَ بُعَاثٍ، مِن السَّابِقِينَ فِي الإِسلَامِ وَأَحَدُ النُّقَبَاءِ لَيلَةَ العَقَبَةِ، آخَى النَّبِيُّ صَلَّى اَللَّه عَلَيهِ وَسَلَّمَ بَينَهُ وَبَينَ زَيدِ بنِ حَارِثَةَ، تُوُفِّيَ فِي خِلَافَةِ عُمَرَ بنِ الخَطَّابِ.‏
Usaid bin Hudhair (meninggal dunia pada tahun 20 Hijrah) : Beliau ialah seorang sahabat dari kalangan Ansar, salah seorang daripada pejuang Aus dan panglima mereka pada peperangan Bu'ath. Merupakan orang yang terawal memeluk Islam dan salah seorang naqib pada malam Aqabah. Nabi s.a.w telah mempersaudarakan beliau dengan Zaid bin Harithah, beliau meninggal dunia pada zaman khalifah Umar bin al-Khattab.

26. ‏Anas bin Malik bin an-Nadhr
‏أَنَسُ بنُ مَالِكِ بنِ النَّضرِ (تُوُفِّيَ 93 هـ)‏
‏صَحَابِيٌّ خَزرَجِيٌّ أَنصَارِيٌّ، خَادِمُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ، شَهِدَ الفُتُوحَ، أَحَدُ المُكثِرِينَ مِن الرِّوَايَةِ، قَطَنَ البَصرَةَ وَمَاتَ بِهَا.‏
Anas bin Malik bin an-Nadhr (meninggal dunia pada tahun 93 Hijrah) : Beliau merupakan salah seorang sahabat daripada kalangan Khazraj Ansar, merupakan khadam Rasulullah s.a.w. Beliau telah menyertai banyak pembukaan Islam dan merupakan orang yang banyak meriwayatkan hadis.Beliau telah menetap di Basrah dan meninggal dunia di sana.

27. ‏Al-Ahnaf bin Qais
‏الأَحنَفُ بنُ قَيسٍ (تُوُفِّيَ 67 هـ)‏
‏(الأَحنَفُ بنُ قَيسِ بنِ حُصَينٍ المُرِّيُّ المِنقَرِيُّ التَّمِيمِيُّ)، كَانَ سَيِّدَ بَنِي تَمِيمٍ وَأَحَدَ العُقَلَاءِ الدُّهَاةِ الفُصَحَاءِ، غَزَا خُرَاسَانَ تَحتَ قِيَادَةِ أَبِي مُوسَى الأَشعَرِيِّ، اِعتَزَلَ الفِتنَةَ يَومَ الجَمَلِ، لَكِنَّهُ شَهِدَ صِفِّينَ مَعَ عَلِيِّ بنِ أَبِي طَالِبٍ، عَارَضَ عَلِيًّا فِي اِختِيَارِهِ لِأَبِي مُوسَى الأَشعَرِيِّ مُحَكِّمًا، لَم يَستَجِب لِاستِمَالَةِ مُعَاوِيَةَ لَهُ بَعدَ أَن تَوَلَّى الخِلَافَةَ.‏Al-
Ahnaf bin Qais (meninggal dunia pada tahun 67 Hijrah) : Beliau ialah al-Ahnaf bin Qais bin Hushain al-Mari al-Munqari al-Tamimi, merupakan ketua Bani Tamim dan salah seorang daripada cendikiawan yang amat fasih. Beliau telah mengikuti peperangan Khurasan dibawah pimpinan Abu Musa al-Asya'ari. Beliau telah memencilkan diri daripada peperangan Jamal tetapi beliau telah menyertai peperangan Siffin bersama dengan Saidina Ali bin Abi Talib. Beliau tidak bersetuju dengan Saidina Ali dalam memilih Abu Musa al-Asya'ari sebagai hakim , beliau juga tidak menerima tawaran daripada Muawiah setelah perlantikan Muawiah sebagai khaliah.

28. ‏Al-Aqraa' bin Haabis
‏الأَقرَعُ بنُ حَابِسٍ (تُوُفِّيَ 31 هـ/651 م)‏
‏(الأَقرَعُ بنُ حَابِسِ بنِ عِقَالٍ الدَّارِمِيُّ) مِن سَادَاتِ العَرَبِ فِي الجَاهِلِيَّةِ، قَدِمَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ فِي وَفدِ بَنِي دَارِمٍ فَأَسلَمُوا جَمِيعًا، رَافَقَ خَالِدَ بنَ الوَلِيدِ فِي أَكثَرِ وَقَائِعِهِ بِاليَمَامَةِ أَيَّامَ الرِّدَّةِ وَشَارَكَ فِي حُرُوبِ العِرَاقِ وَأَبلَى فِيهَا بَلَاءً حَسَنًا وَاستُشهِدَ بالجوزجان.‏
Al-Aqraa' bin Haabis (meninggal dunia pada tahun 31 Hijrah bersamaan 651 Masehi) : Beliau ialah al-Aqraa' bin Haabis bin Iqal ad-Darimi daripada kalangan pembesar Arab pada zaman Jahiliah. Beliau telah tampil menemui Rasulullah s.a.w bersama dengan rombongan Bani Darim lalu kesemuanya telah memeluk Islam.Beliau telah menyertai bersama dengan Khalid bin al-Walid dalam banyak peperangan di Yamamah semasa memerangi golongan murtad dan menyertai beberapa peperangan di Iraq. Beliau telah memberikan suatu sumbangan yang baik dan telah gugur syahid di medan peperangan Juzjan.

29. Barraak bin Azib
‏البَرَاءُ بنُ عَازِبٍ (تُوُفِّيَ 71 هـ/690 م)‏
‏صَحَابِيٌّ خَزرَجِيٌّ، شَارَكَ فِي فَتحِ فَارِس، شَهِدَ مَعَ عَلِيٍّ الجَمَلَ وَصِفِّينَ وَقِتَالَ الخَوَارِجِ، سَكَنَ الكُوفَةَ وَمَاتَ بِهَا.‏
Al-Barraak bin Azib (meninggal dunia pada tahun 71 Hijrah bersamaan 690 Masehi) : Merupakan seorang sahabat daripada kalangan Khazraj. Beliau telah mengikut serta dalam pembukaan Farsi, beliau juga telah menyertai bersama Saidina Ali dalam peperangan al-Jamal dan Siffin serta peperangan memerangi golongan Khawarij. Beliau menetap di Kufah dan meninggal dunia di sana.

30. ‏Al- Harith bin Kaldah
‏الحَارِثُ بنُ كِلدَةَ (50 هـ)‏
‏ثَقَفِيٌّ مِن أَهلِ الطَّائِفِ، طَبِيبُ العَرَبِ فِي عَصرِهِ ، وَأَحَدُ الحُكَمَاءِ المَشهُورِينَ، رَحَلَ إِلَى فَارِس وَأَخَذَ الطِّبَّ هُنَاكَ، وُلِدَ فِي الجَاهِلِيَّةِ وَعَاشَ فِي أَيَّامِ الرَّسُولِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ وَالخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ، لَهُ تَصَانِيفُ فِي الطِّبِّ مِنهَا: كُتُبُ المُحَاوَرَةِ فِي الطِّبِّ بَينَهُ وَبَينَ كِسرَى، كَانَ شَاعِرًا، تُوُفِّيَ فِي أَيَّامِ مُعَاوِيَةَ.‏
Al- Harith bin Kaldah (meninggal dunia pada tahun 50 Hijrah) : Beliau adalah berasal daripada kaum Thaqif yang berasal dari Taif, merupakan doktor kepada orang Arab dan salah seorang daripada intelektual yang masyhur. Beliau telah pergi ke Farsi dan belajar ilmu kedoktoran di sana. Beliau dilahirkan pada zaman Jahiliah dan sempat berada pada zaman Nabi s.a.w dan para khalifah ar-Rasyidin. Beliau banyak mengarang kitab dalam ilmu perubatan seperti: Kitab-kitab tentang perbincangan beliau dengan raja Kisra. Beliau juga adalah merupakan seorang penyair. Telah meninggal dunia pada zaman pemerintahan Muawiah.

31. Habbab bin al-Munzir bin al-Jamuh
‏الحَبَّابُ بنُ المُنذِرِ بنِ الجَمُوحِ (تُوُفِّيَ 20 هـ)‏
‏صَحَابِيٌّ مِن الشُّجعَانِ، صَاحِبُ المَشُورَةِ يَومَ بَدرٍ بِالنُّزُولِ فِي أَدنَى المَاءِ بِبَدرٍ لِلِقَاءِ المُشرِكِينَ، كَانَت لَهُ آرَاءُ مَشهُورَةٌ فِي الجَاهِلِيَّةِ شَهِدَ بَدرًا وَأُحُدًا وَالمَشَاهِدَ كُلَّهَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ، مَاتَ فِي خِلَافَةِ عُمَرَ.‏
Al-Habbab bin al-Munzir bin al-Jamuh (meninggal dunia pada tahun 20 Hijrah) : Beliau merupakan sahabat yang berani, telah diterima pandangannya dalam mesyuarat semasa peperangan Badar supaya turun ke tempat air untuk menentang para musyrikin. Beliau mempunyai beberapa pandangan yang masyhur pada zaman Jahiliah, telah menyertai peperangan Badar, Uhud dan semua peperangan bersama Rasulullah s.a.w. Beliau meninggal dunia pada zaman pemerintahan Saidina Umar.

32. ‏Al-Hasan bin Ali
‏الحَسَنُ بنُ عَلِيٍّ (تُوُفِّيَ 50 هـ)‏
‏كَانَ أَشبَهَ النَّاسِ بِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ، بِكرُ أَبنَاءِ عَلِيٍّ وَفَاطِمَةَ بُويِعَ لَهُ بِالخِلَافَةِ بَعدَ مَقتَلِ أَبِيهِ فَآثَرَ عَدَمَ القِتَالِ وَتَرَكَ الخِلَافَةَ وَبَايَعَ مُعَاوِيَةَ عَلَى أَن يَجعَلَ العَهدَ لَهُ مِن بَعدِهِ، مَاتَ فِي المَدِينَةِ.‏
Al-Hasan bin Ali (meninggal dunia pada tahun 50 Hijrah) : Beliau adalah orang yang paling hampir menyerupai Rasulullah s.a.w, merupakan anak pertama Saidina Ali dan Fatimah. Beliau telah dilantik menjadi khalifah selepas kematian ayahnya, beliau mengambil keputusan untuk tidak berperang dan telah meninggalkan khilafah dengan memberikan Baiah (janji setia) kepada Muawiah dengan syarat Muawiah menyerahkan khilafah kepadanya kembali selepas kematiannya. Beliau telah meninggal dunia di Madinah.

33. ‏Az-Zubair bin al-Awwam
‏الزُّبَيرُ بنُ العَوَّامِ (تُوُفِّيَ 36 هـ/656 م)‏
‏صَحَابِيٌّ قُرَشِيٌّ، اِبنُ عَمَّةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ، حَوَارِيُّ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ، أَحَدُ العَشَرَةِ المُبَشَّرِينَ بِالجَنَّةِ، قَاتَلَ فِي جَمِيعِ الغَزَوَاتِ.‏
Az-Zubair bin al-Awwam (meninggal dunia pada tahun 36 Hijrah bersamaan 656 Masehi) : Beliau adalah seorang sahabat daripada kalangan Quraisy, sepupu Nabi s.a.w yang merupakan penyokong kuat baginda s.a.w. Beliau adalah antara salah seorang daripada sepuluh orang yang telah dijanjikan masuk syurga. Beliau telah mengikuti kesemua peperangan.

34. ‏Al-Saib bin Yazid
‏السَّائِبُ بنُ يَزِيدَ (تُوُفِّيَ 91 هـ)‏
‏السَّائِبُ بنُ يَزِيَدَ بنِ سَعِيدِ بنِ ثُمَامَةَ بنِ الأَسوَدِ الكِندِيُّ، صَحَابِيٌّ، حَجَّ بِهِ أَبُوهُ وَأُمُّهُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ فِي حَجَّةِ الوَدَاعِ وَهُوَ اِبنُ سَبعِ سِنِينَ، تُوُفِّيَ فِي المَدِينَةِ.‏
Al-Saib bin Yazid (meninggal dunia pada tahun 91 Hijrah) : Beliau ialah al-Saib bin Yazid bin Said bin Thamamah bin Aswad al-Kindi. Merupakan seorang sahabat Nabi s.a.w. Semasa berumur tujuh tahun, ayah dan ibu beliau telah membawa beliau untuk menunaikan haji bersama Rasulullah s.a.w semasa haji Wida'. Beliau meninggal dunia di Madinah.

35. ‏Al-Saab bin Jathamah al-Laithi
‏الصَّعبُ بنُ جَثَّامَةَ اللَّيثِيُّ (تُوُفِّيَ 25 هـ)‏
‏هُوَ الصَّعبُ بنُ جَثَّامَةَ بنِ قَيسٍ اللَّيثِيُّ، صَحَابِيٌّ مِن الشُّجعَانِ، شَهِدَ الوَقَائِعَ فِي عَصرِ النُّبُوَّةِ، شَارَكَ فِي فَتحِ اِصطَخرَ وَفِي حُرُوبِ فَارِسَ.‏
Al-Saab bin Jathamah al-Laithi (meninggal dunia pada tahun 25 Hijrah) : Beliau ialah al-Saab bin Jathamah bin Qais al-Laithi yang merupakan seorang sahabat yang berani. Beliau telah banyak menyertai peperangan pada masa Nabi s.a.w juga dalam pembukaan Istakhar dan peperangan menentang Parsi.

36. ‏Al-Abbas bin Abdul Muttalib
‏العَبَّاسُ بنُ عَبدِ المُطَّلِبِ (تُوُفِّيَ 32 هـ/653 م)‏
‏عَمُّ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ، مِن أَكَابِرِ قُرَيشٍ فِي الجَاهِلِيَّةِ وَالإِسلَامِ، كَانَ لَهُ عَظِيمُ المَنزِلَةِ عِندَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ، حَضَرَ بَيعَةَ العَقَبَةِ مَعَ الأَنصَارِ قَبلَ أَن يُسلِمَ، إِلَيهِ يُنسَبُ العَبَّاسِيُّونَ، تُوُفِّيَ بِالمَدِينَةِ.‏
Al-Abbas bin Abdul Muttalib (meninggal dunia pada tahun 32 Hijrah bersamaan 653 Masehi) : Beliau adalah bapa saudara Rasulullah s.a.w , merupakan salah seorang daripada pembesar Quraisy pada zaman Jahiliah dan Islam. Beliau telah menghadiri Baiah (janji setia) Aqabah bersama dengan kaum Ansar sebelum beliau memeluk Islam. Kepadanyalah nama Abbasiah dinisbahkan. Beliau meninggal dunia di Madiah.

37. ‏Al-Ala' bin al-Hadhrami
‏العَلَاءُ بنُ الحَضرَمِيِّ (تُوُفِّيَ 21 هـ)‏
‏هُوَ العَلَاءُ بنُ عَبدِ اللَّهِ بنِ عَمَّارٍ الحَضرَمِيُّ، وُلِدَ وَنَشَأَ بِمَكَّةَ، وَلَّاهُ الرَّسُولَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ عَلَى البَحرَينِ سَنَةَ 8 هـ، قَاتَلَ المُرتَدِّينَ فِي البَحرَينِ، يُقَالُ أَنَّ العَلَاءَ أَوَّلُ مَن رَكِبَ البَحرَ فَاتِحًا.‏
Al-Ala' bin al-Hadhrami (meninggal dunia pada tahun 21 Hijrah) : Beliau ialah al-Ala' bin Abdullah Imar al-Hadhrami. Telah dilahir dan dibesarkan di Mekah. Nabi s.a.w telah melantik beliau sebagai pemerintah di Bahrin pada tahun 8 H. Beliau telah memerangi golongan murtad di sana. Dikatakan bahawa beliau adalah orang yang pertama melakukan pembukaan Islam melalui jalan laut.

38. ‏Al-Fadl bin al-Abbas
‏الفَضلُ بنُ العَبَّاسِ (تُوُفِّيَ 13 هـ)‏
‏هُوَ الفَضلُ بنُ العَبَّاسِ بنِ عَبدِ المُطَّلِبِ بنِ هَاشِمٍ القُرَشِيُّ، كُنيَتُهُ أَبُو مُحَمَّدٍ، كَانَ أَسَنَّ أَولَادِ العَبَّاسِ، خَرَجَ بَعدَ وَفَاةِ الرَّسُولِ مُجَاهِدًا إِلَى الشَّامِ فَاستُشهِدَ فِي وَقعَةِ أَجنَادِينَ.‏
Al-Fadl bin al-Abbas (meninggal dunia pada tahun 13 Hijrah) : Beliau ialah Abu Muhammad al-Fadl bin al-Abbas bin Abdul-Muttalib bin Hasyim daripada kalangan Quraisy. Beliau ialah anak al-Abbas yang tertua. Selepas kewafatan Rasulullah s.a.w , beliau telah keluar berjuang ke Syam dan telah gugur syahid dalam peperangan Ajnadin .

39. ‏Al-Qa'qaa bin Amru at-Tamimi
‏القَعقَاعُ بنُ عَمرٍو التَّمِيمِيُّ (40 هـ)‏
‏أَحَدُ فُرسَانِ العَرَبِ فِي الجَاهِلِيَّةِ وَالإِسلَامِ، شَهِدَ اليَرمُوكَ وَالقَادِسِيَّةَ وَأَبلَى فِيهِمَا بَلَاءً حَسَنًا، شَهِدَ مَعَ عَلِيِّ بنِ أَبِي طَالِبٍ وَقعَةَ الجَمَلِ، عَنهُ قَالَ أَبُو بَكرٍ: يَقُولُ "صُوتُهُ فِي الجَيشِ خَيرٌ مِن أَلفِ رَجُلٍ،" سَكَنَ الكُوفَةَ وَبِهَا تُوُفِّيَ.‏
Al-Qa'qaa bin Amru at-Tamimi (meninggal dunia pada tahun 40 Hijrah) : Beliau merupakan salah seorang daripada panglima perang Arab pada zaman Jahiliah dan Islam. Beliau telah menyertai dan memberikan suatu sumbangan yang besar dalam peperangan Yarmuk dan Qadisiah. Telah menyertai bersama Ali bin Abu Talib dalam peperangan Jamal. Abu Bakar telah menyatakan tentangnya: Suaranya dalam mengarahkan tentera terlebih baik daripada seribu lelaki lain. Beliau telah menetap di Kufah dan meninggal dunia di sana.

40. ‏Al-Miswar bin Makhramah
‏المِسوَرُ بنُ مَخرَمَةَ (تُوُفِّيَ 64 هـ)‏
‏هُوَ اَلمِسوَرُ بنُ مَخرَمَةَ بنِ نَوفَلِ بنِ أُهَيبٍ القُرَشِيُّ الزَّهرِيُّ أَبُو عَبدِ الرَّحمَنِ، أَدرَكَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ صَغِيرٌ وَسَمِعَ مِنهُ، رَوَى عَن الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الأَربَعَةِ وَغَيرِهِم مِن كِبَارِ الصَّحَابَةِ.‏
Al-Miswar bin Makhramah (meninggal dunia pada tahun 64 Hijrah) : Beliau ialah Abu Abdul-Rahman al-Miswar bin Makhramah bin Naufal bin Ahib al-Quraisy daripada kaum Zahri. Beliau sempat bersama dengan Nabi s.a.w semasa kecilnya dan mendengar daripada baginda. Beliau telah meriwayatkan daripada para khulafak ar-Rasyidin dan juga daripada kalangan sahabat yang besar.

41. ‏Al-Musayyib bin Hazan
‏المُسَيِّبُ بنُ حَزنٍ‏
‏المُسَيِّبُ بنُ حَزنِ بنِ أَبِي وَهبِ بنِ عَمرٍو المَخزُومِيُّ القُرَشِيُّ، شَهِدَ بَيعَةَ الرِّضوَانِ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ، وَالِدُ سَعِيدِ بنِ المُسَيِّبِ الفَقِيهِ.‏
Al-Musayyib bin Hazan : Beliau ialah al-Musayyib bin Hazan bin Abi Wahab bin Amru daripada kalangan Quraisy kaum Makhzum. Beliau telah menyertai bersama dengan Rasulullah s.a.w dalam Baiat ar-Ridhwan. Merupakan ayah kepada seorang ahli fekah yang terkenal iaitu Said bin Al-Musayyib.

42. ‏Al-Mughirah bin Syu'bah
‏المُغِيرَةُ بنُ شُعبَةَ (تُوُفِّيَ 50 هـ/670 م)‏
‏صَحَابِيٌّ ثَقَفِيٌّ مِن دُهَاةِ العَرَبِ، شَهِدَ بَيعَةَ الرِّضوَانِ، حَدَّثَ عَن النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ، شَهِدَ اليَمَامَةَ وَفُتُوحَ الشَّامِ وَالعِرَاقِ، وَلَّاهُ عُمَرُ البَصرَةَ وَالكُوفَةَ، عَزَلَهُ عُثمَانُ ثُمَّ وَلَّاهُ مُعَاوِيَةُ الكُوفَةَ وَمَاتَ فِيهَا.‏
Al-Mughirah bin Syu'bah (meninggal dunia pada tahun 50 Hijrah bersamaan 670 Masehi) : Seorang sahabat daripada kaum Thaqaf yang tergolong dalam kalangan cendikiawan Arab. Beliau telah mengikuti Bai'ah ar-Ridhwan, meriwayatkan hadis daripada Nabi s.a.w .Beliau telah menyertai peperangan Yamamah dan pembukaan Syam dan Iraq. Beliau telah dilantik oleh Umar sebagai pemerintah Basrah dan Kufah kemudian digugurkan jawatan tersebut semasa pemerintahan Othman. Beliau telah dilantik kembali oleh Muawiah sebagai pemerintah Kufah dan telah meninggal dunia di sana.

43. ‏Al-Miqdad bin al-Aswad al-Kindi
‏المِقدَادُ بنُ الأَسوَدِ الكِندِيُّ (تُوُفِّيَ 33 هـ/653 م)‏
‏(المِقدَادُ بنُ عُمَرَ بنِ ثَعلَبَةَ بنِ مَالِكٍ) كَانَ مِن بَينَ السَّبعَةِ الأَوَائِلِ الَّذِينَ أَظهَرُوا إِسلَامَهُم، أَوَّلُ مَن قَاتَلَ عَلَى فَرَسٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، تَزَوَّجَ ضُبَاعَةَ بِنتَ الزُّبَيرِ بنِ عَبدِ المُطَّلِبِ اِبنَةَ عَمِّ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَّلَم، هَاجَرَ الهِجرَتَينِ، شَهِدَ بَدرًا وَالمَشَاهِدَ بَعدَهَا، تُوُفِّيَ فِي خِلَافَةِ عُثمَانَ.‏
Al-Miqdad bin al-Aswad al-Kindi (meninggal dunia pada tahun 33 Hijrah bersamaan 653 Masehi) : Beliau ialah Al-Miqdad bin Umar bin Thaa'labah bin Malik, beliau ialah antara tujuh orang yang mula-mula menzahirkan Islamnya dan merupakan pejuang berkuda yang pertama pada jalan Allah. Beliau telah berkahwin dengan Dhabaah binti az-Zubair bin Abdul Muttalib sepupu Nabi s.a.w. Beliau telah berhijrah pada kedua-dua hijrah, telah menyertai peperangan Badar dan peperangan-peperangan selepasnya. Beliau meninggal dunia pada zaman pemerintahan Othman.

44. ‏An-Nu'man bin Basyir
‏النُّعمَانُ بنُ بَشِيرٍ (تُوُفِّيَ 65 هـ/684 م)‏
‏شَاعِرٌ مِن الصَّحَابَةِ، تَوَلَّى الكُوفَةَ فِي عَهدِ مُعَاوِيَةَ ، وَحِمصَ فِي عَهدِ يَزِيدَ، بَايَعَ عَبدَ اللَّهِ بنَ الزُّبَيرِ فَاغتِيلَ، لَهُ دِيوَانٌ.‏
An-Nu'man bin Basyir (meninggal dunia pada tahun 65 Hijrah bersamaan 684 Masehi) : Seorang penyair daripada kalangan sahabat. Telah dilantik menjadi pemerintah oleh Muawiah di Kufah dan Yazid di Aleppo. Beliau telah memberi Baiah kepada Abdullah bin az-Zubair, justeru itu beliau dibunuh. Baginya sebuah "Dewan Syair ".

45. ‏An-Nu'man bin Muqrin
‏النُّعمَانُ بنُ مُقرِنٍ (تُوُفِّيَ 21 هـ/642 م)‏
‏(النُّعمَانُ بنُ مُقرِنِ بنِ عَمرِو بنِ عَائِذٍ) صَحَابِيٌّ مُزَنِيٌّ، قَادَ فُتُوحَ فَارِس، اِحتَلَّ قرميسين، قُتِلَ بِمَعرَكَةِ نَهَاوَند.‏
An-Nu'man bin Muqrin (meninggal dunia pada tahun 21 Hijrah bersamaan 642 Masehi) : Beliau ialah an-Nu'man bin Muqrin bin Amru bin Aa'iz, seorang sahabat daripada kalangan Mazani. Beliau telah mengepalai pembukaan Farsi serta menawan Qarmis, beliau telah gugur dalam peperangan Nahawand.

46. Buraidah
‏بُرَيدَةُ (تُوُفِّيَ 63 هـ)‏
‏بُرَيدَةُ بنُ الحُصَيبِ بنِ عَبدِ اللَّهِ بنِ الحَارِثِ الأَسلَمِيُّ المَدَنِيُّ، صَحَابِيُّ، كُنيَتُهُ أَبُو سَهلٍ، كَانَ مِن سَاكِنِي المَدِينَةِ ثُمَّ تَحَوَّلَ إِلَى البَصرَةِ، ثُمَّ خَرَجَ إِلَى خُرَاسَانَ غَازِيًا فَمَاتَ بِمَرو.‏
Buraidah bin al-Husaib (meninggal dunia pada tahun 63 Hijrah) : Beliau ialah Buraidah bin al-Husaib bin Abdullah bin al-Harith al-Aslami al-Madani. Merupakan serang sahabat yang digelar dengan nama Aabu Sahal . Beliau menetap di Madinah kemudian berpindah ke Basrah. Beliau telah keluar berperang ke Khurasan dan meninggal dunia di Merv.

47. Bilal Bin Rabbah Al-Habsyiy
‏بِلَالُ بنُ رَبَاحٍ الحَبَشِيُّ (تُوُفِّيَ 20 هـ/641 م)‏
‏صَحَابِيٌّ، اِشتَرَاهُ أَبُو بَكرٍ الصِّدِّيقُ مِن المُشرِكِينَ لَمَّا كَانُوا يُعَذِّبُونَهُ عَلَى التَّوحِيدِ فَأَعتَقَهُ، لَزِمَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ وَأَذَّنَ لَهُ ، وَشَهِدَ مَعَهُ جَمِيعَ المَشَاهِدِ، آخَى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ بَينَهُ وَبَينَ أَبِي عُبَيدَةَ بنِ الجَرَّاحِ، خَرَجَ بَعدَ وَفَاةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ مُجَاهِدًا إِلَى أَن مَاتَ بِالشَّامِ.‏
Bilal bin Rabah al-Habasyi (meninggal dunia pada tahun 20 Hijrah bersamaan 641 Masehi) : Beliau adalah merupakan seorang sahabat.Beliau telah dibeli oleh Abu Bakar daripada orang Musyrikin ketika mana mereka mengazabnya kerana beriman kepada Allah lalu dibebaskannya.Beliau sentiasa melazimi Nabi s.a.w dan telah diizinkan kepada beliau. Telah menyertai bersama baginda dalam seluruh peperangan. Nabi s.a.w telah mempersaudarakan beliau dengan Abu Ubaidah bin al-Jarrah. Selepas kewafatan baginda s.a.w, beliau telah keluar berjihad sehinggalah beliau meninggal dunia di negeri Syam.

48. ‏Thabit bin ad-Dahhak
‏ثَابِتُ بنُ الضَّحَّاكِ (تُوُفِّيَ 64 هـ)‏
‏ثَابِتُ بنُ الضَّحَّاكِ بنِ خَلِيفَةَ الأَشهَلِيُّ الأَوسِيُّ المَدَنِيُّ، صَحَابِيُّ، كُنيَتُهُ أَبُو زَيدٍ، مِمَّن بَايَعَ تَحتَ الشَّجَرَةِ، كَانَ رَدِيفَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيهِ وَسَلَّمَ يَومَ الخَندَقِ، لَهُ 14 حَدِيثًا.‏
Thabit bin ad-Dahhak (meninggal dunia pada tahun 64 Hijrah) : Beliau ialah sahabat yang digelar Abu Zaid Thabit bin ad-Dahhak bin Khalifah al-Asyhali al-Ausi al-Madani. Merupakan antara mereka yang memberi bai'ah di bawah pokok. Beliau adalah merupakan penunggang di belakang Nabi s.a.w pada peperangan Khandak Beliau telah meriwayatkan sebanyak 14 buah hadis.

49. ‏Thumamah bin Athal
‏ثُمَامَةُ بنُ أُثَالٍ (تُوُفِّيَ 11 هـ)‏
‏ثُمَامَةُ بنُ أُثَال بنِ النُّعمَانِ بنِ مَسلَمَةَ الحَنَفِيُّ، مِن أَهلِ اليَمَامَةِ، كَانَ شُجَاعًا مَرهُوبًا مُقَدَّمًا فِي قَومِهِ، قَدِمَ إِلَى المَدِينَةِ وَأَسلَمَ بَينَ يَدَي رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ وَذَهَبَ إِلَى مَكَّةَ وَأَخَذَ يَتَحَدَّثُ عَن النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ، نَهَى المُرتَدِّينَ عَن تَصدِيقِ مُسَيلِمَةَ الكَذَّابِ وَلَم يُتَابِعهُم فِيمَا ذَهَبُوا إِلَيهِ، وَلَّاهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ عَلَى البَحرَينِ سَنَةَ 8 هـ، وَكَانَ مَدَدًا لَهُ فِي قِتَالِ المُشرِكِينَ.‏
Thumamah bin Athal (meninggal dunia pada tahun 11 Hijrah) : Beliau ialah Thamamah bin Athal bin an-Nu'man bin Muslimah al-Hanafi daripada ahli Yamamah. Beliau seorang yang berani dan terkedepan dikalangan kaumnya. Beliau telah pergi ke Madinah dan memeluk Islam di hadapan Rasulullah s.a.w. Beliau telah pergi ke Mekah dan menceritakan mengenai Nabi s.a.w. Beliau telah menegah orang-orang yang murtad daripada mempercayai kepada Musailamatul Kazzab dan tidak mengikuti mereka dengan apa yang mereka telah lakukan. Nabi s.a.w telah melantik beliau sebagai pemerintah Bahrain pada tahun 8H dan beliau telah mendapat bantuan dalam memerangi golongan musyrikin.

50. ‏Thauban, hamba Rasulullah s.a.w
‏ثَوبَانُ مَولَى رَسُولِ اللَّهِ (تُوُفِّيَ 54 هـ)‏
‏ثَوبَانِ بنُ يجدد مَولَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ، اِشتَرَاهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ أَعتَقَهُ، فَلَم يَزَل يَخدِمُهُ إِلَى أَن مَاتَ، لَهُ 128 حَدِيثًا.
‏Thauban, hamba Rasulullah s.a.w (meninggal dunia pada tahun 54 Hijrah) : Beliau ialah Thauban bin Bujaddid hamba kepada Rasulullah s.a.w. Beliau telah dibeli oleh Nabi s.a.w kemudian dibebaskan. Beliau tetap memberi khidmat kepada baginda hingga ke akhir hayatnya.Beliau telah meriwayatkan sebanyak 128 hadis.

51. ‏Jabir bin Samurah
‏جَابِرُ بنُ سَمُرَةَ (تُوُفِّيَ 74 هـ)‏
‏جَابِرُ بنُ سَمُرَةَ بنِ جِنَادَةَ السُّوَائِيُّ المَدَنِيُّ، صَحَابِيٌّ كُنيَتُهُ أَبُو عَبدِ اللَّهِ، أُمُّهُ خَالِدَةُ بِنتُ أَبِي وَقَّاصٍ أُختُ سَعدٍ وَعُتبَة، مَاتَ فِي خِلَافَةِ عَبدِ المَلِكِ بن مَروَانَ.‏
Jabir bin Samurah (meninggal dunia pada tahun 74 Hijrah) : Beliau ialah Abu Abdullah Jabir bin Samurah bin Janadah as-Sawaie al-Madani. Merupakan seorang sahabat. Ibunya bernama Khalidah binti Abi Waqqas iaitu adik beradik dengan Saad dan Utbah bin Abi Waqqas. Meninggal dunia di Kufah pada zaman pemerintahan Abdul Malik bin Marwan.

52. ‏Jabir bin Abdullah al-Ansari
‏جَابِرُ بنُ عَبدِ اللَّهِ الأَنصَارِيُّ (تُوُفِّيَ 78 هـ)‏
‏جَابِرُ بنُ عَبدِ اللَّهِ بنِ عَمرِو بنِ حَرَامٍ الأَنصَارِيُّ السُّلَمِيُّ، كُنيَتُهُ أَبُو عَبدِ اللَّهِ، صَحَابِيٌّ، ذَهَبَ بَصَرُهُ آخِرَ حَيَاتِهِ، سَمِعَ النَّبِيَّ وَرَوَى عَن أَبِي سَعِيدٍ، عَاشَ فِي المَدِينَةِ وَمَاتَ فِيهَا.‏
Jabir bin Abdullah al-Ansari (meninggal dunia pada tahun 78 Hijrah) : Beliau ialah Jabir bin Abdullah bin Amru bin Haram al-Ansari as-Silmi , merupakan seorang sahabat yang digelar dengan panggilan Abu Abdullah. Beliau telah hilang penglihatannya pada akhir umurnya. Telah mendengar daripada Nabi s.a.w dan telah meriwayatkan daripada Abu Said . Beliau menetap di Madinah dan meninggal dunia di sana.

53. ‏Jubair bin Mut'im bin Adi
‏جُبَيرُ بنُ مُطعِمِ بنِ عَدِيٍّ (تُوُفِّيَ نَحوَ 57 هـ)‏
‏صَحَابِيٌّ قُرَشِيٌّ، كَانَ مِن أَكَابِرِ قُرَيشٍ وَعُلَمَاءِ النَّسَبِ، أَسلَمَ بَينَ الحُدَيبِيَةِ وَالفَتحِ، مَاتَ فِي خِلَافَةِ مُعَاوِيَةَ.
‏Jubair bin Mut'im bin Adi (meninggal dunia pada tahun 75 Hijrah) : Seorang sahabat daripada kalangan Quraisy, beliau adalah merupakan salah seorang daripada pembesar Quraisy dan ulamak Nasab (mengetahui tentang asal usul keturunan). Beliau telah memeluk Islam antara peristiwa Hudaibiah dan pembukaan kota Mekah.Meninggal dunia pada zaman pemerintahan Muawiah.

54. ‏Jaafar bin Abu Talib
‏جَعفَرُ بنُ أَبِي طَالِبٍ (الطَّيَّارُ) (تُوُفِّيَ 8 هـ)‏
‏جَعفَرُ بنُ أَبِي طَالِبِ بنِ عَبدِ المُطَّلِبِ بنِ هَاشِمٍ، أَسلَمَ مَعَ السَّابِقِينَ فِي الإِسلَامِ وَهَاجَرَ إِلَى الحَبَشَةِ وَنَشَرَ الإِسلَامَ فِيهَا، حَمَلَ الرَّايَةَ فِي مُؤتَةَ فَقُطِعَت يُمنَاهُ، فَحَمَلَهَا بِيُسرَاهُ فَقُطِعَت أَيضًا، فَاحتَضَنَهَا فِي صَدرِهِ وَصَبَرَ حَتَّى وَقَعَ شَهِيدًا وَفِي جِسمِهِ نَحوُ تِسعِينَ طَعنَةً وَرَميَةً، رُوِيَ أَنَّ اللَّهَ عَوَّضَهُ عَن يَدَيهِ بِجَنَاحَينِ فِي الجَنَّةِ، وَلِذَلِكَ سُمِّيَ جَعفَرَ الطَّيَّارَ أَو جَعفَرَ ذَا الجَنَاحَينِ.
‏Jaafar bin Abu Talib (at-Tayyar) (meninggal dunia pada tahun 8 Hijrah) : Beliau ialah Jaafar bin Abu Talib bin Abdul Muttalib bin Hasyim. Telah memeluk Islam bersama dengan golongan yang terawal memeluk Islam dan telah berhijrah ke Habsyah serta menyebarkan Islam di sana. Beliau merupakan pemegang bendera dalam peperangan Mu'tah dan telah dipotong tangan kanannya kemudian dipegang dengan tangan kiri maka dipotong tangan kirinya juga lalu beliau menanggungnya dengan dada sehinggalah beliau gugur shahid dengan keadaan badannya terdapat lebih sembilan puluh tikaman dan panah. Diriwayatkan bahawa Allah Taala menggantikan kedua tangannya dengan dua sayap di dalam syurga. Dengan sebab itulah beliau digelar dengan nama Jaafar at-Tayyar atau Jaafar Zul Janahain.

55. ‏Jundub al-'Alaqi
‏جُندُبُ العَلَقِيُّ (تُوُفِّيَ 64 هـ)‏
‏جُندُبُ بنُ عَبدِ اللَّهِ بنِ أَبِي سُفيَانَ البَجَلِيُّ العَلَقِيُّ، كُنيَتُهُ أَبُو عَبدِ اللَّهِ، صَحَابِيٌّ كَانَ بِالكُوفَةِ، ثُمَّ صَارَ إِلَى البَصرَةِ، وَحَدِيثُهُ عَن أَهلِ المِصرَينِ جَمِيعًا.
‏Jundub al-'Alaqi (meninggal dunia pada tahun 64 Hijrah) : Beliau ialah sahabat yang bergelar Abu Abdullah Jundub bin Abdullah bin Abi Sufian al-Bajli al-'Alaqi. Beliau menetap di Kufah kemudian berpindah ke Basrah. Beliau telah meriwayatkan hadis kepada penduduk kedua-dua bandar tersebut.

56. Hudzaifah Bin Yaman
‏حُذَيفَةُ بنُ اليَمَانِ (تُوُفِّيَ 36 هـ/656 م)‏
‏صَحَابِيٌّ مِن الفَاتِحِينَ، صَاحِبُ سِرِّ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ فِي المُنَافِقِينَ، وَلَّاهُ عُمَرُ عَلَى المَدَائِنِ فَتَغَلَّبَ عَلَى الفُرسِ فِي نَهَاوَند 642 م، شَهِدَ فَتحَ الجَزِيرَةِ، تُوُفِّيَ فِي المَدَائِنِ.
‏Huzaifah bin al-Yaman (meninggal dunia pada tahun 36 Hijrah bersamaan 656 Masehi) : Beliau adalah seorang sahabat yang telah banyak melakukan pembukaan Islam, penjaga rahsia Nabi s.a.w tentang orang-orang munafik. Beliau telah dilantik oleh Umar sebagai pemerintah di Madain dan telah berjaya mengalahkan Farsi dalam peperangan Nahawand pada tahun 642 Hijrah. Beliau telah turut serta dalam pembukaan Jazirah, meninggal dunia di Madain.

57. ‏Hakim bin Hazam
‏حَكِيمُ بنُ حِزَامٍ (تُوُفِّيَ 54 هـ)‏
‏حَكِيمُ بنُ حِزَامِ بنِ أَسَدِ بنِ عَبدِ العُزَّى، اِبنُ أَخِي خَدِيجَةَ زَوجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ، كَانَ صَدِيقًا لِلنَّبِيِّ قَبلَ البَعثَةِ وَبَعدَهَا، لَمَّا قَاطَعَت قُرَيشٌ بَنِي هَاشِمٍ لَم يُقَاطِعهُم تَكرِيمًا لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ، أَسلَمَ يَومَ الفَتحِ هُوَ وَأَولَادُهُ، كَانَ كَثِيرَ البِرِّ وَالصَّدَقَةِ.‏
Hakim bin Hazam (meninggal dunia pada tahun 54 Hijrah) : Beliau ialah Hakim bin Hazam bin Asad bin Abdul Uzza, anak saudara kepada Sayyidatina Khadijah isteri Nabi s.a.w. Beliau merupakan sahabat kepada Nabi sebelum kebangkitan dan selepasnya. Setelah kaum Quraisy memutuskan hubungan dengan Bani Hasyim , beliau tidak memutuskan hubungan dengan mereka kerana memuliakan Nabi s.a.w. Beliau telah memeluk Islam pada masa pembukaan kota Mekah bersama-sama dengan anak-anaknya. Beliau telah melakukan banyak kebajikan dan bersedekah.

58. ‏Hamzah bin Abdul Muttalib
‏حَمزَةُ بنُ عَبدِ المُطَّلِبِ (تُوُفِّيَ 3 هـ/625 م)‏
‏عَمُّ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ، أَحَدُ سَادَاتِ قُرَيشٍ، أَخُو النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ مِن الرَّضَاعَةِ، أَسلَمَ فِي السَّنَةِ الثَّانِيَةِ مِن البَعثَةِ، لَازَمَ نَصرَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ وَهَاجَرَ مَعَهُ، آخَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ بَينَهُ وَبَينَ زَيدِ بنِ حَارِثَةَ، قَاتَلَ فِي بَدرٍ وَاستُشهِدَ فِي أُحُدٍ.‏
Hamzah bin Abdul Muttalib (meninggal dunia pada tahun 3 Hijrah bersamaan 625 Masehi) : Bapa saudara Nabi s.a.w yang merupakan salah seorang daripada pembesar Quraisy. Beliau juga merupakan adik beradik sesusuan dengan nabi s.a.w. Beliau telah memeluk Islam pada tahun kedua selepas kebangkitan. Sentiasa menolong Rasulullah s.a.w dan berhijrah bersama dengan baginda. Rasulullah s.a.w telah mempersaudarakan beliau dengan Zaid bin Harisah. Beliau telah turut serta dalam peperangan Badar dan telah gugur syahid dalam peperangan Uhud.

59. ‏Khalid bin al-Walid
‏خَالِدُ بنُ الوَلِيدِ (تُوُفِّيَ 21 هـ/642 م)‏
‏صَحَابِيٌّ مَخزُومِيٌّ مِن قَادَةِ العَرَبِ، قَادَ الجُيُوشَ الإِسلَامِيَّةَ فِي فُتُوحِ فَارِس وَالشَّامِ، هَزَمَ الرُّومَ بِأَجنَادِينَ وَاليَرمُوكِ، تُوُفِّيَ فِي حِمص.‏
Khalid bin al-Walid (meninggal dunia pada tahun 21 Hijrah bersamaan 642 Masehi) : Beliau adalah seorang sahabat daripada kaum Makhzumi yang merupakan salah seorang daripada pembesar Arab. Beliau telah memimpin tentera Islam dalam pembukaan negeri Farsi dan Syam.Beliau telah mengalahkan tentera Rom di Ajnadain dan Yarmuk. Meninggal dunia di Hamas.

60. ‏Khabbab bin al-Art
‏خَبَّابُ بنُ الأَرَتِّ (تُوُفِّيَ 37 هـ/657 م)‏
‏صَحَابِيٌّ مِن السَّابِقِينَ إِلَى الإِسلَامِ، شَهِدَ المَشَاهِدَ كُلَّهَا، لَاقَى صُنُوفًا مِن العَذَابِ فِي سَبِيلِ دِينِهِ، آخَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ بَينَهُ وَبَينَ جَبرِ بنِ عَتِيقٍ، مَاتَ بِالكُوفَةِ.‏
Khabbab bin al-Art (meninggal dunia pada tahun 37 Hijrah bersamaan 657 Masehi) : Beliau merupakan seorang sahabat yang terawal memeluk Islam, telah menyertai seluruh peperangan. Beliau telah menghadapi pelbagai azab siksaan untuk menegakkan agamanya. Rasulullah s.a.w telah mempersaudarakan beliau dengan Jabar bin Atiq. Meninggal dunia di Kufah.

61. ‏Khubaib bin Adiy
‏خُبَيبُ بنُ عَدِيٍّ (تُوُفِّيَ 4 هـ)‏
‏صَحَابِيٌّ أَوسِيٌّ أَنصَارِيٌّ، شَهِدَ بَدرًا، أَرسَلَهُ النَّبِيُّ إِلَى بَنِي عضل وَالقَارَةِ لِيُفَقِّهَهُم فِي الدِّينِ فَغَدَرُوا بِهِ وَبَاعُوهُ لِبَنِي الحَارِثِ بنِ عَامِرِ بنِ نَوفَلٍ وَكَانَ خُبَيب قَد قَتَلَ أَبَاهُم يَومَ بَدرٍ فَقَتَلُوهُ بِهِ.‏
Khubaib bin Adiy (meninggal dunia pada tahun 4 Hijrah) : Adalah seorang sahabat daripada kalangan Aus Ansar. Beliau telah menyertai peperangan Badar. Nabi s.a.w telah mengutuskan beliau untuk mengajar agama kepada Bani A'dhal dan al-Qarah akan tetapi mereka telah menculiknya dan menjualnya kepada Bani al-Harith bin A'mir bin Naufal. Sebelum ini Khabib telah membunuh bapa-bapa mereka dalam peperangan Badar, lalu mereka telah membunuhnya sebagai membalas dendam.

62. ‏Khuzaimah bin Thabit al-Ansari
‏خُزَيمَةُ بنُ ثَابِتٍ الأَنصَارِيُّ (37 هـ)‏
‏(خُزَيمَةُ بنُ ثَابِتِ بنِ الفَاكِهِ بنِ سَاعِدَةَ الأَنصَارِيُّ) مِن السَّابِقِينَ الأَوَّلِينَ فِي الإِسلَامِ، شَهِدَ بَدرًا وَمَا بَعدَهَا، جَعَلَ النَّبِيُّ شَهَادَتَهُ بِشَهَادَةِ رَجُلَينِ خُصُوصِيَّةً له، كَانَ مِن قَادَةِ جَيشِ عَلِيٍّ يَومَ صِفِّين وَاستُشهِدَ فِيهَا.
Khuzaimah bin Thabit al-Ansari (meninggal dunia pada tahun 37 Hijrah) : Beliau ialah Khuzaimah bin Thabit bin al-Fakih bin Saidah al-Ansari yang tergolong daripada mereka yang mula-mula memeluk Islam.Beliau telah menyertai peperangan Badar dan peperangan-peperangan yang selepasnya. Nabi s.a.w telah menjadikan penyaksiannya menyamai penyaksian dua orang lelaki sebagai suatu keistimewaan kepadanya. Beliau adalah merupakan salah seorang daripada pimpinan tentera dalam peperangan Siffin dan telah gugur syahid pada peristiwa tersebut.

63. Dihyah al-Kalbi
‏دِحيَةُ الكَلبِيُّ (تُوُفِّيَ 45 هـ/665 م)‏
‏صَحَابِيٌّ، أَوَّلُ مَشَاهِدِهِ الخَندَقُ وَقِيلَ أُحُد وَلَم يَشهَد بَدرًا، كَانَ يُضرَبُ بِهِ المَثَلُ فِي حُسنِ الصُّورَةِ، كَانَ جِبرِيلُ يَنزِلُ عَلَى صُورَتِهِ، كَانَ رَسُولَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ إِلَى قَيصَرَ، عَاشَ إِلَى خِلَافَةِ مُعَاوِيَةَ.‏
Dihyah al-Kalbi (meninggal dunia pada tahun 45 Hijrah bersamaan 665 Masehi) : Adalah merupakan seorang sahabat.Peperangan yang pertama disertai ialah peperangan Khandak dan dikatakan peperangan Uhud, tetapi beliau tidak menyertai peperangan Badar.Beliau sering dibuat perbandingan kerana kecantikan rupa parasnya, Jibril sentiasa turun berupa dengan rupanya. Beliau merupakan utusan Nabi s.a.w kepada raja Qaisar.Sempat hidup sehingga kepada masa pemerintahan Muawiah.

64. ‏Rafi` bin Khudaij
‏رَافِعُ بنُ خَدِيجٍ (تُوُفِّيَ 73 هـ)‏
‏هُوَ رَافِعُ بنُ خَدِيجِ بنِ رَافِعٍ الأَوسِيُّ الأَنصَارِيُّ، أَبُو عَبدِ اللَّهِ، صَحَابِيٌّ، رَوَى عَن عَمَّيهِ ظَهِيرٍ وَآخَرَ لَم يُسَمِّهِ، عَاشَ بِالمَدِينَةِ وَتَوُفِّيَ بِهَا.‏
Rafi` bin Khudaij (meninggal dunia pada tahun 73 Hijrah) : Beliau ialah sahabat yang bergelar Abu Abdullah Rafi' bin Khudaij bin Rafi' al-Ausi daripada kalangan Ansar. Beliau telah meriwayatkan hadis daripada dua orang bapa saudaranya iaitu Zahir dan seorang lagi tidak disebut namanya. Beliau tinggal di Madinah dan meninggal dunia di sana.

65. ‏Zaid bin Arqam
‏زَيدُ بنُ أَرقَمَ (تُوُفِّيَ 68 هـ)‏
‏زَيدُ بنُ أَرقَمَ بنِ يَزِيدَ بنِ قَيسِ بنِ النُّعمَانِ بنِ مَالِكِ بنِ الأَغَرِّ بنِ ثَعلَبَةَ بنِ كَعبِ بنِ الخَزرَجِ، أَوَّلُ مَشَاهِدِهِ الخَندَقُ، غَزَا مَعَ الرَّسُولِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ سَبعَ عَشرَةَ غَزوَةً، لَهُ حَدِيثٌ كَثِيرٌ وَرِوَايَةٌ.
Zaid bin Arqam (meninggal dunia pada tahun 68 Hijrah) : Beliau ialah Zaid bin Arqam bin Yazid bin Qais bin Nu'man bin Malik bin al-Aghar bin Tha'labah bin Kaab bin al-Khazraj. Peperangan yang pertama disertainya ialah peperangan Khandak. Beliau telah berperang bersama dengan Rasulullah s.a.w sebanyak tujuh belas peperangan. Beliau telah banyak meriwayatkan hadis.

66. ‏Zaid bin al-Khattab
‏زَيدُ بنُ الخَطَّابِ (تُوُفِّيَ 11 هـ)‏
‏(زَيدُ بنُ الخَطَّابِ بنِ نُفَيلِ بنِ عَبدِ العُزَّى) أَخُو عُمَرَ بنِ الخَطَّابِ لِأَبِيهِ، مِن المُهَاجِرِينَ الأَوَّلِينَ، شَهِدَ بَدرًا وَالمَشَاهِدَ كُلَّهَا، اِشتَرَكَ فِي حَربِ المُرتَدِّينَ بِاليَمَامَةِ وَقُتِلَ فِيهَا.‏
Zaid bin al-Khattab (meninggal dunia pada tahun 11 Hijrah) : Beliau ialah Zaid bin al-Khattab bin Abdul Uzza adik beradik sebapa dengan Umar bin al-Khattab, merupakan antara orang yang paling awal berhijrah. Beliau telah menyertai peperangan Badar dan seluruh peperanganyang lain, beliau juga menyertai peperangan dengan golongan murtad di Yamamah dan telah gugur syahid disana.

67. ‏Zaid bin Thabit
‏زَيدُ بنُ ثَابِتٍ (تُوُفِّيَ 45 هـ/665 م)‏
‏أَنصَارِيٌّ خَزرَجِيٌّ، مِن أَكَابِرِ الصَّحَابَةِ وَمِن أَعلَمِهِم بِالفَرَائِضِ، أَمَرَهُ الرَّسُولُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ أَن يَتَعَلَّمَ السُّريَانِيَّةَ وَالعِبرِيَّةَ لِيَقرَأَ لَهُ مَا يَرِدُهُ مِن كُتُبٍ، كَانَ كَاتِبَ الوَحيِ.‏
Zaid bin Thabit (meninggal dunia pada tahun 45 Hijrah bersamaan 665 Masehi) : Beliau adalah daripada kalangan Khazraj Ansar, merupakan salah seorang sahabat besar dan orang yang paling alim dalam ilmu Faraid (pembahagian pusaka). Rasulullah s.a.w telah memerintahkan beliau supaya mempelajari bahasa Siryani dan Ibrani supaya beliau dapat membacakan kepada baginda setiap kitab-kitab yang dikehendaki, beliau adalah merupakan penulis wahyu.

68. ‏Zaid bin Harithah
‏زَيدُ بنُ حَارِثَةَ (تُوُفِّيَ 8 هـ/629 م)‏
‏صَحَابِيٌّ، تَبَنَّاهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ قَبلَ تَحرِيمِ التَّبَنِّي، زَوَّجَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ اِبنَةَ عَمِّهِ زَينَبَ بِنتَ جَحشٍ ثُمَّ لَمَّا طَلَّقَهَا زَوَّجَهُ أُمَّ كُلثُومٍ بِنتَ عُقبَةَ، أَعتَقَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ بَعدَ أَن آثَرَ البَقَاءَ مَعَهُ عَلَى أَن يَفتَدِيَهُ قَومُهُ، وَجَعَلَ لَهُ الإِمَارَةَ فِي غَزوَةِ مُؤتَةَ.‏
Zaid bin Harithah (meninggal dunia pada tahun 8 Hijrah bersamaan 629 Masehi) : Adalah merupakan seorang sahabat. Nabi s.a.w telah membinkannya sebelum pengharaman berbuat demikian. Beliau telah dikahwin oleh Rasulullah dengan sepupu baginda yang bernama Zainab bin Jahsyi. Setelah berlaku perceraian, baginda telah mengahwinkannya pula dengan Ummu Kalthum bin Aqabah. Rasulullah s.a.w telah membebaskan beliau selepas beliau sanggup untuk kekal bersama baginda walaupun kaumnya ingin menebusnya. Nabi s.a.w telah melantik beliau sebagai ketua dalam peperangan Mu'tah.

69. ‏Zaid bin Khalid al-Juhani
‏زَيدُ بنُ خَالِدٍ الجُهَنِيُّ (تُوُفِّيَ 68 هـ)‏
‏زَيدُ بنُ خَالِدٍ الجُهَنِيُّ، شَهِدَ الحُدَيبِيَةَ وَكَانَ مَعَهُ لِوَاءُ جُهَينَةَ يَومَ الفَتحِ، رَوَى عَن النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ وَحَدِيثُهُ فِي الصَّحِيحَينِ.‏
Zaid bin Khalid al-Juhani (meninggal dunia pada tahun 68 Hijrah) : Beliau ialah Zaid bin Khalid al-Juhani. Telah menyertai peristiwa Hudaibiah dan merupakan pembawa panji kepada kaum Juhainah semasa pembukaan kota Mekah.Beliau benyak meriwayatkan hadis daripada Nabi s.a.w dan hadisnya banyak terdapat dalam kedua-dua kitab sahih al-Bukhari dan Muslim.

70. ‏Salim Maula Abu Huzaifah
‏سَالِمُ مَولَى أَبِي حُذَيفَةَ (تُوُفِّيَ 11 هـ) (سَالِمُ بنُ عُبَيدِ بنِ رَبِيعَةَ)‏
‏أَحَدُ السَّابِقِينَ الأَوَّلِينَ، مِن الأَربَعَةِ الَّذِينَ أَوصَى الرَّسُولُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ أَن يُؤخَذَ عَنهُم القُرآنُ، حَمَلَ لِوَاءَ المُسلِمِينَ فِي حَربِ الرِّدَّةِ حَتَّى قُطِعَت يَمِينُهُ وَيَسَارُهُ ثُمَّ قُتِلَ.‏
Salim Maula Abu Huzaifah (meninggal dunia pada tahun 11 Hijrah) : Beliau ialah Salim bin Ubaid bin Rabiah yang merupakan salah seorang yang paling awal memeluk Islam. Beliau merupakan salah seorang daripada empat orang yang telah diwasiat oleh Rasulullah s.a.w supaya mengambil al-Quran daripadanya. Beliau merupakan pemegang bendera orang Islam semasa peperangan menentang golongan murtad sehingga tangan kanan dan kiri beliau dikerat kemudian beliau gugur syahid.

71. ‏Suraqah bin Malik
‏سُرَاقَةُ بنُ مَالِكٍ (تُوُفِّيَ 24 هـ)‏
‏أَدرَكَ الرَّسُولَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ لَمَّا هَاجَرَ إِلَى المَدِينَةِ فَدَعَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ عَلَيهِ حَتَّى سَاخَت رِجلَا فَرَسِهِ ثُمَّ أَنَّهُ طَلَبَ مِنهُ الخَلَاصَ وَأَلَّا يَدُلَّ عَلَيهِ فَفَعَلَ، أَسلَمَ يَومَ الفَتحِ، تُوُفِّيَ فِي خِلَافَةِ عُثمَانَ.‏
Suraqah bin Malik (meninggal dunia pada tahun 24 Hijrah) : Beliau telah dapat mengekori Rasulullah s.a.w semasa baginda hendak berhijrah ke Madinah, lalu baginda berdoa (memohon perlindungan) sehinggalah kedua-dua kaki kudanya jerlus jatuh ke dalam pasir, kemudian beliau memohon daripada baginda supaya dilepaskannya dan berjanji tidak akan memberi tahu sesiapapun, lalu baginda melepaskannya. Beliau telah memeluk Islam pada hari pembukaan kota Mekah. Meninggal dunia pada masa pemerintahan Othman.

72. ‏Saad bin Abi Waqqas
‏سَعدُ بنُ أَبِي وَقَّاصٍ (تُوُفِّيَ 55 هـ/675 م)‏
‏صَحَابِيٌّ قُرَشِيٌّ زَهـرِيٌّ، مِن المُبَشَّرِينَ بِالجَنَّةِ، قَادَ جُيُوشَ فَتحِ فَارِس وَانتَصَرَ عَلَى رُستُمَ فِي القَادِسِيَّةِ، بَنَى الكُوفَةَ.
‏Saad bin Abi Waqqas (meninggal dunia pada tahun 55 Hijrah bersamaan 675 Masehi) : Adalah seorang sahabat berbangsa Quraisy daripada kaum Zahri, beliau merupakan salah seorang yang dijanjikan syurga. Beliau telah memimpin tentera dalam pembukaan Farsi dan telah mengalahkan Rastam dalam peperangan al-Qadisiah. Beliau telah membina bandar Kufah.

73. ‏Saad bin Ubadah
‏سَعدُ بنُ عُبَادَةَ (تُوُفِّيَ 14 هـ/635 م)‏
‏صَحَابِيٌّ أَنصَارِيٌّ خَزرَجِيٌّ، مِن الأُمَرَاءِ الأَشرَافِ فِي الجَاهِلِيَّةِ وَالإِسلَامِ، شَهِدَ العَقَبَةَ وَأُحُدًا وَالخَندَقَ، رَغِبَ فِي الخِلَافَةِ فَلَم يُبَايِع أَبَا بَكرٍ وَعُمَرَ وَارتَحَلَ إِلَى حُورَان حَيثُ تُوُفِّيَ.
‏Saad bin Ubadah (meninggal dunia pada tahun 14 Hijrah / 635 Masehi) : Beliau adalah merupakan seorang sahabat daripada kalangan Khazraj Ansar. Beliau tergolong dalam kalangan para pimpinan yang besar pada zaman Jahiliah dan Islam. Telah mengikut serta dalam peristiwa Aqabah, Uhud dan Khandak. Beliau sangat sukakan jawatan khalifah dan tidak memberi Bai'ah kepada Abu Bakar dan Umar, beliau telah pergi ke Hauran di mana beliau meninggal dunia di sana.

74. ‏Saad bin Muaz
‏سَعدُ بنُ مُعَاذٍ (تُوُفِّيَ 5 هـ/627 م)‏
‏(سَعدُ بنُ مُعَاذِ بنِ النُّعمَانِ الأَوسِيُّ) صَحَابِيٌّ مِن الأَبطَالِ، مِن أَهلِ المَدِينَةِ، كَانَ سَيِّدَ الأَوسِ فِيهَا، أَسلَمَ بَينَ العَقَبَةِ الأُولَى وَالثَّانِيَةِ، أَنفَذَ النَّبِيُّ حُكمَهُ فِي بَنِي قُرَيظَةَ بِأَن يُقتَلَ الرِّجَالُ وَتُسبَى النِّسَاءُ وَالأَطفَالُ جَزَاءً لِغَدرِهِم بِعَهدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ، اُستُشهِدَ فِي الخَندَقِ.‏
Saad bin Muaz (meninggal dunia pada tahun 5 Hijrah bersamaan 627 Masehi) : Beliau ialah Saad bin Muaz bin Nu'man daripada kalangan Aus, merupakan salah seorang jaguh daripada sahabat dan berasal daripada Madinah. Beliau merupakan ketua kaum Aus. Telah memeluk Islam pada masa antara perjanjian Aqabah yang pertama dan yang kedua. Nabi s.a.w telah menerima pendapatnya tentang Bani Quraizah untuk dibunuh kaum lelaki dan menawan perempuan serta kanak-kanak sebagai balasan kepada mereka yang telah melanggari perjanjian setia dengan Rasulullah s.a.w. Beliau telah gugur syahid dalam peperangan Khandak.

75. ‏Said bin al-Aas
‏سَعِيدُ بنُ العَاصِ (تُوُفِّيَ 59 هـ/679 م)‏
‏سَعِيدُ بنُ العَاصِ بنِ سَعِيدِ بنِ العَاصِ بنِ أُمَّيَّةَ بنِ عَبدِ شَمسٍ الأُمَوِيُّ، صَحَابِيٌّ جَمَعَ بَينَ الجُودِ وَحُسنِ السِّيرَةِ، وَلَّاهُ عُثمَانُ بنُ عَفَّانَ عَلَى الكُوفَةِ سَنَةَ 30 هـ، سَاعَدَ الخَلِيفَةَ عُثمَانَ عَلَى جَمعِ القُرآنِ، تُوُفِّيَ بِالمَدِينَةِ.‏
Said bin al-Aas (meninggal dunia pada tahun 59 Hijrah bersamaan 679 Masehi) : Beliau ialah Said bin al-Aas bin Said bin al-Aas bin Umayyah bin Abdu Syams daripada kaum Umayyah. Seorang sahabat yang pemurah dan baik budi pekertinya. Beliau telah dilantik oleh Othman bin Affan sebagai pemerintah di Kufah pada tahun 30 Hijrah, beliau telah membantu khalifah Othman untuk mengumpulkan al-Quran. Meninggal dunia di Madinah.

76. ‏Said bin Zaid
‏سَعِيدُ بنُ زَيدٍ (تُوُفِّيَ 51 هـ/671 م)‏
‏سَعِيدُ بنُ زَيدِ بنِ عَمرِو بنِ نُفُيلٍ العَدَوِيُّ، صَحَابِيٌّ قُرَشِيٌّ، شَهِدَ المَشَاهِدَ إِلَّا بَدرًا وَأُحُدًا، مِن المُبَشَّرِينَ بِالجَنَّةِ، اِشتَرَكَ فِي فُتُوحِ الشَّامِ، تُوُفِّيَ فِي المَدِينَةِ.
‏Said bin Zaid (meninggal dunia pada tahun 51 Hijrah bersamaan 671 Masehi) : Said bin Zaid bin Amru bin Nafil daripada keluarga Adawi, adalah merupakan sahabat daripada golongan Quraisy. Telah menyertai kebanyakan peperangan kecuali Badar dan Uhud, beliau adalah salah seorang yang telah dijanjikan syurga. Beliau mengikut serta dalam pembukaan negeri Syam, meninggal dunia di Madinah.

77. Salman Al-Farisi
‏سَلمَانُ الفَارِسِيُّ (تُوُفِّيَ 35 هـ/655 م)‏
‏صَحَابِيٌّ، أَصلُهُ مِن مَجُوسِ فَارِسَ، خَرَجَ يَطلُبُ دِينَ اللَّهِ فَدَانَ أَوَّلًا بِالنَّصرَانِيَّةِ ثُمَّ أُسِرَ وَبِيعَ وَتَدَاوَلَتهُ الأَيدِي حَتَّى أَفضَى إِلَى المَدِينَةِ فَاشتَرَاهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ وَأَعتَقَهُ، كَانَ صَاحِبَ فِكرَةِ حَفرِ الخَندَقِ فِي وَقعَةِ الخَندَقِ، شَهِدَ بَقِيَّةَ المَشَاهِدِ وَفُتُوحِ العِرَاقِ وَوَلِيَ المَدَائِنَ فَأَقَامَ فِيهَا حَتَّى مَاتَ.‏
Salman al-Farisi (meninggal dunia pada tahun 35 Hijrah bersamaan 655 Masehi) : Beliau adalah merupakan sahabat, asalnya beliau berugama Majusi di Farsi. Beliau telah keluar mencari-cari agama Allah, pada awalnya beliau memeluk agama Nasrani kemudian beliau telah ditawan dan dijual beberapa kali sehinggalah beliau sampai di Madinah dan telah dibeli oleh Nabi s.a.w lalu dibebaskannya. Beliaulah yang telah memberikan pandangan supaya menggali parit dalam peperangan Khandak. Selepas itu beliau telah menyertai seluruh peperangan dan pembukaan Iraq. Beliau telah dilantik sebagai pemerintah di Madain dan menetap di sana sehinggalah beliau meninggal dunia.

78. ‏Salamah bin al-Akwaa'
‏سَلَمَةُ بنُ الأَكوَعِ (تُوُفِّيَ 47 هـ)‏
‏صَحَابِيٌّ، مِن الَّذِينَ بَايَعُوا النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ بَيعَةَ الرِّضوَانِ، غَزَا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ سَبعَ غَزَوَاتٍ، كَانَ شُجَاعًا رَامِيًا عَدَّاءً يَسبِقُ الفَرَسَ عَدوًا عَلَى رِجلَيهِ، تُوُفِّيَ عَن ثَمَانِينَ سَنَةً.‏
Salamah bin al-Akwaa' (meninggal dunia pada tahun 47 Hijrah) : Adalah merupakan seorang sahabat yang tergolong daripada mereka yang memberi Bai'ah kepada Nabi s.a.w pada Bai'ah ar-Ridhwan. Beliau telah berperang bersama dengan Nabi s.a.w sebanyak tujuh kali, seorang yang berani, mengejar musuh yang berkuda secara berlari untuk melontar lembing ke arahnya. Beliau meninggal dunia dalam usia yang menjangkau lapan puluh tahun.

79. ‏Sulaiman bin Surad
‏سُلَيمَان بنُ صُرَدٍ (تُوُفِّيَ 65 هـ)‏
‏هُوَ سُلَيمَانُ بنُ صُرَدِ بنِ الجَونِ بنِ أَبِي الجَونِ عَبدُ العُزَّى بنِ مُنقِذٍ السَّلُولِيُّ الخُزَاعِيُّ، كُنيَتُهُ أَبُو مُطَرِّفٍ، كَانَ يُسَمَّى يَسَارًا فَسَمَّاهُ الرَّسُولُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ سُلَيمَانَ، رَأَسَ جَمَاعَةَ التَّوَّابِينَ الَّتِي طَالَبَت بِدَمِ الحُسَينِ، قُتِلَ سُلَيمَانُ فِي مَعرَكَةٍ بَينَهُ وَبَينَ عُبَيدِ اللَّهِ بنِ زِيَادٍ.
‏Sulaiman bin Surad (meninggal dunia pada tahun 65 Hijrah) : Beliau ialah Abu Matraf, Sulaiman bin Surad bin al-Jun bin Abi al-Jun Abdul Uzza bin Munqiz as-Saluli al-Khazaie. Pada asalnya beliau dinamakan Yasar kemudian diberi nama oleh Rasulullah s.a.w dengan nama Sulaiman. Beliau merupakan ketua kumpulan Tawwabin yang menuntut bela keatas kematian Al-Husain bin Ali. Sulaiman terbunuh dalam peperangan menentang Abdullah bin Ziyad.

80. ‏Samurah bin Jundub
‏سَمُرَةُ بنُ جُندُبٍ (تُوُفِّيَ نَحوَ 59 هـ)‏
‏كَانَ عَظِيمَ الأَمَانَةِ، صَدُوقَ الحَدِيثِ يُحِبُّ الإِسلَامَ، كَانَ مِن حُلَفَاءِ الأَنصَارِ، نَزَلَ البَصرَةَ وَتُوُفِّيَ بِهَا فِي خِلَافَةِ مُعَاوِيَةَ وَكَانَ زِيَادٌ يَستَخلِفُهُ عَلَيهَا إِذَا سَارَ إِلَى الكُوفَةِ، كَانَ شَدِيدًا عَلَى الخَوَارِجِ.‏
Samurah bin Jundub (meninggal dunia pada tahun 59 Hijrah) : Beliau seorang yang amat amanah, benar pada perkataan dan amat kasihkan Islam. Beliau adalah daripada kalangan Ansar. Beliau telah menuju ke Basrah dan meninggal dunia di sana pada zaman pemerintahan Muawiah. Kemudian telah digantikan oleh Ziad untuk meneruskan perjalanan ke Kufah. Beliau seorang yang tegas terhadap puak Khawarij.


81. ‏Sahl bin Hunaif
‏سَهلُ بنُ حُنَيفٍ (تُوُفِّيَ 38 هـ)‏
‏هُوَ سَهلُ بنُ حُنَيفٍ بنِ وَاهِبٍ الأَوسِيُّ الأَنصَارِيُّ، شَهِدَ المَشَاهِدَ كُلَّهَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ وَثَبَتَ مَعَهُ يَومَ أُحُدٍ حِينَ اِنهَزَمَ النَّاسُ، اِستَخلَفَهُ عَلِيٌّ عَلَى المَدِينَةِ حِينَ سَارَ إِلَى البَصرَةِ كَمَا وَلَّاهُ بَعدَ ذَلِكَ عَلَى بِلَادِ فَارِس.‏
Sahl bin Hunaif (meninggal dunia pada tahun 38 Hijrah) : Beliau ialah Sahl bin Hunaif bin Wahib al-Ausi daripada kalangan Ansar. Beliau telah menyertai seluruh peperangan bersama dengan Rasulullah s.a.w dan tetap bersama baginda dalam peperangan Uhud semasa ramai manusia yang tewas. Ali melantiknya sebagai penganti sementara ke atas Madinah semasa Ali pergi ke Basrah kemudian selepas daripada itu Ali melantik beliau sebagai pemerintah di negeri Parsi.

82. ‏Sahl bin Saad al-Sa'idi
‏سَهلُ بنُ سَعدٍ السَّاعِدِيُّ (تُوُفِّيَ 91 هـ)‏
‏سَهلُ بنُ سَعدِ بنِ مَالِكٍ الأَنصَارِيُّ السَّاعِدِيُّ، كَانَ اِسمُهُ حَزنًا فَسَمَّاهُ الرَّسُولُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ سَهلًا، مَاتَ وَهُوَ اِبنُ مِائَةِ سَنَةٍ، آخِرُ مَن مَاتَ مِن الصَّحَابَةِ فِي المَدِينَةِ.
‏Sahl bin Saad al-Sa'idi (meninggal dunia pada tahun 91 Hijrah) : Beliau ialah Sahl bin Saad bin Malikal-Ansari daripada kaum as-Sa'idi. Namanya yang asal ialah Haznan lalu ditukar namanya oleh Rasulullah s.a.w kepada Sahal. Beliau meninggal dunia dalam usia seratus tahun yang merupakan sahabat yang terakhir meninggal dunia di Madinah.

83. ‏Suhail bin Amru
‏سُهَيلُ بنُ عَمرٍو (تُوُفِّيَ 15 هـ)‏
‏سُهَيلُ بنُ عَمرِو بنِ عَبدِ شَمسٍ العَامِرِيُّ، تَوَلَّى أَمرَ الصُّلحِ فِي الحُدَيبِيَةِ مُمَثِّلًا لِقُرَيشٍ، أَسَرَهُ المُسلِمُونَ يَومَ بَدرٍ وَافتَدَى نَفسَهُ وَأَقَامَ عَلَى دِينِهِ إِلَى يَومِ فَتحِ مَكَّةَ فَأَسلَمَ وَسَكَنَ المَدِينَةَ، اِلتَحَقَ بِجَيشِ الشَّامِ، وَاشتَرَكَ فِي وَقعَةِ اليَرمُوكِ وَقُتِلَ فِيهَا.
‏Suhail bin Amru (meninggal dunia pada tahun 15 Hijrah) : Beliau ialah Suhail bin Amru bin Abdu Syams al-Amiri. Beliau telah dilantik sebagai wakil Quraisy dalam perjanjian perdamaian Hudaibiah, telah ditawan oleh tentera Islam pada hari Badar dan telah menebus dirinya dan kekal di atas agamanya sehingga pembukaan kota Mekah, lalu beliau memeluk Islam dan menetap di Madinah. Beliau telah menyertai tentera ke Syam serta menyertai sama dalam peperangan Yarmuk dan telah gugur syahid.

84. ‏Syaddad bin Aus
‏شَدَّادُ بنُ أَوسٍ (أَبُو عَبدِ الرَّحمَنِ) (تُوُفِّيَ 58 هـ)‏
‏شَدَّادُ بنُ أَوسِ بنِ ثَابِتٍ الخَزرَجِيُّ، شَهِدَ بَدرًا، فُضِّلَ بِخَصلَتَينِ: بِبَيَانٍ إِذَا نَطَقَ وَبِكَظمٍ إِذَا غَضِبَ، تُوُفِّيَ بِفِلَسطِينَ وَدُفِنَ بِبَيتِ المَقدِسِ فِي خِلَافَةِ مُعَاوِيَةَ.‏
Syaddad bin Aus (Abu Abdul Rahman) (meninggal dunia pada tahun 58 Hijrah) : Beliau ialah Syaddad bin Aus bin Thabit daripada kalangan Khazraj. Beliau telah menyertai peperangan Badar. Terkenal dengan dua sifat yang terpuji: Jelas apabila berkata-kata dan dapat menahan kemarahan. Beliau meninggal dunia di Palestin dan dikafankan di Baitulmaqdis pada zaman pemerintahan Muawiah.

85. ‏So'soah bin Najiah
‏صَعصَعَةُ بنُ نَاجِيَةَ (تُوُفِّيَ 9 هـ)‏
‏صَعصَعَةُ بنُ نَاجِيَةَ بنِ عِقَالِ بنِ مُحَمَّدِ بنِ سُفيَانَ، مِن أَشرَافِ العَرَبِ، وَزَعِيمُ تَمِيمٍ فِي الجَاهِلِيَّةِ وَالإِسلَامِ. كَانَ أَوَّلَ مَن قَامَ فِي تَمِيمٍ بِافتِدَاءِ بَنَاتِهِم مِن الوَأدِ، وَلَمَّا ظَهَرَ الإِسلَامُ كَانَ عِندَهُ 104 بِنتًا، أَخَذَهُنَّ مِن آبَائِهِنَّ لِئَلَّا يُوأَدنَ.‏
So'soah bin Najiah (meninggal dunia pada tahun 9 Hijrah) : Beliau ialah So'soah bin Najiah bin Iqal bin Muhammad bin Sufian yang merupakan daripada bangsawan Arab dan ketua kaum Tamim pada zaman Jahiliah dan Islam. Beliaulah orang yang pertama daripada Bani Tamim yang menebus dari membunuh anak perempuan. Semasa kedatangan Islam, sebanyak 104 orang anak perempuan berada disisinya, beliau telah mengambil anak-anak perempuan daripada ayah-ayah mereka supaya tidak dibunuh.

86. ‏Shuhaib ar-Rumi
‏صُهَيبٌ الرُّومِيُّ (تُوُفِّيَ 28 هـ)‏
‏صُهَيبُ بنُ سِنَانِ بنِ مَالِكٍ، عُرِفَ بِالرُّومِيِّ لِأَنَّهُ أَقَامَ زَمَنًا عِندَ الرُّومِ حِينَ سَبَوهُ، أَسلَمَ مَعَ عَمَّار فِي دَارِ الأَرقَمِ، كَانَ مِن المُستَضعَفِينَ الَّذِينَ لَقُوا أَلوَانًا مِن العَذَابِ فِي سَبِيلِ دِينِهِم، هَاجَرَ إِلَى المَدِينَةِ، شَهِدَ بَدرًا، خَيَّرَتهُ قُرَيشٌ بَينَ أَموَالِهِ الَّتِي رَبِحَهَا فِي مَكَّةَ وَبَينَ الهِجرَةِ فَاختَارَ الهِجرَةَ، فَنَزَلَ فِيهِ قَولُهُ تَعَالَى: {وَمِن النَّاسِ مَن يَشرِي نَفسَهُ اِبتِغَاءَ مَرضَاةِ اللَّهِ} (البقرة: 207) شَهِدَ بَدرًا وَالمَشَاهِدَ كُلَّهَا، تُوُفِّيَ فِي المَدِينَةِ.‏
Shuhaib ar-Rumi (meninggal dunia pada tahun 27 Hijrah) : Beliau ialah Shuhaib bin Sinan bin Malik, dikenali dengan gelaran ar-Rumi kerana beliau berada di Rom beberapa waktu ketika mereka menawannya. Beliau memeluk Islam bersama Imar di rumah Darul Arqam. Beliau tergolong daripada kalangan orang yang lemah yang telah menempuh pelbagai azab siksaan dalam menegakkan agamanya. Beliau telah berhijrah ke Madinah serta telah menyertai peperangan Badar. Kaum Quraisy telah membuat tawaran kepadanya samada untuk memilih harta keuntungannya di Mekah atau berhijrah , lalu dipilihnya untuk berhijrah. Justeru itu turunlah firman Allah menceritakan mengenainya yang bermaksud: Dan dikalangan manusia ada yang mengorbankan dirinya semata-mata untuk mendapatkan keredhaan Allah. (Surah al-Baqarah, ayat: 207). Beliau telah menyertai peperangan Badar dan seluruh peperangan yang lain. Meninggal dunia di Madinah.

87. ‏Talhah bin Ubaidillah
‏طَلحَةُ بنُ عُبَيدِ اللَّهِ (تُوُفِّيَ 36 هـ/656 م)‏
‏طَلحَةُ بنُ عُبَيدِ اللَّهِ بنِ عُثمَانَ بنِ كَعبِ بنِ سَعدٍ، صَحَابِيٌّ قُرَشِيٌّ، أَحَدُ السِّتَّةِ أَصحَابِ الشُّورَى، مِن المُبَشَّريِنَ بِالجَنَّةِ، شَهِدَ أُحُدًا وَأَبلَى فِيهَا بَلَاءً حَسَنًا وَوَقَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ بِنَفسِهِ وَاتَّقَى النَّبلَ عَنهُ بِيَدِهِ حَتَّى شُلَّت إِصبُعُهُ، قُتِلَ بِسَهمٍ يَومَ الجَمَلِ.‏
Talhah bin Ubaidillah (meninggal dunia pada tahun 36 Hijrah bersamaan 656 Masehi) : Beliau ialah Talhah bin Ubaidillah bin Othman bin Kaab bin Saad seorang sahabat daripada Quraisy, merupakan salah seorang daripada enam orang ahli majlis mesyuarat yang juga merupakan salah seorang yang dijanjikan syurga. Beliau telah menyertai peperangan Uhud dan menyumbangkan suatu sumbangan yang besar. Beliau telah melindungi Nabi s.a.w dengan dirinya sendiri dan menahan panah dari terkena baginda dengan tangannya sehingga lumpuh jari-jarinya. Beliau meninggal dunia terkena panah pada peperangan Jamal.

88. ‏Tulaib bin Umair
‏طُلَيبُ بنُ عُمَيرٍ (تُوُفِّيَ 13 هـ)‏
‏طُلَيبُ بنُ عُمَيرِ بنِ وَهبِ بنِ أَبِي كَثِيرِ بنِ قُصَيٍّ، صَحَابِيٌّ مِن قُرَيشٍ، كَانَ مِمَّن هَاجَرَ إِلَى الحَبَشَةِ، ثُمَّ شَهِدَ بَدرًا، كَانَ أَوَّلَ مَن دَمَى مُشرِكًا فِي الإِسلَامِ بِسَبَبِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ، شَهِدَ كَثِيرًا مِن الوَقَائِعِ، قُتِلَ يَومَ أَجنَادِينَ.‏
Tulaib bin Umair (meninggal dunia pada tahun 13 Hijrah) : Beliau ialah Tulaib bin Umair bin Wahab bin Abi Kathir bin Qushay seorang sahabat daripada kalangan Quraisy. Beliau adalah terdiri daripada mereka yang telah berhijrah ke Habsyah. Beliau telah menyertai peperangan Badar, orang pertama dalam Islam yang telah melukakan orang musyrik kerana Nabi s.a.w. Beliau juga telah menyertai banyak peperangan dan telah gugur pada peperangan Ajnadain.

89. ‏Amir bin Rabiah
‏عَامِرُ بنُ رَبِيعَةَ (تُوُفِّيَ 35 هـ)‏
‏أَحَدُ السَّابِقِينَ الأَوَّلِينَ، هَاجَرَ إِلَى الحَبَشَةِ وَالمَدِينَةِ، شَهِدَ بَدرًا وَمَا بَعدَهَا، اِستَخلَفَهُ عُثمَانُ عَلَى المَدِينَةِ لَمَّا حَجَّ وَمَاتَ بَعدَ وَفَاةِ عُثمَانَ بِأَيَّامٍ.‏
Amir bin Rabiah (meninggal dunia pada tahun 35 Hijrah) : Adalah salah seorang yang terawal memeluk Islam, beliau telah berhijrah ke Habsyah dan Madinah. Telah menyertai peperangan Badar dan peperangan-peperangan seterusnya. Othman menyerahkan urusan pemerintahan kepadanya untuk menguruskan Madinah ketika dia pergi menunaikan haji. Beliau meninggal dunia selepas beberapa hari kewafatan Othman.

90. ‏A'mir bin Fuhairah at-Tamimi
‏عَامِرُ بنُ فُهَيرَةَ التَّمِيمِيُّ‏
‏صَحَابِيٌّ أَزدِيٌّ أَحَدُ السَّابِقِينَ كَانَ حَسَنَ الإِسلَامِ، صُنِّفَ فِي المَغَازِي وَاستُشهِدَ بِبِئرِ مَعُونَةَ.‏
A'mir bin Fuhairah at-Tamimi : Seorang sahabat daripada kalangan kaum Azdi yang merupakan salah seorang daripada mereka yang terawal memeluk Islam dengan sebaik-baiknya. Beliau telah disebut di dalam bab al-Maghazi (peperangan), gugur syahid pada peperangan Bi'ru Ma'unah.

91. ‏Ubadah bin as-Somit
‏عُبَادَةُ بنُ الصَّامِتِ (تُوُفِّيَ نَحوَ 34 هـ)‏
‏عُبَادَةُ بنُ الصَّامِتِ بنِ قَيسٍ، صَحَابِيٌّ أَنصَارِيٌّ خَزرَجِيٌّ، شَهِدَ بَدرًا، كَانَ أَحَدَ النُّقَبَاءِ بِالعَقَبَةِ، آخَى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ بَينَهُ وَبَينَ أَبِي مَرثَدٍ الغَنَوِيِّ، شَهِدَ المَشَاهِدَ كُلَّهَا وَشَهِدَ فَتحَ مِصرَ، أَوَّلُ مَن وَلِيَ قَضَاءَ فِلَسطِينَ، مِمَّن جَمَعَ القُرآنَ فِي عَهدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ، مَاتَ بِالرَّملَةِ.
‏Ubadah bin as-Somit (meninggal dunia pada tahun 34 Hijrah) : Beliau ialah Ubadah bin as-Somit bin Qais yang merupakan seorang sahabat daripada kalangan Khazraj Ansar. Beliau telah menyertai peperangan Badar, merupakan salah seorang pemimpin di Aqabah. Nabi s.a.w telah mempersaudarakan beliau dengan Abu Murthid al-Ghanawi. Beliau telah menyertai setiap peperangan dan mengikut serta juga pada pembukaan Mesir. Beliau merupakan orang yang pertama dilantik sebagai pemerintah Palestin. Beliau juga merupakan salah seorang daripada pengumpul al-Quran pada masa Nabi s.a.w . Telah meninggal dunia di Ramlah.

92. ‏Abdul Rahman bin Abu Bakar
‏عَبدُ الرَّحمَنِ بنُ أَبِي بَكرٍ (تُوُفِّيَ 53 هـ)‏
‏هُوَ عَبدُ الرَّحمَنِ بنُ أَبِي بَكرٍ الصِّدِّيقِ بنِ أَبِي قُحَافَةَ القُرَشِيُّ التَّمِيمِيُّ، شَقِيقُ السَّيِّدَةِ عَائِشَةَ زَوجِ الرَّسُولِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ، صَحِبَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ، فِي هُدنَةِ الحُدَيبِيَةِ، حَضَرَ وَقعَةَ اليَمَامَةِ كَمَا شَهِدَ فَتحَ الشَّامِ مَعَ خَالِدِ بنِ الوَلِيدِ.‏
Abdul Rahman bin Abu Bakar (meninggal dunia pada tahun 53 Hijrah) : Beliau ialah Abdul Rahman bin Abu Bakar Al-Siddiq bin Abu Qahafah daripada kalangan Quraisy kaum Tamim, merupakan adik beradik kepada Sayyidatina Aishah isteri Rasulullah s.a.w. Beliau telah menyertai bersama-sama Nabi s.a.w dalam perjanjian Hudaibiah, beliau juga mengikuti peperangan Yamamah dan pembukaan negeri Syam bersama dengan Khalid bin al-Walid.

93. ‏Abdul Rahman bin Azhar
‏عَبدُ الرَّحمَنِ بنُ أَزهَرَ (تُوُفِّيَ 63 هـ)‏
‏هُوَ اِبنُ أَخِ عَبدِ الرَّحمَنِ بنِ عَوفٍ، صَحَابِيٌّ كُنيَتُهُ أَبُو جُبَيرٍ، شَهِدَ حُنَينًا، حَفِظَ الحَدِيثَ عَن رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ، عَاشَ بِالمَدِينَةِ وَمَاتَ فِي مَوقِعَةِ الحَرَّةِ.‏
Abdul Rahman bin Azhar (meninggal dunia pada tahun 63 Hijrah) : Beliau ialah anak saudara kepada Abdul Rahman bin A'uf, merupakan seorang sahabat yang digelar dengan nama Abu Jubair. Beliau telah menyertai peperangan Hunain. Banyak menghafal hadis Nabi s.a.w. Beliau tinggal di Madinah dan meninggal dunia di dalam peperangan al-Hurrah.

94. ‏Abdul Rahman bin Samrah
‏عَبدُ الرَّحمَنِ بنُ سَمُرَةَ (تُوُفِّيَ 50 هـ)‏
‏هُوَ عَبدُ الرَّحمَنِ بنُ سَمُرَةَ بنِ حَبِيبِ بنِ عَبدِ شَمسٍ القُرَشِيُّ، صَحَابِيٌّ كُنيَتُهُ أَبُو سَعِيدٍ، أَسلَمَ يَومَ فَتحِ مَكَّةَ وَشَهِدَ غَزوَةَ مُؤتَةَ وَفَتَحَ سِجِستَانَ وَكَابُولَ وَالسِّندَ وَخُرَاسَانَ، تُوُفِّيَ بِالبَصرَةِ.‏
Abdul Rahman bin Samrah (meninggal dunia pada tahun 50 Hijrah) : Beliau ialah Abdul Rahman bin Samrah bin Habib bin Abdu Syams daripada kalangan Quraisy. Beliau merupakan salah seorang sahabat yang digelar dengan nama Abu Said. Beliau telah memeluk Islam pada hari pembukaan kota Mekah, telah menyertai peperangan Mu'tah dan pembukaan negeri Sijistan, Kabul, Sind dan Khurasan. Beliau meninggal dunia di Basrah.

95. ‏Abdul Rahman bin Auf
‏عَبدُ الرَّحمَنِ بنُ عَوفٍ (تُوُفِّيَ 32 هـ/652 م)‏
‏عَبدُ الرَّحمَنِ بنُ عَوفِ بنِ الحَارِثِ بنِ زَهرَةَ، صَحَابِيٌّ قُرَشِيٌّ زَهـرِيٌّ، مِن أَوَائِلِ الدَّاخِلِينَ فِي الإِسلَامِ، أَحَدُ العَشَرَةِ المُبَشَّرِينَ بِالجَنَّةِ وَأَحَدُ السِّتَّةِ أَصحَابِ الشُّورَى، شَهِدَ بَدرًا وَسَائِرَ المَشَاهِدِ، دُفِنَ بِالبَقِيعِ.‏
Abdul Rahman bin Auf (meninggal dunia pada tahun 32 Hijrah bersamaan 652 Masehi) : Beliau ialah Abdul Rahman bin Auf bin al-Harith bin Zahrah. Merupakan seorang sahabat daripada Quraisy kaum Zahari, beliau adalah tergolong daripada mereka yang terawal memeluk Islam, beliau juga adalah salah seorang daripada sepuluh yang telah dijamin syurga dan termasuk dalam kalangan enam orang ahli majlis mesyuarat. Beliau telah menyertai peperangan Badar dan seluruh peperangan yang lain. Beliau telah disemadikan di tanah perkuburan Baqie'.

96. ‏Abdullah bin Abi Aufa
‏عَبدُ اللَّهِ بنُ أَبِي أَوفَى (تُوُفِّيَ 86 هـ)‏
‏هُوَ عَبدُ اللَّهِ بنُ أَبِي أَوفَى الأَسلَمِيُّ، كُنيَتُهُ أَبُو مُعَاوِيَةَ، مِن الصَّحَابَةِ، شَهِدَ الحُدَيبِيَةَ وَمَا بَعدَ ذَلِكَ مِن المَشَاهِدِ، لَم يَزَل بِالمَدِينَةِ حَتَّى قُبِضَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ فَتَحَوَّلَ إِلَى الكُوفَةِ، هُوَ آخِرُ مَن بَقِيَ مِن صَحَابَةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ بِالكُوفَةِ.‏
Abdullah bin Abi Aufa (meninggal dunia pada tahun 86 Hijrah) : Beliau ialah Abdullah bin Abi Aufa al-Aslami yang digelar dengan nama Abu Muawiah adalah merupakan salah seorang daripada sahabat. Beliau telah menyertai perjanjian Hudaibiah dan peristiwa yang berlaku selepasnya. Beliau tinggal menetap di Madinah sepanjang hayat Rasulullah s.a.w dan berpindah ke Kufah selepas kewafatan baginda. Beliaulah sahabat yang terakhir berada di Kufah.

97. ‏Abdullah bin Ummu Maktum
‏عَبدُ اللَّهِ بنُ أُمِّ مَكتُومٍ (تُوُفِّيَ 14 هـ)‏
‏عَبدُ اللَّهِ بنُ عَمرِو بنِ شُرَيحٍ، صَحَابِيٌّ قُرَشِيٌّ كَانَ مِن المُهَاجِرِينَ الأُوَّلِ، قَدِمَ إِلَى المَدِينَةِ قَبلَ هِجرَةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ، اِستُشهِدَ بِالقَادِسِيَّةِ وَكَانَ مَعَهُ اللِّوَاءُ.‏
Abdullah bin Ummu Maktum (meninggal dunia pada tahun 14 Hijrah) : Beliau ialah Abdullah bin Amru bin Syuraih, adalah merupakan sahabat daripada kalangan Quraisy yang merupakan antara mereka yang mula-mula berhijrah. Beliau telah sampai ke Madinah sebelum ketibaan baginda Nabi s.a.w. Beliau telah gugur syahid di medan Qadisiah dengan keadaan panji masih ada bersamanya.

98. ‏Abdullah bin az-Zubair
‏عَبدُ اللَّهِ بنُ الزُّبَيرِ (تُوُفِّيَ 73 هـ)‏
‏اِبنُ الزُّبَيرِ بنِ العَوَّامِ وَأَسمَاءَ بِنتِ أَبِي بَكرٍ، اِشتَرَكَ فِي الفُتُوحَاتِ، حَارَبَ إِلَى جَانِبِ عَائِشَةَ فِي مَعرَكَةِ الجَمَلِ، ثَارَ عَلَى وُلَاةِ الأُمَوِيِّينَ فِي الحِجَازِ وَأَعلَنَ نَفسَهُ خَلِيفَةً بَعدَ مَوتِ يَزِيدَ بنِ مُعَاوِيَةَ، وَجَعَلَ قَاعِدَةَ مُلكِهِ المَدِينَةَ، دَامَ حُكمُهُ 9 سَنَوَاتٍ، قَضَى عَلَيهِ الحَجَّاجُ الثَّقَفِيُّ فِي مَكَّةَ.‏
Abdullah bin az-Zubair (meninggal dunia pada tahun 73 Hijrah) : Beliau merupakan anak kepada az-Zubair bin al-Awwam dan Asma' binti Abu Bakar. Beliau telah menyertai banyak pembukaan Islam. Menyebelahi di pihak Aisyah pada peperangan al-Jamal , telah melakukan penentangan terhadap kerajaan Umayyah di tanah Hijaz dan telah mengishtiharkan dirinya sebagai khalifah selepas kematian Yazid bin Muawiah. Beliau telah menjadikan Madinah sebagai pusat pemerintahannya . Pemerintahannya mengambil masa sembilan tahun. Kemudian al-Hujjaj as-Thaqafi telah menyerang beliau semasa beliau berada di Mekah.

99. ‏Abdullah bin al-Mughaffal
‏عَبدُ اللَّهِ بنُ المُغَفَّلِ (تُوُفِّيَ 57 هـ)‏
‏هُوَ عَبدُ اللَّهِ بنُ المُغَفَّلِ المُزَنِيُّ، صَحَابِيٌّ مِمَّن بَايَعُوا تَحتَ الشَّجَرَةِ يَومَ بَيعَةِ الرِّضوَانِ، أَحَدُ العَشَرَةِ الَّذِينَ بَعَثَهُم عُمَرُ بنُ الخَطَّابِ لِيُفَقِّهُوا النَّاسَ بِالبَصرَةِ فَتَحَوَّلَ إِلَيهَا وَتَوُفِّيَ فِيهَا.‏
Abdullah bin al-Mughaffal (meninggal dunia pada tahun 57 Hijrah) : Beliau ialah Abdullah bin Mughaffal al-Mazani yang merupakan salah seorang daripada sahabat yang telah memberi Bai'ah di bawah pokok pada hari Bai'ah ar-Ridhwan. Beliau merupakan salah seorang daripada sepuluh orang yang telah diutuskan oleh Umar bin al-Khattab untuk mengajar manusia di Basrah, lalu beliau telah berpindah ke sana dan meninggal dunia di sana.

100. ‏Abdullah bin Jahsyin
‏عَبدُ اللَّهِ بنُ جَحشٍ (تُوُفِّيَ 3 هـ/625 م)‏
‏عَبدُ اللَّهِ بنُ رِئَابِ بنِ يَعمَرَ، صَحَابِيٌّ مِن بَنِي أَسَدٍ، أَخُو زَينَبَ بِنتِ جَحشٍ أُمِّ المُؤمِنِينَ وَصِهرِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ، اُستُشهِدَ فِي أُحُدٍ.‏
Abdullah bin Jahsyin (meninggal dunia pada tahun 3 Hijrah bersamaan 625 Masehi) : Beliau ialah Abdullah bin Riab bin Ya'mur, merupakan seorang sahabat daripada Bani Asad, beliau adalah saudara kepada Ummul Mukminin Zainab binti Jahsyin dan merupakan ipar kepada baginda Rasulullah s.a.w. Beliau telah gugur syahid dalam peperangan Uhud.


101. Abdul Bin Ja'far Bin Abu Thalib
‏عَبدُ اللَّهِ بنُ جَعفَر (تُوُفِيَّ 80 هـ)‏
‏عَبدُ اللَّهِ بنُ جَعفَرِ بنِ أَبِي طَالِبٍ الهَاشِمِيُّ القُرَشِيُّ، صَحَابِيٌّ كُنيَتُهُ أَبُو جَعفَرٍ، أَوَّلُ مَولُودٍ فِي الإِسلَامِ بِالحَبَشَةِ، قَدِمَ المَدِينَةَ مَعَ أَبِيهِ، حَفِظَ عَن رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ وَرَوَى عَنهُ، مَاتَ بِالمَدِينَةِ.‏
Abdullah bin Jaafar (meninggal dunia pada tahun 80 Hijrah) : Beliau ialah Abdullah bin Jaafar bin Abu Talib daripada kalangan Quraisy bani Hashim. Merupakan seorang sahabat yang digelar dengan nama Abu Jaafar. Beliau adalah orang yang pertama dilahirkan di dalam Islam di Habsyah. Telah menuju ke Madinah bersama dengan ayahnya. Beliau telah menghafal dan meriwayatkan banyak hadis Rasulullah s.a.w. Beliau telah meninggal dunia di Madinah.

102. ‏Abdullah bin Huzafah as-Sahmi
‏عَبدُ اللَّهِ بنُ حُذَافَةَ السَّهـمِيُّ (تُوُفِّيَ 28 هـ)‏
‏صَحَابِيٌّ قُرَشِيٌّ مِن السَّابِقِينَ الأَوَّلِينَ، هَاجَرَ إِلَى الحَبَشَةِ ثُمَّ عَادَ إِلَى المَدِينَةِ، شَهِدَ فُتُوحَ الشَّامِ وَأَسَرَتهُ الرُّومُ فِي غَزوِ المُسلِمِينَ لِقَيسَارِيَّةَ، تُوُفِّيَ بِمِصرَ فِي خِلَافَةِ عُثمَانَ.‏
Abdullah bin Huzafah as-Sahmi (meninggal dunia pada tahun 28 Hijrah) : Adalah merupakan seorang sahabat daripada kalangan Quraisy yang terawal memeluk Islam . Beliau telah berhijrah ke Habsyah kemudian kembali ke Madinah. Telah menyertai pembukaan negeri Syam kemudian telah ditawan oleh tentera Rom semasa orang-orang Islam memerangi Qaisariah. Beliau meninggal dunia di Mesir semasa pemerintahan Othman.

103. ‏Abdullah bin Rawahah
‏عَبدُ اللَّهِ بنُ رَوَاحَةَ (تُوُفِّيَ 8 هـ/629 م)‏
‏صَحَابِيٌّ أَنصَارِيٌّ خَزرَجِيٌّ، مِن السَّابِقِينَ الأَوَّلِينَ، كَانَ أَحَدَ النُّقَبَاءِ لَيلَةَ العَقَبَةِ، شَهِدَ بَدرًا وَمَا بَعدَهَا، اُستُشهِدَ فِي غَزوَةِ مُؤتَة.‏
Abdullah bin Rawahah (meninggal dunia pada tahun 8 Hijrah bersamaan 629 Masehi) : Seorang sahabat daripada kalangan Ansar kaum Khazraj yang merupakan salah seorang yang terawal memeluk Islam. Beliau merupakan antara salah seorang daripada pimpinan pada malam Aqabah. Telah menyertai peperangan Badar dan peperangan yang selepasnya. Beliau telah gugur syahid dalam peperanga Mu'tah.

104. ‏Abdullah bin Zam'ah
‏عَبدُ اللَّهِ بنُ زَمعَةَ (تُوُفِّيَ 35 هـ)‏
‏عَبدُ اللَّهِ بنُ زمعَةَ بنِ الأَسوَدِ القُرَشِيُّ الأَسَدِيُّ، صَحَابِيٌّ رَوَى عَن النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ، عَاشَ وَتُوُفِّيَ بِالمَدِينَةِ.‏
Abdullah bin Zam'ah (meninggal dunia pada tahun 35 Hijrah) : Beliau ialah Abdullah bin Zam'ah bin al-Aswad daripada kalangan Quraisy kaum Asad, beliau merupakan seorang sahabat yang telah meriwayatkan hadis daripada Nabi s.a.w. Beliau menjalani penghidupan di Madinah dan meninggal dunia di sana.

105. ‏Abdullah bin Zaid
‏عَبدُ اللَّهِ بنُ زَيدٍ (تُوُفِّيَ 32 هـ)‏
‏عَبدُ اللَّهِ بنُ زَيدِ بنِ ثَعلَبَةَ الأَنصَارِيُّ الخَزرَجِيُّ، أَبُو مُحَمَّدٍ، صَحَابِيٌّ عَاشَ بِالمَدِينَةِ، رَائِي الأَذَانِ.‏
Abdullah bin Zaid (meninggal dunia pada tahun 32 Hijrah) : Beliau ialah Abdullah bin Zaid bin Tha'labah daripada kalangan Ansar kaum Khazraj yang digelar dengan nama Abu Muhammad. Beliau adalah seorang sahabat yang menetap di Madinah. Beliaulah orang yang telah bermimpi mendengar azan .

106. ‏Abdullah bin Zaid bin Asim al-Ansari
‏عَبدُ اللَّهِ بنُ زَيدِ بنِ عَاصِمٍ الأَنصَارِيُّ (7 ق هـ-63 هـ)‏
‏عَبدُ اللَّهِ بنُ زَيدِ بنِ عَاصِمِ بنِ كَعبٍ النَّجَارِيُّ الأَنصَارِيُّ، كُنيَتُهُ أَبُو مُحَمَّدٍ، مِن الصَّحَابَةِ، عَاشَ بِالمَدِينَةِ، شَهِدَ بَدرًا، وَقَتَلَ مُسَيلِمَةَ الكَذَّابَ يَومَ اليَمَامَةِ، لَهُ 48 حَدِيثًا، قُتِلَ فِي وَقعَةِ الحَرَّةِ عَامَ 63 هـ.‏
Abdullah bin Zaid bin Asim al-Ansari (7 Sebelum Hijrah - 63 Hijrah) : Beliau ialah Abdullah bin Zaid bin A'sim an-Najjari al-Ansari yang digelar dengan Abu Muhammad. Beliau adalah salah seorang daripada sahabat yang tinggal di Madinah . Beliau telah menyertai peperangan Badar dan perancangan membunuh Musailamah pada hari Yamamah. Beliau telah meriwayatkan 48 hadis. Beliau telah meninggal dunia pada peperangan Hurrah pada tahun 63 H.

107. ‏Abdullah bin Salam
‏عَبدُ اللَّهِ بنُ سَلَامٍ (تُوُفِّيَ 43 هـ/663 م)‏
‏صَحَابِيٌّ يَهُودِيُّ الأَصلِ اِعتَنَقَ الإِسلَامَ إِبَانَ هِجرَةِ الرَّسُولِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ، شَهِدَ مَعَ عُمَرَ بنِ الخَطَّابِ فَتحَ بَيتِ المَقدِسِ، تُوُفِّيَ بِالمَدِينَةِ.‏
Abdullah bin Salam (meninggal dunia pada tahun 43 Hijrah bersamaan 663 Masehi) : Adalah merupakan seorang sahabat yang asalnya beragama Yahudi, beliau telah memeluk Islam semasa Rasulullah s.a.w berhijrah ke Madinah. Beliau telah menyertai sama dalam pembukaan Baitulmaqdis bersama Umar bin al-Khattab. Meninggal dunia di Madinah.

108. Abdullah Bin Abbas
‏عَبدُ اللَّهِ بنُ عَبَّاسٍ (تُوُفِّيَ 68 هـ)‏
‏صَحَابِيٌّ جَلِيلُ القَدرِ يُلَقَّبُ بِحَبرِ هَذِهِ الأُمَّةِ، أَبُو الخُلَفَاءِ العَبَّاسِيِّينَ وَإِلَيهِ يَنتَسِبُونَ، وُلِدَ بِمَكَّةَ وَنَشَأَ فِي بَدءِ عَصرِ النُّبُوَّةِ فَلَازَمَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ وَرَوَى عَنهُ الأَحَادِيثَ الصَّحِيحَةَ، شَهِدَ مَعَ عَلِيِّ بنِ أَبِيّ طَالِبٍ وَقعَةَ الجَمَلِ وَوَقعَةَ صِفِّينَ، كَانَ فَقِيهًا عَلِيمًا بِأَنسَابِ العَرَبِ وَالمَغَازِي والوَقَائِعِ، كُفَّ بَصَرُهُ فِي آخِرِ عُمرِهِ فَسَكَنَ الطَّائِفَ وَتُوُفِّيَ هُنَاكَ. `
‏Abdullah bin Abbas (meninggal dunia pada tahun 68 Hijrah) : Merupakan seorang sahabat yang agung yang digelarkan sebagai tinta kepada umat. Beliau adalah ayah kepada para khalifah kerajaan Abbasiah dan kepadanya dinisbahkan nama tersebut. Beliau telah dilahirkan di Mekah dan dibesarkan semasa permulaan kebangkitan . Beliau sentiasa melazimi Nabi s.a.w dan telah banyak meriwayatkan hadis-hadis yang sahih. Telah menyertai sama dalam peperangan Jamal dan Siffin bersama dengan Ali bin Abu Talib. Beliau adalah terkenal alim tentang keturunan Arab, peperangan dan peristiwa. Beliau telah hilang penglihatan pada akhir umurnya dan menetap di Taif. Beliau telah meninggal dunia di sana.

109. Abdullah Bin Umar
‏عَبدُ اللَّهِ بنُ عُمَرَ بنِ الخَطَّابِ (تُوُفِّيَ 73 هـ/692 م)‏
‏صَحَابِيٌّ مِن أَعَزِّ بُيُوتَاتِ قُرَيشٍ، أَسلَمَ مَعَ أَبِيهِ وَهُوَ صَغِيرٌ لَم يَبلُغ الحُلُمَ، هَاجَرَ إِلَى المَدِينَةِ مَعَ أَبِيهِ، كَانَ مِن أَئِمَّةِ المُسلِمِينَ وَعَلَمًا مِن أَعلَامِ الفَتوَى، شَهِدَ فَتحَ مَكَّةَ، شَهِدَ وَقعَةَ اليَرمُوكِ وَفَتحَ مِصرَ، تُوُفِّيَ بِمَكَّةَ.‏
Abdullah bin Umar bin al-Khattab (meninggal dunia pada tahun 32 Hijrah) : Seorang sahabat daripada kalangan keluarga Quraisy yang paling mulia. Beliau telah memeluk Islam bersama-sama dengan bapanya semasa masih kanak-kanak (belum baligh). Berhijrah ke Madinah bersama bapanya. Beliau juga merupakan salah seorang daripada pimpinan kaum muslimin dan pakar dalam mengeluarkan fatwa. Beliau telah menyertai pembukaan kota Mekah, peperangan Yarmuk dan pembukaan Mesir. Meninggal dunia di Mekah.

110. Abdullah Bin 'Amru Bin Al-'Ash
‏عَبدُ اللَّهِ بنُ عَمرِو بنِ العَاصِ (تُوُفِّيَ 65 هـ)‏
‏أَسلَمَ قَبلَ أَبِيهِ وَكَانَ صَحَابِيًّا مِن النُّسَّاكِ، كَانَ يَكتُبُ فِي الجَاهِلِيَّةِ وَكَانَ يُحسِنُ السُّريَانِيَّةَ، كَانَ يَشهَدُ الحُرُوبَ وَالغَزَوَاتِ وَيَضرِبُ بِسَيفَينِ، وَلَّاهُ مُعَاوِيَةُ الكُوفَةَ لِفِترَةٍ قَصِيرَةٍ، اختُلِفَ فِي مَكَانِ وَفَاتِهِ فَقِيلَ أَنَّهُ تُوُفِّيَ بِمِصرَ.‏
Abdullah bin Amr bin al-As (meninggal dunia pada tahun 65 Hijrah) : Beliau telah memeluk Islam sebelum daripada ayahnya dan merupakan seorang sahabat yang kuat beribadat. Beliau menulis semenjak zaman Jahiliah dan dapat menguasai bahasa Suryani. Beliau telah banyak menyertai peperangan dan mampu menggunakan dua pedang. Telah dilantik sebentar oleh Muawiah sebagai pemerintah di Kufah. Telah berlaku perselisihan pendapat mengenai tempat kematiannya, dikatakan bahawa beliau meninggal dunia di Mesir.

111. ‏Abdullah bin Amru bin Haram
‏عَبدُ اللَّهِ بنُ عَمرِو بنِ حَرَامٍ (تُوُفِّيَ 3 هـ/635 م)‏
‏صَحَابِيٌّ، مَعدُودٌ فِي أَهلِ العَقَبَةِ وَبَدرٍ وَكَانَ مِن النُّقَبَاءِ وَاستُشهِدَ بِأُحُدٍ، ظَلَّلَتهُ المَلَائِكَةُ بِأَجنِحَتِهَا يَومَ قُتِلَ.‏
Abdullah bin Amru bin Haram (meninggal dunia pada tahun 3 Hijrah bersamaan 635 Masehi) : Seorang sahabat yang dikira menyertai perjanjian Aqabah dan peperangan Badar. Beliau merupakan salah seorang daripada pimpinan dan telah gugur syahid dalam peperangan Uhud. Para Malaikat telah memayungi beliau dengan sayap-sayapnya pada hari kematian beliau .

112. ‏Abdullah bin Mas'ud bin Ghafil
‏عَبدُ اللَّهِ بنُ مَسعُودِ بنِ غَافِلٍ (تُوُفِّيَ 32 هـ)‏
‏صَحَابِيٌّ مِن أَوَّلِ النَّاسِ إِسلَامًا، مِن العَشَرَةِ المُبَشَّرِينَ بِالجَنَّةِ، كَانَ مِن كُتَّابِ الوَحيِ، كَانَ أَعلَمَ النَّاسِ بِكِتَابِ اللَّهِ وَقِرَاءَتِهِ، اِشتَهَرَ بِتَفسِيرِ القُرآنِ وَمَعرِفَةِ أَسبَابِ نُزُولِهِ، شَهِدَ المَشَاهِدَ كُلَّهَا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ، كَانَ مَعَ إِمَامَتِهِ فِي الفِقهِ وَالحَدِيثِ شَاعِرًا مُحسِنًا، وَلِيَ بَعدَ وَفَاةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ بَيتَ مَالِ الكُوفَةِ، ثُمَّ قَدِمَ المَدِينَةَ فِي خِلَافَةِ عُثمَانَ فَتُوُفِّيَ فِيهَا.‏
Abdullah bin Mas'ud bin Ghafil (meninggal dunia pada tahun 32 Hijrah) : Adalah merupakan seorang sahabat yang terawal memeluk Islam. Beliau merupakan salah seorang daripada sepuluh orang yang dijamin syurga juga merupakan penulis wahyu. Beliau adalah orang yang paling alim tentang kitab Allah dan pada bacaannya. Masyhur dengan penafsiran al-Quran dan mengetahui sebab-sebab turunnya. Beliau telah mengikuti seluruh peperangan bersama dengan Rasulullah s.a.w. Di samping penguasaannya dalam bidang fekah dan hadis, beliau juga adalah seorang penyair yang bagus. Selepas kewafatan baginda Nabi s.a.w, beliau telah dilantik untuk menjaga Baitulmal di Kufah. Kemudian beliau kembali ke Madinah semasa pemerintahan Othman dan meninggal dunia di sana.

113. ‏Itban bin Malik
‏عِتبَان بنُ مَالِكٍ (تُوُفِّيَ 50هـ)‏
‏عِتبَان بنُ مَالِكِ بنِ عَمرِو بنِ العَجلَانِ الأَنصَارِيُّ الخَزرَجِيُّ السَّالِمِيُّ، صَحَابِيٌّ مِن البَدرِيِّينَ، آخَى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ بَينَهَ وَبَينَ عُمَرَ بنِ الخَطَّابِ، مَاتَ فِي خِلَافَةِ مُعَاوِيَةِ، لَهُ عَشَرَةُ أَحَادِيثَ.
‏Itban bin Malik (meninggal dunia pada tahun 50 Hijrah) : Beliau ialah Utban bin Malik bin Amru bin al-Ajlan daripada kalangan Ansar kaum al-Khazraj as-Salimi. Sahabat yang pernah mengikuti peperangan Badar. Nabi s.a.w telah mempersaudarakan beliau dengan Umar bin al-Khattab. Meninggal dunia semasa pemerintahan Muawiah . Beliau telah meriwayatkan sebanyak sepuluh hadis.

114. 'Utsman BIn 'Affan
‏عُثمَانُ بنُ عَفَّانَ (47 ق هـ- 35 هـ/577-656 م)‏
‏ثَالِثُ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ (23 هـ/644 م) قُرَشِيٌّ أُمَوِيُّ، وُلِدَ بِمَكَّةَ وَأَسلَمَ بَعدَ البَعثَةِ بِقَلِيلٍ، كَانَ غَنِيًّا شَرِيفًا فِي الجَاهِلِيَّةِ، تَزَوَّجَ بِرُقَيَّةَ ثَمَّ بِأُمِّ كُلثُومٍ اِبنَتَي النَّبِيِّ لِذَلِكَ سُمِّيَ بِذِي النُّورَينِ، جَمَعَ القُرآنَ، مِن أَعظَمِ أَعمَالِهِ تَجهِيزُ جَيشِ العُسرَةِ فِي السَّنَةِ التَّاسِعَةِ لِلهِجرَةِ وَكَانَ النَّبِيُّ قَد غَزَا فِيهِ تَبُوكَ، صَارَت إِلَيهِ الخِلَافَةُ بَعدَ وَفَاةِ عُمَرَ بنِ الخَطَّابِ، فَافتُتِحَت فِي أَيَّامِهِ أَرمِينِيَّةُ وَالقُوقَازُ وَخُرَاسَانُ وَكرمان وَسِجِستَان وَإِفرِيقِيَّةُ وَقُبرُص، وَأَتَمَّ جَمعَ القُرآنِ، وَهُوَ أَوَّلُ مَن زَادَ فِي المَسجِدِ الحَرَامِ وَمَسجِدِ الرَّسُولِ، وَاِتَّخَذَ نِظَامَ الشُّرطَةِ وَالقَضَاءِ.‏
Othman bin Affan (tahun 47 Sebelum Hijrah - 35 Hijrah bersamaan 577 - 656 Masehi) : Merupakan khalifah ar-Rasyidin yang ketiga (23 Hijrah bersamaan 644 Masehi) daripada kalangan Quraisy Bani Umayyah. Beliau telah dilahirkan di Mekah dan memeluk Islam selepas sekejap dari kebangkitan. Beliau merupakan seorang bangsawan yang kaya semasa Jahiliah. Telah berkahwin dengan Rokiah dan kemudiannya dengan Ummu Kalthum iaitu kedua-dua anak nabi s.a.w, justeru itulah beliau digelar dengan "Zun-Nurain". Beliau telah mengumpulkan al-Quran. Antara khidmatnya yang terbesar ialah beliau telah memperlengkapkan tentera yang tiada kelengkapan perang pada tahun sembilan hijrah semasa peperangan Tabuk bersama Rasulullah s.a.w . Beliau telah dilantik menjadi khalifah selepas Umar bin al-Khattab. Semasa pemerintahannya , beliau telah berjaya membuka Armenia, Qauqaz, Kharasan, Karman, Sajistan, Afrika dan Cyprus. Beliau juga telah menyempurnakan pengumpulan al-Quran. Beliaulah orang yang pertama membesarkan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Beliau telah mewujudkan polis dan sistem kehaki man.

115. ‏’Utsman bin Maz'un
‏عُثمَانُ بنُ مَظعُونٍ (تُوُفِّيَ 2 هـ/624 م)‏
‏صَحَابِيٌّ مِن حُكَمَاءِ العَرَبِ فِي الجَاهِلِيَّةِ، شَهِدَ بَدرًا وَمَاتَ بَعدَ عَودَتِهِ مِنهَا، أَرَادَ التَّبَتُّلَ وَالزُّهدَ فَمَنَعَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ، لَمَّا مَاتَ قَبَّلَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ وَعَينَاهُ تَذرِفَانِ بِالدُّمُوعِ، كَانَ أَوَّلَ مُهَاجِرٍ يَمُوتُ فِي المَدِينَةِ بَعدَ الهِجرَةِ.‏
Othman bin Maz'un (meninggal dunia pada tahun 2 Hijrah bersamaan 624 Masehi). : Merupakan seorang sahabat daripada cendikiawan Arab pada zaman Jahiliah. Telah menyertai peperangan Badar dan meninggal dunia selepas kembali darinya. Beliau ingin hidup membujang dan berzuhud tetapi telah ditegah oleh Nabi s.a.w. Semasa kematian beliau, Nabi s.a.w telah mengucupnya dan kedua kelopak mata baginda mengalirkan air mata. Beliau merupakan orang muhajirin yang pertama meninggal dunia di Madinah selepas hijrah.

116. ‏Adi bin Hatim
‏عَدِيُّ بنُ حَاتِمٍ (تُوُفِّيَ 68 هـ)‏
‏هُوَ عَدِيُّ بنُ حَاتِمِ بنِ عَبدِ اللَّهِ بنِ سَعدِ بنِ الحَشرَجِ الطَّائِيُّ، كُنِّيَ بِأَبِي وَهبٍ وَأَبِي طَرِيفٍ، أَسلَمَ سَنَةَ 9 هـ، كَانَ خَطِيبًا حَاضِرَ البَدِيهَةِ وَكَانَ رَئِيسَ طَيٍّ فِي الجَاهِلِيَّةِ والإِسلَامِ، قَامَ فِي حُرُوبِ الرِّدَّةِ بِأَعمَالٍ كَبِيرَةٍ، وَشَهِدَ فَتحَ العِرَاقِ، سَكَنَ الكُوفَةَ وَبِهَا تُوُفِّىَ.‏
Adi bin Hatim (meninggal dunia pada tahun 68 Hijrah) : Beliau ialah 'Adi bin Hatim bin Abdullah bin Saad bin al-Hasyraj at-Thaie yang digelar dengan Abu Wahab dan Abu Tarif. Beliau telah memeluk Islam pada tahun 9 hijrah. Beliau merupakan seorang khatib yang pintar dan merupakan ketua kepada kaum Thoy pada zaman Jahiliah dan Islam . Beliau telah memberikan sumbangan yang besar dalam memerangi golongan murtad, juga telah mengikuti pembukaan Iraq. Beliau tinggal di Kufah dan meninggal dunia di sana.

117. ‏Uqbah bin A'mir al-Jahni
‏عُقبَةُ بنُ عَامِرٍ الجُهَنِيُّ (تُوُفِّيَ 58 هـ)‏
‏صَحَابِيٌّ، رَوَى عَن النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ الكَثِيرَ وَرَوَى عَنهُ جَمَاعَةٌ مِن الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِينَ، كَانَ قَارِئًا عَالِمًا بِالفَرَائِضِ وَالفِقهِ شَاعِرًا كَاتِبًا فَصِيحَ اللِّسَانِ، أَحَدُ مَن جَمَعَ القُرآنَ، شَهِدَ فَتحَ دِمَشقَ وَصِفِّينَ، مَاتَ فِي خِلَافَةِ مُعَاوِيَةَ.‏
Uqbah bin A'mir al-Jahni (meninggal dunia pada tahun 58 Hijrah) : Adalah merupakan seorang sahabat, beliau telah meriwayatkan banyak hadis daripada Nabi s.a.w dan ramai para sahabat dan tabi'en yang meriwayatkan hadis daripadanya. Beliau merupakan seorang qari , alim dalam ilmu faraid dan fekah, penyair serta penulis yang berlidah fasih . Merupakan antara salah seorang yang mengumpulkan al-Quran. Telah menyertai dalam pembukaan Damsyik dan peperangan Siffin. Beliau telah meninggal dunia semasa pemerintahan Muawiah.

118. ‏Ikrimah bin Abu Jahal
‏عِكرِمَةُ بنُ أَبَى جَهـلٍ (تُوُفِّيَ 13 هـ/634 م)‏
‏صَحَابِيٌّ قُرَشِيٌّ مَخزُومِيٌّ، كَانَ هُوَ وَأَبُوهُ مِن أَشَدِّ النَّاسِ عَدَاوَةً لِلمُسلِمِينَ، هَرَب إِلَى اليَمَنِ بَعدَ فَتحِ مَكَّةَ فَأَعَادَتهُ زَوجَتُهُ أُمُّ حَكِيمٍ بَعدَ أَن اِستَأمَنَت لَهُ الرَّسُولَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ، بَعدَ ذَلِكَ أَسلَمَ وَحَسُنَ إِسلَامُهُ، اِشتَرَكَ فِي حُرُوبِ الرِّدَّةِ، قُتِلَ فِي وَقعَةِ اليَرمُوكِ.‏
Ikrimah bin Abu Jahal (meninggal dunia pada tahun 13 Hijrah bersamaan 634 Masehi) : Seorang sahabat daripada kalangan Quraisy kaum Makhzumi, sebelum ini beliau dan ayahnya adalah merupakan orang yang paling kuat menentang Islam. Beliau telah melarikan diri ke Yaman selepas pembukaan kota Mekah lalu isterinya Ummu Hakim membawanya pulang selepas meminta keamanan daripada Rasulullah s.a.w. Selepas itu beliau telah memeluk Islam dengan sebaik-baiknya. Beliau telah menyertai dalam peperangan menentang golongan murtad. Beliau telah gugur dalam peperangan Yarmuk.

119. ‏Ali bin Abu Talib
‏عَلِيُّ بنُ أَبِي طَالِبٍ (23 ق هـ- 40 هـ/600-661 م)‏
‏رَابِعُ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ (35-40 هـ/656-661 م)، رَبِيبُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسُلَّم وَابنُ عَمِّهِ وَصِهـرُهُ، مِن أَبطَالِ بَدرٍ وَأُحُدٍ وَخَيبَر وَالخَندَقِ وَحُنَينٍ، بُويِعَ لَهُ بَعدَ مَقتَلِ عُثمَانَ، كَانَ مِن أَكَابِرِ الخُطَبَاءِ وَالعُلَمَاءِ بِالقَضَاءِ. قَادَ مَعرَكَةَ الجَمَلِ وَصَفّيِن وَالنَّهرَوَانِ.‏
Ali bin Abu Talib (tahun 23 Sebelum Hijrah - 40 Hijrah bersamaan 600 - 661 Masehi) : Khalifah ar-Rasyidin yang keempat (35 - 40 Hijrah bersamaan 656 - 661 Masehi), sebagai anak asuhan Nabi s.a.w, sepupu dan menantu kepada baginda. Beliau merupakn jaguh perang Badar, Uhud ,Khaibar, Khandak dan Hunain. Beliau telah dibai'ahkan menjadi khalifah selepas terbunuhnya Othman. Beliau adalah merupakan antara kalangan orang yang terkemuka sebagai khatib dan ulamak dalam perundangan. Beliau telah memimpin tentera dalam peperangan Jamal, Siffin dan Nahrawan.

120. 'Ammar Bin Yasir
‏عَمَّارُ بنُ يَاسِرٍ (تُوُفِّيَ 37 هـ/657 م)‏
‏صَحَابِيٌّ مِن المُسلِمِينَ الأَوَائِلِ، أَسلَمَ هُوَ وَأَبُوهُ يَاسِرُ وَأُمُّهُ سُمَيَّةُ فَذَاقُوا العَذَابَ مِن حُلَفَائِهِم بَنِي مَخزُومٍ، وَمَاتَ أَبُوهُ مِن العَذَابِ، وَطَعَنَ أَبُو جَهلٍ أُمَّهُ بِحَربَةٍ فَقَتَلَهَا، هَاجَرَ إِلَى الحَبَشَةِ وَعَادَ إِلَى المَدِينَةِ وَأَبلَى بَلَاءً حَسَنًا فِي وَقعَةِ بَدرٍ وَوَقعَةِ الخَندَقِ، حَارَبَ مَعَ عَلِيِّ بنِ أَبِي طَالِبٍ فِي صِفِّينَ وَقُتِلَ فِي مَعرَكَتِهَا.‏
Ammar bin Yasir (meninggal dunia pada tahun 37 Hijrah bersamaan 657 Masehi) : Adalah merupakan sahabat yang mula-mula memeluk Islam. Beliau telah memeluk Islam bersama ayahnya Yasir dan ibunya Sumayyah lalu mereka diazab oleh kaum mereka iaitu Bani Makhzum, ayah beliau telah mati diazab sementara ibunya telah mati di ditikam dengan lembing oleh Abu Jahal. Beliau telah berhijrah ke Habsyah kemudian kembali ke Madinah. Beliau telah memberikan suatu sumbangan yang besar dalam peperangan Badar dan Khandak. Beliau telah berperang bersama-sama dengan Ali bin Abu Talib pada peperangan Siffin dan beliau telah gugur pada peperangan tersebut.

121. ‏Umar bin Abi Salamah
‏عُمَرُ بنُ أَبِي سَلَمَةَ (2-83 هـ)‏
‏عُمَرُ بنُ أَبِي سَلَمَةَ عَبدُ اللَّهِ بنُ عَبدِ الأَسَدِ المَخزُومِيُّ، وُلِدَ بِالحَبَشَةِ، رَبَّاهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ، وَلِيَ البَحرَينِ زَمَنَ عَلِيٍّ وَشَهِدَ مَعَهُ وَقعَةَ الجَمَلِ (36هـ/656م)، تُوُفِّيَ بِالمَدِينَةِ.‏
Umar bin Abi Salamah (2-83 Hijrah) : Beliau ialah Umar bin Abu Salamah Abdullah bin Abdul Asad daripada kaum Makhzum, dilahirkan di Habsyah dan telah dididik oleh Nabi s.a.w. Beliau telah dilantik sebagai pemerintah di Bahrin semasa Ali dan menyertai sama dalam peperangan Jamal (36 Hijrah / 656 Masehi), beliau telah meninggal dunia di Madinah.

122. ‏Umar bin al-Khattab
‏عُمَرُ بنُ الخَطَّابِ (40 ق هـ23/584-644 م)‏
‏ثَانِي الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ (13 هـ/634 م)، أَسلَمَ قَبلَ الهِجرَةِ بِخَمسِ سِنِينَ وَبُويِعَ بِالخِلَافَةِ بَعدَ وَفَاةِ أَبِي بَكرٍ الصِّدِّيقِ، وَهُوَ أَوَّلُ مَن لُقِّبَ بِأَمِيرِ المُؤمِنِينَ، وَلَّاهُ أَبُو بَكرٍ القَضَاءَ فِي عَهدِهِ فَكَانَ أَوَّلَ قَاضٍ فِي الإِسلَامِ، يُضرَبُ بِعَدلِهِ المَثَلُ، وَهُوَ أَوَّلُ مَن بَدَأَ التَّأرِيخَ بِسَنَةِ الهِجرَةِ النَّبَوِيَّةِ، أَوَّلُ مَن دَوَّنَ الدَّوَاوِينَ فِي الإِسلَامِ، اِتَّخَذَ بَيتَ مَالٍ لِلمُسلِمِينَ، فِي أَيَّامِهِ تَمَّ فَتحُ الشَّامِ وَالعِرَاقِ وَافتُتِحَت القُدسُ وَالمَدَائِنُ وَمِصرُ وَالجَزِيرَةُ وَخُرَاسَانُ وَسِجِستَانُ وَقُبرُصُ.‏
Umar bin al-Khattab (tahun 40 Ssebelum Hijrah - 23 Hijrah bersamaan 584 - 644 Masehi) : Khalifah ar-Rasyidin yang kedua (13 Hijrah bersamaan 634 Masehi). Beliau memeluk Islam lima tahun sebelum hijrah dan telah dilantik menjadi khalifah selepasa kematian Abu Bakar as-Siddiq. Beliau adalah orang yang pertama digelar dengan Amirul Mukminin. Abu Bakar telah melantik beliau sebagai hakim pada masanya dan beliau merupakan hakim yang pertama dalam Islam yang sentiasa dibuat perbandingan tentang keadilannya. Beliaulah orang yang memulakan tarikh dengan tahun hijrah Rasulullah s.a.w, membukukan dewan-dewan dalam Islam dan mewujudkan baitulmal kepada orang Islam. Semasa pemerintahannya telah berlaku pembukaan Syam, Iraq, al-Quds, al-Madain, Mesir, Jazirah, Kharasan, Sajistan dan Cyprus.

123. ‏Imran bin Husain
‏عِمرَانُ بنُ حُصَينٍ (تُوُفِّيَ 52 هـ)‏
‏عِمرَانُ بنُ حُصَينٍ بنِ عُبَيدٍ، أَسلَمَ عَامَ خَيبَر (سَنَةَ 7هـ)، كَانَت مَعَهُ رَايَةُ خُزَاعَةَ يَومَ فَتحِ مَكَّةَ، تُوُفِّيَ بِالبَصرَةِ.‏
Imran bin Husain (meninggal dunia pada tahun 52 Hijrah) : Beliau ialah Imran bin Husain bin Ubaid. Memeluk Islam pada tahun Khaibar (tahun 7H), beliau adalah pembawa panji bani Khuzaah pada hari pembukaan kota Mekah. Telah meninggal dunia di Basrah.

124. ‏Amru bin Umaiyyah
‏عَمرُو بنُ أُمَّيَّةَ (تُوُفِّيَ 55 هـ)‏
‏هُوَ عَمرُو بنُ أُمَّيَّةَ بنِ خُوَيلِد بنِ عَبدِ اللَّهِ الضَّمرِيُّ، صَحَابِيٌّ شُجَاعٌ، شَهِدَ مَعَ المُشرِكِينَ بَدرًا وَأُحُدًا ثُمَّ أَسلَمَ وَحَضَرَ بِئرَ مَعُونَةَ، مَاتَ بِالمَدِينَةِ فِي خِلَافَةِ مُعَاوِيَةَ، لَهُ 20 حَدِيثًا.‏
Amru bin Umaiyyah (meninggal dunia pada tahun 55 Hijrah) : Beliau ialah Amru bin Umayyah bin Khuwailid bin Abdullah ad-Dhimari yang merupakan seorang sahabat yang berani. Beliau telah bersama-sama dengan tentera musyrikin dalam peperangan Badar dan Uhud kemudian memeluk Islam, juga telah hadir dalam peristiwa di telaga Ma'unah. Beliau telah meninggal dunia di Madinah semasa pemerintahan Muawiah. Telah meriwayatkan sebanyak 30 hadis.

125. ‏Amru bin al-Jamuh
‏عَمرُو بنُ الجَمُوحِ (تُوُفِّيَ 3 هـ)‏
‏صَحَابِيٌّ أَنصَارِيٌّ، مِن سَادَاتِ الأَنصَارِ، جَعَلَهُ الرَّسُولُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ سَيِّدَ بَنِي سَلَمَةَ، قُتِلَ يَومَ أُحُدٍ.‏
Amru bin al-Jamuh (meninggal dunia pada tahun 3 Hijrah) : Seorang sahabat daripada kalangan Ansar yang merupakan salah seorang pemimpin mereka.Rasulullah s.a.w telah menjadikan beliau sebagai ketua Bani Salamah. Beliau gugur syahid dalam peperangan Uhud.

126. ‏Amr bin al-As
‏عَمرُو بنُ العَاصِ (تُوُفِّيَ 43 هـ/664 م)‏
‏عَمرُو بنُ العَاصِ بنِ وَائِلِ بنِ هَاشِمِ بنِ سَعِيدِ بنِ سَهمٍ، قَائِدٌ عَرَبِيٌّ شَهِيرٌ، فَاتِحُ مِصرَ، بَنَى مَدِينَةَ الفُسطَاطِ، اِشتَرَكَ فِي التَّحكِيمِ بَعدَ صِفِّينَ وَنَصَرَ مُعَاوِيَةَ بِدَهَائِهِ، تُوُفِّيَ بِالقَاهِرَةِ.‏
Amr bin al-As (meninggal dunia pada tahun 43 Hijrah bersamaan 664 Masehi) : Beliau ialah Amr bin al-As bin Wail bin Hasyim bin Said bin Saham, merupakan pemimpin Arab yang masyhur. Beliau telah membuka Mesir juga telah membina bandar Fustat. Beliau juga telah mengikut serta dalam majlis Tahkim selepas peperangan Siffin dan kemenangan berpihak kepada Muawiah kerana kepintarannya. Beliau meninggal dunia di Kaherah.

127. ‏Umar bin Maadi Yakrib
‏عَمرُو بنُ مَعد يَكرِب (تُوُفِّيَ 21 هـ)‏
‏أَسلَمَ فِي العَامِ التَّاسِعِ مِن الهِجرَةِ، لَمَّا تُوُفِّيَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ اِرتَدَّ ثُمَّ تَابَ وَحَسُنَ إِسلَامُهُ، شَهِدَ وَقعَةَ اليَرمُوكِ وَأَبلَى فِيهَا بَلَاءً حَسَنًا وَذَهَبَت إِحدَى عَينَيهِ فِيهَا، شَهِدَ وَقعَةَ القَادِسِيَّةِ وَكَانَ بَلَاؤُهُ فِيهَا عَظِيمًا وَشَهِدَ وَقعَةَ نَهَاوَند وَفِيهَا أُصِيبَ وَمَاتَ.
‏Umar bin Maadi Yakrib (meninggal dunia pada tahun 21 Hijrah) : Beliau telah memeluk Islam pada tahun sembilan hijrah. Selepas kewafatan Nabi s.a.w , beliau telah murtad kemudian bertaubat kembali dan baik Islamnya. Beliau talah menyertai peperangan Yarmuk dan telah memberikan sumbangan yang besar. Pada peperangan tersebut, beliau telah mendapat kecederaan pada sebelah matanya. Beliau juga telah menyertai peperangan Qadisiah dan peperangan Nahawand dimana beliau telah mendapat kecederaan dan meninggal dunia.

128. ‏Umair bin Wahab al-Jumhi
‏عُمَيرُ بنُ وَهبٍ الجُمَحِيُّ (تُوُفِّيَ 24 هـ)‏
‏أَرسَلَتهُ قُرَيشٌ لِقَتلِ النَّبِيِّ لَكِنَّهُ تَابَ وَاعتَنَقَ الإِسلَامَ، شَهِدَ أُحُدًا وَمَا بَعدَهَا مِن المَشَاهِدِ، جَاهَدَ المُرتَدِّينَ، كَانَ مَعَ الفَاتِحِينَ فِي الشَّامِ، شَهِدَ مَعَ عَمرِو بنِ العَاصِ فَتحَ الإِسكَندَرِيَّةِ، عَاشَ إِلَى صَدرِ خِلَافَةِ عُثمَانَ.‏
Umair bin Wahab al-Jumhi (meninggal dunia pada tahun 24 Hijrah) : Beliau telah diutuskan oleh kaum Quraisy untuk membunuh Nabi s.a.w akan tetapi beliau telah bertaubat dan memeluk Islam. Beliau telah menyertai peperangan Uhud dan peperangan-peperangan selepasnya, juga telah keluar berjihad menentang golongan yang murtad dan menyertai sama dalam pembukaan Syam. Telah keluar bersama Amru bin al-As dalam pembukaan Iskandariah. Beliau sempat hidup sehingga permulaan pemerintahan khalifah Othman.

129. ‏Iyadh bin Ghanam
‏عِيَاضُ بنُ غُنمٍ (تُوُفِّيَ 20 هـ)‏
‏(عِيَاضُ بنُ غَنَمِ بنِ زُهَيرٍ الفِهرِيُّ القُرَشِيُّ) اِبنُ عَمِّ أَبِي عُبَيدَةَ بنِ الجَرَّاحِ، مِن المُهَاجِرِينَ الأَوَّلِينَ، شَهِدَ بَدرًا وَمَا بَعدَهَا، أَحَدُ القَادَةِ الشُّجعَانِ الفَاتِحِينَ، نَزَلَ بِالشَّامِ وَفَتَحَ بِلَادَ الجَزِيرَةِ، تُوُفِّيَ بِالشَّامِ.‏
Iyadh bin Ghanam (meninggal dunia pada tahun 20 Hijrah) : Iyadh bin Ghanam bin Zuhair al-Fahri al-Quraisy, anak kepada bapa saudara Abu Ubaidah bin al-Jarrah daripada kalangan Muhajirin yang terawal. Beliau telah menyertai peperangan Badar dan peperangan-peperangan selepasnya, merupakan salah seorang pimpinan tentera yang berani dalam peperangan pembukaan Islam. Beliau telah pergi ke Syam dan telah membuka negeri al-Jazirah. Beliau meninggal dunia di Syam.

130. ‏Qatadah bin an-Nu'man al-Ansari
‏قَتَادَةُ بنُ النُّعمَانِ الأَنصَارِيُّ (تُوُفِّيَ 23 هـ)‏
‏كَانَ مِن الرُّمَاةِ المَشهُورِينَ، شَهِدَ المَشَاهِدَ كُلَّهَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ، أُصِيبَت عَينُهُ يَومَ أُحُدٍ فَسَالَت حَدَقَتُهَا فَرَدَّهَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ كَمَا كَانَت وَمَا مَرِضَت بَعدَ ذَلِكَ، تُوُفِّيَ بِالمَدِينَةِ.‏
Qatadah bin an-Nu'man al-Ansari (meninggal dunia pada tahun 23 Hijrah) : Beliau merupakan seorang pemanah yang masyhur. Beliau telah menyertai seluruh peperangan bersama dengan Rasulullah s.a.w. Pada peperangan Uhud, mata beliau telah tercedera sehingga mengalirkan cecair mata hitam , Nabi s.a.w telah merawatnya lalu sembuh seperti biasa dan beliau tidak lagi berasa sakit selepas itu. Beliau meninggal dunia di Madinah.

131. ‏Qais bin Saad
‏قَيسُ بنُ سَعدٍ (تُوُفِّيَ 60 هـ)‏
‏هُوَ قَيسُ بنُ سَعدِ بنِ عُبَادَةَ بنِ دُلَيمٍ الأَنصَارِيُّ الخَزرَجِيُّ، كَانَ مِن النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ بِمَكَانَةِ صَاحِبِ الشُّرطَةِ، اِستَعمَلَهُ عَلِيٌّ عَلَى مِصرَ سَنَةَ 36 هـ، تُوُفِّيَ بِالمَدِينَةِ.‏
Qais bin Saad (meninggal dunia pada tahun 60 Hijrah) : Beliau ialah Qais bin Saad bin Ibadah bin Dulaim daripada kalangan Ansar kaum Khazraj. Beliau merupakan pengawal kepada Nabi s.a.w. Beliau merupakan antara mereka yang ditugaskan ke Mesir di bawah pemerintahan Ali bin Abi Talib. Meninggal dunia di Madinah.

132. ‏Ka'ab bin Zuhair
‏كَعبُ بنُ زُهَيرٍ (تُوُفِّيَ 26 هـ)‏
‏اِبنُ الشَّاعِرِ زُهَيرِ بنِ أَبِي سُلمَى، مِن الشُّعَرَاءِ المُخَضرَمِينَ، هَجَا النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ وَالإِسلَامَ وَأَقَامَ يُشَبِّبُ بِنِسَاءِ المُسلِمِينَ فَأُهدِرَ دَمُهُ ثُمَّ اِعتَذَرَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ وَأَنشَدَ قَصِيدَتَهُ اللَّامِيَّةَ المَعرُوفَةَ فَعَفَا عَنهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ وَخَلَعَ عَلَيهِ بُردَتَهُ.‏
Ka'ab bin Zuhair (meninggal dunia pada tahun 26 Hijrah) : Merupakan anak kepada penyair yang terkenal Zuhair bin Abu Salma dan beliau merupakan salah seorang daripada penyair Mukhdharam (yang sempat berada dalam zaman Jahiliah dan Islam). Beliau telah menghina Nabi s.a.w dan menghina Islam serta mencela perempuan-perempuan Islam lalu baginda telah menghalalkan darahnya. Kemudian beliau telah meminta maaf daripada Nabi s.a.w dengan mendeklamasikan qasidahnya yang terkenal dengan nama "Lamiah" lalu baginda Nabi s.a.w mengampunkan beliau dan dipakaikan kepadanya dengan kain selendang baginda.

133. ‏Kaab bin 'Ujrah
‏كَعبُ بنُ عُجرَةَ (تُوُفِّيَ 51 هـ)‏
‏كَعبُ بنُ عُجرَةَ الأَنصَارِيُّ، صَحَابِيٌّ، كُنيَتُهُ أَبُو مُحَمَّدٍ، سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ، رَوَى عَنهُ عَبدُ الرَّحمَنِ بنُ أَبِي لَيلَى وَعَبدُ اللَّهِ بنُ مُغَفَّلٍ فِي الحَجِّ وَالعُمرَةِ، مَاتَ فِي المَدِينَةِ.‏
Kaab bin 'Ujrah (meninggal dunia pada tahun 51 Hijrah) : Beliau ialah seorang sahabat yang digelar dengan nama Abu Muhammad Kaab bin Ujrah al-Ansari. Beliau telah menerima hadis daripada Rasulullah s.a.w. Telah meriwayatkan daripadanya oleh Abdul Rahman bin Abi Laila dan Abdullah bin Mughaffal tentang haji dan umrah. Beliau telah meninggal dunia di Madinah.

134. ‏Kaab bin Malik
‏كَعبُ بنُ مَالِكٍ (تُوُفِّيَ نَحوَ 50 هـ/660 م)‏
‏أَحَدُ شُعَرَاءِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ الَّذِينَ كَانُوا يَرُدُّونَ عَنهُ الأَذَى، أَسلَمَ وَشَهِدَ العَقَبَةَ وَشَهِدَ المَشَاهِدَ كُلَّهَا مَا عَدَا بَدرًا وَتَبُوكَ، أَحَدُ مَن نَزَلَت فِيهِم الآيَةُ: {وَعَلَى الثَّلَاثَةِ الَّذِينَ خُلِّفُوا حَتَّى إِذَا ضَاقَت عَلَيهِم الأَرضُ بِمَا رَحُبَت وَضَاقَت عَلَيهِم أَنفُسُهم وَظَنُّوا أَن لَا مَلجَأَ مِن اللَّهِ إِلَّا إِلَيهِ ثُمَّ تَابَ عَلَيهِم لِيَتُوبُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ} (التوبة: 118).‏
Kaab bin Malik (meninggal dunia pada tahun 50 Hijrah bersamaan 660 Masehi) : Merupakan salah seorang daripada penyair Nabi s.a.w yang telah mempertahankan baginda. Beliau telah memeluk Islam dan telah menyertai pada peristiwa Aqabah dan seluruh peperangan kecuali peperangan Badar dan Tabuk. Beliau merupakan salah seorang yang telah difirmankan oleh Allah yang bermaksud: "Dan (Allah menerima pula taubat) tiga orang yang ditangguhkan (penerimaan taubat mereka) hingga apabila bumi yang luas ini (terasa) sempit kepada mereka (kerana mereka dipulaukan), dan hati mereka pula menjadi sempit (kerana menanggung dukacita), serta mereka yakin bahawa tidak ada tempat untuk mereka lari dari (kemurkaan) Allah melainkan (kembali bertaubat) kepadaNya; kemudian Allah (memberi taufiq serta) menerima taubat mereka supaya mereka kekal bertaubat. Sesungguhnya Allah, Dia lah Penerima taubat lagi Maha Mengasihani". (Surah: At-Taubah, ayat: 118)

135. ‏Malik bin Al-Huwairith
‏مَالِكُ بنُ الحُوَيرِثِ (تُوُفِّيَ 74 هـ)‏
‏مَالِكُ بنُ الحُوَيرِثِ اللَّيثِيِّ، صَحَابِيٌّ، كُنيَتُهُ أَبُو سُلَيمَانَ، سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ، رَوَى عَنهُ أَبُو قِلَابَةَ فِي الصَّلَاةِ، أَقَامَ فِي البَصرَةِ وَمَاتَ فِيهَا.‏
Malik bin Al-Huwairith (meninggal dunia pada tahun 74 Hijrah) : Beliau ialah seorang sahabat yang digelar dengan panggilan Abu Sulaiman. Menerima hadis daripada nabi s.a.w, telah meriyatkan daripadanya oleh Abu Qilabah mengenai sembahyang. Beliau menetap di Basrah dan meninggal dunia di sana.

136. ‏Mujasyi' bin Mas'ud
‏مُجَاشِعُ بنُ مَسعُودٍ (تُوُفِّيَ 36 هـ)‏
‏هُوَ مُجَاشِعُ بنُ مَسعُودِ بنِ ثَعلَبَةَ السُّلَمِيُّ، صَحَابِيٌّ مِن الشُّجعَانِ، غَزَا كَابِلَ وَصَالَحَهُ مَلِكُهَا كَمَا تَابَعَ غَزوَ مِكرَانَ وَأَوغَلَ فِيهَا، كَانَ يَومَ الجَمَلِ مَعَ عَائِشَةَ أَمِيرًا عَلَى بَنِي سُلَيمٍ، فَقُتِلَ قَبلَ الوَقعَةِ وَدُفِنَ بِالبَصرَةِ.‏
Mujasyi' bin Mas'ud (meninggal dunia pada tahun 36 Hijrah) : Beliau ialah Mujasyi' bin Mas'ud bin Tha'alabah as-Silmi yang merupakan seorang sahabat yang berani. Beliau telah berperang di Kabul sehinggalah rajanya membuat perjanjian damai seterusnya beliau berperang di Makran. Semasa peperangan Jamal, beliau merupakan ketua kepada Bani Salim menyebelahi Aishah. Beliau terbunuh sebelum peperangan dan ditanam di Basrah.

137. ‏Muhammad bin Muslimah
‏مُحَمَّدُ بنُ مَسلَمَةَ (تُوُفِّيَ 43 هـ)‏
‏مِن فُضَلَاءِ الصَّحَابَةِ الأَنصَارِ الأَوسِيِّينَ، مِمَّن سُمِّيَ مُحَمَّدًا فِي الجَاهِلِيَّةِ، اِشتَرَكَ فِي قَتلِ كَعبِ الأَشرَفِ الَّذِي حَرَّضَ قُرَيشًا عَلَى حَربِ الرَّسُولِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ، شَهِدَ فَتحَ مِصرَ وَفُتُوحَ الشَّامِ، اِعتَزَلَ الفِتنَةَ وَلَم يَشهَد الجَمَلَ وَلَا صِفِّينَ، تُوُفِّيَ بِالمَدِينَةِ.‏
Muhammad bin Muslimah (meninggal dunia pada tahun 43 Hijrah) : Beliau adalah merupakan sahabat yang bangsawan daripada kalangan Ansar kaum Aus. Beliau juga antara mereka yang dinamakan dengan nama Muhammad pada zaman Jahiliah. Beliau telah menyertai pakatan untuk membunuh Kaab al-Asyraf yang telah menghasut Quraisy supaya memerangi Rasulullah s.a.w. Beliau telah menyertai pembukaan Mesir dan Syam. Beliau telah menjauhkan diri daripada terlibat dengan fitnah dengan tidak menyertai peperangan Jamal dan Siffin. Beliau meninggal dunia di Madinah.

138. ‏Mus'ab bin Umair
‏مُصعَبُ بنُ عُمَيرٍ (تُوُفِّيَ 3 هـ/625 م)‏
‏أَحَدُ فُضَلَاءِ الصَّحَابَةِ، أَسلَمَ وَكَتَمَ إِسلَامَهُ عَن أَهلِهِ، فَلَمَّا عَلِمُوا بِإِسلَامِهِ حَبَسُوهُ ثُمَّ أَطلَقُوهُ، فَهَاجَرَ إِلَى الحَبَشَةِ وَعَادَ مِنهَا إِلَى مَكَّةَ بَعدَ العَقَبَةِ الأُولَى، أَخَذَ يُعَلِّمُ النَّاسَ القُرآنَ وَيُصَلِّي بِهِم، شَهِدَ بَدرًا وَأُحُدًا وَمَعَهُ لِوَاءُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ، وَقُتِلَ فِي مَعرَكَةِ أُحُدٍ شَهِيدًا.‏
Mus'ab bin Umair (meninggal dunia pada tahun 3 Hijrah bersamaan 625 Masehi) : Merupakan seorang sahabat yang bangsawan. Beliau telah memeluk Islam dan telah menyembunyikan Islamnya daripada kaum keluarganya. Apabila mereka mengetahui mengenai pengislamannya, mereka telah menangkapnya kemudian membebaskannya. Lalu beliau berhijrah ke Habsyah dan kembali semula ke Mekah selepas perjanjian Aqabah yang pertama. Beliau telah mengajar orang ramai membaca al-Quran dan sembahyang. Beliau telah menyertai peperangan Badar dan Uhud sebagai pembawa panji Rasulullah s.a.w. Beliau telah gugur syahid dalam peperangan Uhud.

139. Mu'adz Bin Jabal
‏مُعَاذُ بنُ جَبَلٍ (تُوُفِّيَ 18 هـ/639 م)‏
‏صَحَابِيٌّ أَنصَارِيٌّ خَزرَجِيٌّ، شَهِدَ بَيعَةَ العَقَبَةِ وَشَهِدَ الغَزَوَاتِ كُلَّهَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ، بَعَثَهُ الرَّسُولَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ قَاضِيًا إِلَى اليَمَنِ، كَانَ أَحَدَ السِّتَّةِ الَّذِينَ جَمَعُوا القُرآنَ فِي حَيَاةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ، اِشتَرَكَ بِوَقعَةِ اليَرمُوكِ وَمَاتَ فِي طَاعُون عمواس.‏Muaz bin Jabal (meninggal dunia pada tahun 18 Hijrah bersamaan 639 Masehi) : Adalah merupakan seorang sahabat daripada kalangan Ansar kaum Khazraj. Telah menyertai perjanjian Aqabah serta seluruh peperangan bersama-sama dengan Rasulullah s.a.w. Baginda s.a.w telah mengutuskan beliau sebagai kadi di Yaman. Merupakan salah seorang daripada enam orang yang mengumpulkan al-Quran semasa hiup baginda s.a.w. Beliau telah menyertai peperangan Yarmuk. Meninggal dunia kerana ditimpa penyakit taun Amwas.

140. Mu'awiyyah Bin Abi Sufyan
‏مُعَاوِيَةُ بنُ أَبِي سُفيَانَ (20 ق. هـ -60 هـ/603-680 م)‏
‏مُعَاوِيَةُ بنُ أَبِي سُفيَانَ بنِ حَربِ بنِ أُمَّيَّةَ القُرَشِيُّ الأُمَوِيُّ، مُؤَسِّسُ الدَّولَةِ الأُمَوِيَّةِ فِي الشَّامِ، وُلِدَ بِمَكَّةَ وَنَاوَأَ الإِسلَامَ حَتَّى أَسلَمَ يَومَ فَتحِ مَكَّةَ (8 هـ) وَتَعَلَّمَ الكِتَابَةَ وَالحِسَابَ، فَجَعَلَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ فِي كُتَّابِهِ، حَكَمَ سُورِيَا فِي عَهدَي عُمَرَ وَعُثمَانَ، عَارَضَ عَلِيًّا وَقَاتَلَهُ فِي صِفِّينَ 37 هـ/657 م فَكَانَ التَّحكِيمُ، أَصبَحَ خَلِيفَةً (41-60 هـ/661-680 م)، نَقَلَ عَاصِمَةَ الخِلَافَةِ إِلَى دِمَشقَ، وَهُوَ أَحَدُ عُظَمَاءِ الفَاتِحِينَ فِي الإِسلَامِ حَيثُ بَلَغَت فُتُوحَاتُهُ حَتَّى المُحِيطِ الأَطلَنطِيِّ.‏
Muawiah bin Abu Sufian (tahun 20 Sebelum Hijrah - 60 Hijrah bersamaan 603 - 680 Masehi) : Beliau ialah Muawiah bin Abu Sufian bin Harb bin Umayyah al-Quraisy al-Umawi. Merupakan pengasas kepada kerajaan Umayyah di Syam. Beliau telah dilahirkan di Mekah dan melakukan penentangan terhadap Islam sehinggalah beliau memeluk Islam pada hari pembukaan kota Mekah tahun 8 hijrah. Beliau telah belajar menulis dan mengira, lalu Rasulullah s.a.w telah melantiknya sebagai penulis baginda. Beliau telah memerintah Suria pada masa pemerintahan Umar dan Othman. Beliau telah menentang Ali berperang dengannya dalam peperangan Siffin pada tahun 27 hijrah bersamaan 657M, maka berlakulah Majlis Tahkim. Menjadi khalifah (tahun 42 - 60H bersamaan 661 - 680M), beliau telah memindahkan pusat pemerintahannya ke Damsyik. Beliau merupakan salah seorang pembesar yang banyak membuka negeri dalam Islam sehingga telah sampai ke lautan Atlantik.


141. ‏Maaqil bin Yasar
‏مَعقِلُ بنُ يَسَارٍ‏
‏مَعقِلُ بنُ يَسَارِ بنِ عَبدِ اللَّهِ المُزَنِيُّ، كُنيَتُهُ أَبُو عَلِيٍّ، أَقَامَ فِي البَصرَةِ، وَمَاتَ فِيهَا، رَوَى عَنهُ الحَسَنُ البَصرِيُّ فِي النِّكَاحِ وَتَفسِيرِ البَقَرَةِ، تُوُفِّيَ فِي خِلَافَةِ مُعَاوِيَةَ وَوِلَايَةِ عَبدِ اللَّهِ بنِ زِيَاد بِالبَصرَةِ.‏
Maaqil bin Yasar : Beliau ialah Maaqil bin Yasar bin Abdullah al-Mazani. Digelar dengan nama Abu Ali , menetap di Basrah dan meninggal dunia di sana. Hasan al-Basri telah meriwayatkan daripadanya dalam bab nikah dan tafsir surah al-Baqarah. Meninggal dunia di Basrah semasa pemerintahan Muawiah .

142. Mu'aiqib
‏مُعَيقِيب (تُوُفِّيَ 40 هـ)‏
‏مُعَيقِيب بنُ أَبِي فَاطِمَةَ الدَّوسِيُّ، صَحَابِيٌّ، رَوَى عَنهُ أَبُو سَلَمَةَ بنُ عَبدِ الرَّحمَنِ فِي (اِستِعَانَةِ اليَدِ فِي الصَّلَاةِ)، أَقَامَ بِالمَدِينَةِ.‏
Mu'aiqib (meninggal dunia pada tahun 40 Hijrah) : Beliau ialah Mu'aiqib bin Abi Fatimah ad-Dusi, yang merupakan seorang sahabat. Abu Salamah bin Abdul Rahman telah meriwayatkan hadis daripadanya. Beliau telah menetap di Madinah.

143. ‏Nuaim bin Mas'ud
‏نُعَيمُ بنُ مَسعُودٍ (تُوُفِّيَ 30 هـ)‏
‏صَحَابِيٌّ مِن بَنِي أَشجَعَ، أَسلَمَ لَيَالِي الخَندَقِ، أَوقَعَ بَينَ قَبِيلَتَي قُرَيظَةَ وَغَطَفَانَ يَومَ الخَندَقِ، سَكَنَ المَدِينَةَ وَتُوُفِّيَ بِهَا.‏
Nuaim bin Mas'ud (meninggal dunia pada tahun 30 Hijrah) : Merupakan seorang sahabat daripada Bani Asyjaa'. Beliau telah memeluk Islam pada malam Khandak, beliau telah memecah belahkan antara dua kabilah iaitu Quraizhah dan Ghatfan dalam peperangan Khandak. Beliau menetap di Madinah dan meninggal dunia di sana.

144. ‏Hisyam bin al-As
‏هِشَامُ بنُ العَاصِ (تُوُفِّيَ 13 هـ)‏
‏هِشَامُ بنُ العَاصِ بنُ وَائِل بنِ هَاشِمٍ السَّهمِيُّ، أَسلَمَ بِمَكَّةَ قَدِيمًا وَهَاجَرَ إِلَى الحَبَشَةِ ثُمَّ عَادَ إِلَى مَكَّةَ حِينَ بَلَغَتهُ هِجرَةُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ إِلَى المَدِينَةِ يُرِيدُ اللَّحَاقَ بِهِ، فَحَبَسَهُ أَبُوهُ وَقَومُهُ بِمَكَّةَ، فَأَقَامَ إِلَى مَا بَعدَ وَقعَةِ الخَندَقِ وَرَحَلَ إِلَى المَدِينَةِ فَشَهِدَ الوَقَائِعَ الأُخرَى، قُتِلَ يَومَ أَجنَادِينَ.‏
Hisyam bin al-As (meninggal dunia pada tahun 13 Hijrah) : Beliau ialah Hisyam bin al-As bin Wail bin Hasyim as-Sahmi. Beliau telah memeluk Islam di Mekah semenjak awal lagi dan telah berhijrah ke Habsyah kemudian kembali ke Mekah ketika beliau mendengar khabar Nabi s.a.w berhijrah ke Madinah untuk mengikutinya, tetapi beliau telah ditahan oleh ayah dan kaumnya di Mekah. Beliau telah berada disana beberapa waktu dan telah pergi ke Madinah selepas peperangan Khandak. Beliau sempat mengikuti beberapa peperangan selepas itu. Beliau meninggal dunia dalam peperangan Ajnadain.

145. ‏Wahsyi bin Harb
‏وَحشِيُّ بنُ حَربٍ (تُوُفِّيَ 25 هـ)‏
‏مِن أَبطَالِ المَوَالِي فِي مَكَّةَ فِي الجَاهِلِيَّةِ، قَتَلَ حَمزَةَ يَومَ أُحُدٍ ثُمَّ أَسلَمَ، شَارَكَ فِي حَربِ المُرتَدِّينَ وَقَتَلَ مُسَيلِمَةَ، شَهِدَ اليَرمُوكَ، سَكَنَ حِمصَ وَمَاتَ بِهَا.‏
Wahsyi bin Harb (meninggal dunia pada tahun 25 Hijrah) : Beliau merupakan jaguh daripada kalangan hamba di Mekah pada zaman Jahiliah. Beliau telah membunuh Hamzah pada peperangan Uhud kemudian telah memeluk Islam. Beliau telah mengikut serta dalam memerangi golongan murtad dan membunuh Musailamah. Beliau telah mengikuti peperangan Yarmuk. Menetap di Himas dan meninggal dunia di sana.

146. ‏Ya`la bin Umayyah
‏يَعلَى بنُ أُمَّيَّةَ (تُوُفِّيَ 37 هـ)‏
‏هُوَ يَعلَى بنُ أُمَّيَّةَ بنِ أَبِي عُبَيدَةَ بنِ هَمَّامٍ التَّمِيمِيُّ الحَنظَلِيُّ، أَسلَمَ يَومَ الفَتحَ، شَهِدَ الطَّائِفَ وَحُنَينًا وَتَبُوكَ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ، اِستَعمَلَهُ أَبُو بَكرٍ عَلَى اليَمَنِ.‏
Ya`la bin Umayyah (meninggal dunia pada tahun 37 Hijrah) : Beliau ialah Ya'la bin Umayyah bin Abi Ubaidah bin Hamam at-Tamimi al-Hanzhali. Memeluk Islam pada hari pembukaan kota Mekah. Beliau telah menyertai peperangan Taif, Hunain dan Tabuk bersama Rasulullah s.a.w. Abu Bakar telah melantik beliau sebagai salah seorang panglima di Yaman.