Kali ini kisah abu nawas akan menyajikan tentang cara mengobati penyakit aneh yang di derita oleh pangeran.
Al Kisah...
Sang Pangeran sedang sakit.
Puluhan tabib telah dikerahkan untuk menyembuhkan pangeran.
Namun...
Apa yang terjadi sungguh mengherankan karena jangankan mengobati penyakit pangeran.
Mengetahui penyakitnya saja tidak tahu.
Para tabib yang terkenal menyerah tanpa bisa berbuat banyak.
Maka tak ada jalan keluar, kecuali mengadakan sayembara.
Raja memerintahkan agar sayembara diumumkan secepatnya.
Sayembara ini boleh di ikuti oleh rakyat dari semua lapisan.
Tak terkecuali oleh para penduduk negeri tetangga.
Sayembara yang menyediakan hadiah menggiurkan ini dalam waktu beberapa hari saja berhasil menyerap ratusan peserta.
Namun dari ratusan peserta itu tak ada satu pun dari mereka yang berhasil mengobati sang pangeran.
Akhirnya...
Sebagai sahabat dekat, Baginda Raja Harun Al-Rasyid menawarkan jasa baik untuk menolong sang putra mahkota.
Baginda Harun Al-Rasyid mengatakan bahwa salah seorang rakyatnya yang bernama Abu Nawas mungkin bisa menolong, karena selama ini belum pernah ada masalah yang tidak berhasil dipecahkannya.
Hayo...
Kena lagi tuh si Abu Nawas.
Harus mentaati perintah Baginda Raja Harun Al-Rasyid.
Kalau tidak bisa, dipotong nanti kepalanya.
Hukuman pancung...
Raja sahabat Baginda Harun Al-Rasyid menerima usul itu dengan penuh harapan.
Abu Nawas pun segera diundang ke negeri tetangga.
Abu Nawas sadar sesadar-sadarnya bahwa dirinya bukan tabib.
Dari itu ia tidak membawa peralatan apa-apa.
Para tabib yang ada di istana tercengang karena Abu Nawas yang datang tanpa peralatan yang mungkin diperlukan.
Mereka berfikir mungkinkag orang macam Abu Nawas ini bisa mengobati penyakit sang pangeran ya.
Sedangkan para tabib yang terkenal dengan perlengkapan lengkap saja tak mampu mengobati penyakit sang pangeran, bahkan penyakitnya saja tak diketahui sakit apa.
Bisa tidak ya Abu Nawas Mengobati Penyakit Sang Pangeran.
Semua pandangan tertuju ke Abu Nawas, namun Abu Nawas tidak begitu memperdulikannya.
Abu Nawas dipersilahkan memasuki kamar sang pangeran yang sedang terbaring.
Ia menghampiri pangeran dan duduk di sisinya.
Dialog Abu Nawas.
Setelah Abu Nawas dan pangeran saling berpandangan beberapa saat, Abu Nawas berkata,
"Saya membutuhkan seorang tua yang di masa mudanya sering menyusuri pelosok negeri."
Dan orang tua yang di inginkan Abu Nawas didatangkan.
"Sebutkan satu persatu nama-nama desa di daerah selatan," perintah Abu Nawas kepada orang tua itu.
Ketika orang tua itu menyebutkan nama-nama desa bagian selatan, Abu Nawas menempelkan telinganya di dada sang pangeran.
Kemudian Abu Nawas memerintahkan agar menyebutkan bagian utara, barat dan timur.
Setelah semua bagian negeri disebutkan, Abu Nawas mohong agar di izinkan mengunjungi sebuah desa di sebelah utara.
Raja pun merasa heran.
"Engkau kuundang kesini bukan untuk bertamasya," kata Raja.
"Hamba tidak bermaksud berlibur yang mulia," jawab Abu Nawas.
Tetapi aku belum paham wahai Abu Nawas," kilah Raja.
"Maafkan hamba, paduka yang mulia, rasanya kurang bijaksana kalau hamba jelaskan sekarang," jawab Abunawas.
Rajapun akhirnya memberi ijin kepada Abunawas untuk pergi ke desa sebelah utara.
Selama 2 hari abunawas pergi, dan sekembalinya ke istana, dia langsung menemui sang pangeran.
Abu Nawas membisikkan sesuatu ke pangeran, kemudian menempelkan telinganya ke dada sang pangeran.
Lalu Abu nawas menghampiri raja.
"Apakah yang Mulia masih menginginkan sang pangeran tetap hidup?" tanya Abu Nawas.
"Apa maksudmu?" balas Raja bertanya.
"Sang pangeran sedang jatuh cinta pada seorang gadis desa di sebelah utara negeri ini," jelas abunawas.
"Bagaimana kau tahu?" tanya Raja.
"Ketika nama-nama desa di seluruh negeri disebutkan, tiba-tiba degup jantungnya bertambah keras ketika mendengarkan nama sebuah desa di bagian utara negeri ini.
Dan sang pangeran tidak berani mengutarakannya kepada baginda."
"Lalu apa yang harus aku lakukan?" tanya Raja.
"Mengawinkan pangeran dengan gadis desa itu."
"Kalau tidak?" kata Raja penuh ragu.
"Cinta itu buta Baginda, bila kita berusaha mengobati kebutaannya, maka ia akan mati."
Aha..
Rupanya saran Abunawas tidak bisa ditolak oleh Raja.
Sang Pangeran adalah putra satu-satunya yang merupakan pewaris tunggal kerajaan.
Abunawas benar.
Begitu mendengar persetujuan Sang Raja, sang pangeran berangsur-angsur pulih.
Sebagai tanda terima kasih, Raja memberi Abunawas sebuah permata amat indah..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar